Marilah kita panjatkan puji dan rasa syukur kepada Allah Subhānahū wa Ta’ālā
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga kita dapat menjalani
kehidupan ini dengan penuh keridhaan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad Ṣallāallāhu ‘alaihi wa
Sallam, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya hingga Hari Akhir nanti.
Pada kesempatan khutbah yang singkat ini saya ingin membahas hal yang
ringan.namun sering disiasiakan yaitu waktu
jika dipikir lagi mungkin kita telah melewati banyak hal dikarnakan waktu yang
diberikan oleh allah,entah berapa hari yang telah dijalani dengan nikmat waktu
yang diberikan oleh allah,ini merupakan hal yang wajib di syukuri dengan
memanfaatkan nikmat allah itu utuk menjalan perintah perintahnya,dan
menginvestasi bkal akhirat sebanyak banyaknya,agar pada saat nikmat waktu
tersebut telah habis,kita telah bersiap menghadapi akhirat.
Ayat 1:
Wal 'asr
Ayat 2:
Innal insaana lafii khusr
Ayat 3:
Illalladzii na aa manuu wa amilus shalihaati watawa saubil haqqi
wa tawaa saubis sabr
Ayat 1:
Demi masa.
Ayat 2:
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Ayat 3:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati
untuk kesabaran.
.
Ayat tersebut sebenarnya memberikan pemahaman dan ajaran yang utuh bagi
manusia tentang rumusan untuk memaknai waktu. Tidak hanya itu ayat
tersebut juga menanamkan motivasi yang kuat untuk berbuat lebih
(bermanfaat) dalam urusan kehidupan sehari-hari. Ketika seorang manusia lalai
terhadap urusannya dalam waktu sekian detik saja, maka hal tersebut tidak
mungkin dapat diulang kembali dengan situasi dan kondisi yang sama
sepertinya sebelumnya.
Banyak dari kita yang mungkin belum menyadari akan hakikat sesuatu yang
sebelumnya terasa lapang dan mudah kemudian dengan sekejap berubah
menjadi sulit dan rumit. Masa-masa muda yang saat itu dirasakan begitu lama
tetapi kemudian tanpa disadari telah cepat menjadi masa tua.
Kondisi ekonomi yang tengah meningkat (kaya) bisa jadi dalam waktu yang
relatif singkat menjadi terpuruk (miskin) begitu pula sebaliknya. Hal-hal
demikian justru membuat kita tidak memahami akan pentingnya berbuat yang
lebih manfaat saat kita bisa berbuat hal itu sebelum datangnya keadaan yang
tidak bisa memungkinkan kita untuk berbuat yang lebih optimal.
ُ الف َر
اغ َ ص حَّ ُة َو
ِّ ال: اس َّ ان َم ْغ ب ُْو نٌ ف ِْي ِه َم ا َك ث ِْي ٌر ِم َن
ِ الن ِ ِن عْ َم َت
Artinya: "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu
nikmat sehat dan waktu luang." (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
berarti kemungkinan kita yang mungkin lalai atau sibuk akan hal tidak penting,
berarti kta sudah menjadi umat muslim dan muslimat yang merugi,dimana hal
yang merugikan itu sangat dibenci allah,apalagi hal yang dilalaikan adalah
nikmat waktunya yang sangat berharga
Karena waktu adalah nikmat dari Allah SWT, sudah seharusnya tidak menyia-
nyiakannya dengan berbuat hal-hal yang tidak berfaedah. Karena waktu tidak
dapat diputar kembali.
begitu pentingnya lah waktu baik sejam semenit maupun sedetik yang sangat
berharga,namun cukup disayangkan banyak sekali orang yang
menyianyiakannya termasuk khatib sendiri
Jama’ah Sholat Jum’at yang Berbahagia
Esensi dari seorang muslim yang menghargai waktu justru terletak pada cara ia
dalam menggunakan waktu untuk aktivitas sehari-hari, apakah lebih banyak
dipergunakan untuk kemanfaatan dan kebaikan ataukah dipergunakan untuk
hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain.
Perlu diingat pula jika waktu telah sampai di penghujung hidup, maka kita tidak
juga mampu memutar kembali. Untuk itulah jika kebaikan yang tidak
ditebarkan lantas apakah kita terlena dengan sesuatu yang menjerumuskan ke
dalam api neraka, karena sesungguhnya akhir yang baik ialah dalam keadaan
khusnul khatimah
َولِ ُكلِّ ُأ َّم ٍة َأ َج ٌل فَِإ َذا َجا َء َأ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخر ُْو َن َسا َعةً َواَل يَ ْستَ ْق ِد ُم ْو َن
Walikulli ommatin ajalun faitha jaa ajaluhum la yastakhiroona saAAatan
wala yastaqdimoona
Artinya:
Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba mereka
tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (Q.S. al-A’raf: 34)
Hal ini adalah sudah pasti tidak mungkin kita mampu untuk mengulurkan atau
mempersingkatkan waktu sedikitpun. Justru sebagai hamba yang beriman kita
diberikan solusi melalui spiritualitas al-‘Ashr yaitu memiliki etos displin waktu
dalam berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat.
jauhi hal hal buruk dan dekati hal hal yang baik dan bermanfaat terkhusunya
bagi yang menyampaikan yaitu khatib sendiri dan bagi pendengar
"duduk"
KHUTBAH KEDUA
etelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Contoh bacaan:
َ َأقُ ْول ُ َق ْول ِْي َه َذا َوَأ ْس َت ْغ ِف ُر.ت َوال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم
هللا ل ِْي َولَ ُك ْم ِ آن ا ْل َعظِ ْي ِم َو َن َف َعن ِْي َوِإ َّيا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه مِنَ ْاآل َيا
ِ ار َك هللاُ ل ِْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر
َ َب
Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca
shalawat secara perlahan.
Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali
dengan bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.
Contoh bacaan:
ْ
صل ِّ َعلَى َ ش َه ُد َأنّ ُم َحمّدً ا َخا َت ُم اَأل ْْنبِيَاءِ َوا ْل ُم ْر
َ سلِينَ اَللَّ ُه َّم ْ صالِحِينَ َوَأ َّ ش َه ُد َأنْ الَ ِإل َه ِإالّ هللاُ َول ُِّي الْ ب ا ْل َعالَمِينَ َوَأِّ ِإنّ ا ْل َحمْدَ ِهللِ َر
ِ ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ صلَّ ْيتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى
ِ َو َب. ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد،آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم َ آل ُم َح َّم ٍد َك َماِ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى