Anda di halaman 1dari 3

‫ من يهده هللا‬،‫ ونعوذ ابهلل من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا‬،‫ حنمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه‬،‫إن احل مد هلل‬

،‫حممدا عبده ورسوله‬ ً ‫ وأشهد أن‬،‫ وأشهد أ ْن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬،‫فال مضل له ومن يضلل فال هادي له‬
‫اَّللا اح َّق تُ اقاتِِه اواال َتاُوتُ َّن إَِّال اوأانْتُ ْم‬
َّ ‫ين اآمنُوا اتَّ ُقوا‬ ِ َّ
‫﴿ اَي أايُّ اها الذ ا‬،‫كثريا‬
ً ‫تسليما‬
ً ‫صلى هللا عليه وعلى آله وصحبه وسلم‬
:‫]؛ أما بعد‬102 :‫ُم ْسلِ ُمو ان ﴾ [آل عمران‬

Tidak bisa dipungkiri bahwasanya mayoritas manusia/kita yang hidup didunia ini pasti
ingin mencari kebahagiaan, kehormatan, dan keagungan, sehingga setiap manusia berikhtiar
dengan berbagai cara/jalan untuk dapat mencapainya. Namun sering terluput dari kita bahwasanya
ada sebuah jalan yang dapat mengantarkan kita kepada kemulian dan kebahagian serta ridho dari
Allah subhanuhwata’la. jalan ini merupakan warisan para nabi dan rasul, siapa pun yang
menempuh jalan tersebut maka ia telah mengambil bagian yang sempurna dari agama ini.
Ketahuilah bahwa jalan tersebut adalah menuntut ilmu syari.

Di antara bentuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung adalah
menuntut ilmu syari’. Dan yang dimaksud ilmu syara’ ini adalah ilmu yang membahas tentang
kitabullah dan Sunntunabiyyinaa Muhammad salallahu’alaihi wa salam.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata,

ِ ْ َ‫اب ِف الْيَ ْوِم َم َّرة أ َْو َم َّرت‬


.‫ي‬ ِ ‫الشر‬ ِ َّ ِ
َ َّ ‫الرج َل ََْيتَاج إ َل الط َعام َو‬ َّ ‫ ِِل‬.‫اب‬
َّ ‫َن‬ ِ ‫الشر‬ ِ َّ ِ ِ ْ ‫النَّاس إِ َل الْعِل ِْم أ‬
َ َّ ‫َح َوج م ْن ه ْم إ َل الط َعام َو‬
‫اس ِه‬
ِ ‫وحاجته إِ َل الْعِل ِْم بِع َد ِد أَنْ َف‬
َ َ ََ

“Kebutuhan manusia terhadap ilmu (syar’i) itu melebihi kebutuhannya terhadap makanan dan
minuman. Hal itu karena seseorang membutuhkan makanan dan minuman hanya sekali atau dua
kali (saja), adapun kebutuhannya terhadap ilmu (syar’i) itu sebanyak tarikan nafasnya.”
[Madaarijus Saalikiin, 2/440]
Allah subhanahuwatala berfirman dalam surah Az-Zumar pada ayat ke

ِ ِ
َ ‫ين يَ ْعلَمو َن َوالَّذ‬
ِ َ‫ين َل يَ ْعلَمو َن إِ ََّّنَا يَتَ َذ َّكر أ ْولوا ْاِلَلْب‬
‫اب‬ َ ‫ ق ْل َه ْل يَ ْستَ ِوي الَّذ‬:‫قال هللا تعال‬

Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [Az-
Zumar/39: 9]

Mengapa menuntu ilmu syari itu sangat penting ?

Dengan Menuntut Ilmu Syar’i, Manusia Terbedakan dari Binatang

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ketika menjelaskan tentang pentingnya ilmu syar’i
dan kebutuhan manusia terhadapnya,, kata beliau :

“Manusia itu dibedakan dari jenis binatang dengan adanya keutamaan ilmu dan bayan
(penjelasan). Jika manusia tidak memilki ilmu, maka binatang melata dan binatang buas itu lebih
banyak makan, lebih kuat, lebih banyak jima’ (berhubungan seksual), lebih banyak memiliki anak,
dan lebih panjang umurnya daripada manusia. Manusia itu dibedakan dari binatang karena ilmu
dan bayan yang dimilkinya. Jika keduanya tidak ada, maka yang tersisa adalah adanya sisi
persamaan antara manusia dan binatang, yaitu ‘sifat kehewanan’ saja. Dan tidak ada keutamaan
manusia atas binatang, bahkan bisa jadi manusia lebih jelek darinya.” [Miftaah Daaris Sa’aadah,
1/78]

Maksudnya, jika manusia tidak memiliki ilmu terhadap hal-hal yang bermanfaat untuk dunianya
dan tempat kembalinya di akhirat, maka seakan-akan binatang itu lebih baik darinya. Hal ini
karena selamatnya binatang di akhirat dari apa yang menghancurkannya, sedangkan manusia
yang bodoh tidak bisa selamat.

Semoga Allah Ta’ala merahmati seorang penyair yang berkata,

‫ِر‬
ِ ‫فِلِيِجِتِهِدِرِجِلِِفِىِالعِلِمِِِيِطِلِبِهِِ…ِكِيِِلِِيِكِوِنِِشِبِيِهِِالشِاءِوِِالبِق‬
Hendaklah seseorang bersemangat dalam menuntut ilmu,

Agar dia tidak serupa dengan kambing atau lembu


Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

َ‫لَوَالَالعَلَمَاءََلَصَارََالنَاسََكَابَهَاَئم‬

“Kalaulah bukan karena ulama, maka manusia sama dengan binatang.” [Mukhtashar Minhajul
Qashidin]

Ilmu Syar’i Merupakan Penjaga dari Kesesatan, Penyelewengan dan Beramal Tanpa Ilmu

Ibnul Qayyim rohimahulloh berkata,”Beramal tanpa ilmu itu seperti berjalan tanpa
petunjuk. Tentu saja akan lebih dekat kepada kerusakan daripada keselamatan. Kemungkinan
untuk ditaqdirkan selamat adalah sangat kecil (yaitu, apabila seseorang beramal tanpa ilmu).
Hal tersebut tidaklah terpuji, bahkan sangat tercela bagi orang-orang yang berakal.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,:

‫منَفارقَالدليلَضلَالسبيلَوالََدليلَإالََبماَجاءََبهََالرسول‬

‘Barangsiapa yang terpisah dari petunjuk, maka dia akan tersesat. Serta tidak ada
petunjuk kecuali ajaran yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

’ Hasan Al–Bashri rahimahullah berkata,:

‘Beramal tanpa ilmu itu seperti berjalan di luar jalur. Orang yang beramal tanpa ilmu,
maka kerusakan yang ditimbulkannya akan lebih banyak daripada kebaikan yang diraih. Maka
carilah ilmu dengan tidak mengganggu ibadah, dan beribadahlah dengan tidak mengganggu
mencari ilmu.’” [Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/83]

Mengingat pentingnya ilmu syar’i dalam kehidupan ini, maka sudah sepatutnya kita
berusaha untuk mencari dan mempelajarinya. Ilmu syar’i mesti diprioritaskan, karena menuntut
ilmu syar’i merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim sebagaimana sabda Nabi saw,
“Menuntut ilmu (agama) itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memudahkan langkah kita untuk menuntut ilmu syar’i
dan meneguhkan kita di atas jalan menuntut ilmu.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai