Anda di halaman 1dari 8

MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN

(MTA) PUSAT
http://www.mta.or.id email : humas@mta.or.id Fax : 0271663977
Jl. Ronggowarsito 111A, Timuran, Banjarsari, Surakarta, Kode Pos 57131, Telp. 0271663299

KHUSUS UNTUK PARA SISWA/PESERTA


Ahad, 14 November 2021/09 Rabii’ul Aakhir 1443 Brosur No.: 2060/2100/IA

Tawaadlu' (Rendah hati)


Tawaadlu’ menurut bahasa adalah mashdar dari :

‫اض ًعا اَ ْي تَ َذلُّ ًًل ِض ُّد تَ َك ُّرّب‬


ُ ‫اض ُع – تَ َو‬
َ ‫اض َع – يَتَ َو‬
َ ‫تَ َو‬
Artinya : merendahkan diri, rendah hati, kebalikan dari sombong

Adapun tawaadlu’ menurut ishthilah ialah tunduk dan merendahkan diri


kepada Allah karena mencintai dan mengagungkanNya, dan merendahkan
diri kepada manusia karena rasa menyayangi dan berbuat baik kepadanya.
Tawaadlu’ merupakan satu sifat terpuji yang menunjukkan kebersihan jiwa.
Sifat ini akan menimbulkan rasa kasih sayang dan persaudaraan diantara
manusia, menghapus kedengkian, kebencian dan ketidaksukaan diantara
mereka.
Tawaadlu’ memiliki banyak bentuk, diantaranya ada yang nampak pada
anggota badan, seperti tawaadlu’ ketika berjalan dan berpakaian. Ada juga
yang nampak pada lisan, seperti meninggalkan sikap membangga
banggakan nasab keturunan, begitu pula meninggalkan sikap merasa dirinya
serba tahu.
Ada dua macam tawaadlu’
1. Tawaadlu’ kepada Allah dengan tunduk kepadaNya sebagai bentuk
pengagungan dan cinta kepadaNya, taslim kepada agamaNya, dan
mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
2. Tawaadlu’ kepada makhluq dengan cara memandang bahwa dirinya
lebih rendah dari orang lain dalam berbagai sifat kebaikan.
Allah SWT berfirman:
ِ ۚ
‫اْلِبَ َال‬
ْ ‫ض َولَ ْن تَ ْب لُ َغ‬ ْ ِ
‫ر‬ ‫َت‬
َ ‫ن‬‫ل‬ ‫ك‬َّ
َ َْ َ ْ ْ َ َ ‫ض َمَر ًح‬
‫ر‬‫اَل‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ِ ‫ش ِِف ْاَلَْر‬
ِ َْ‫َوََل َت‬
37 :‫اَلسراء‬ .‫طُْوًَل‬
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung. [QS. Al-Israa' : 37]

‫ض َمَر ًحاۗ اِ َّن هاّللَ ََل‬ ِ ‫ش ِِف ْاَلَْر‬ ِ ‫َّك لِلن‬


ِ َْ‫َّاس َوََل َت‬ َ ‫صعِْر َخد‬ َ ُ‫َوََل ت‬
‫ض ِم ْن‬ ‫ض‬ ‫غ‬ْ ‫ا‬
‫و‬
ْ ُ َ َ َْْ ْ َ ‫ك‬ ِ
‫ي‬ ‫ش‬ ‫م‬ ‫ِف‬ ِ ‫د‬ ‫ص‬ِ ‫ق‬
ْ ‫ا‬
‫و‬ ) 18 ( ۚ‫ر‬
‫ب ُك َّل ُمُْتَ رال فَ ُخ ْو‬ُّ ‫ُُِي‬
19-18 :‫لقمان‬.)19( ࣖ ‫ي‬ ِْ ‫اْلَ ِم‬
ْ ‫ت‬ ِ َ‫كۗ ۗ اِ َّن اَنْ َكر ْاَل‬ َ ِ‫ص ْوت‬
ُ ‫ص ْو‬
َ َ‫ص َوات ل‬ ْ َ َ
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(18)
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (19) [QS. Luqmaan:
18-19]

‫ض َه ْو ًًن َّواِذَا َخاطَبَ ُه ُم‬


ِ ‫ْح ِن الَّ ِذيْ َن َيَْ ُش ْو َن َعلَى ْاَلَْر‬
‫الر ْ ه‬
َّ ‫اد‬ ِ
ُ َ‫َوعب‬
63 :‫ الفرقان‬.‫س هل ًما‬ َ ‫الْ هج ِهلُ ْو َن قَالُْوا‬
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. [QS. Al-
Furqaan : 63]
Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki, yaitu Adam dan dari
seorang perempuan, yaitu Hawa, lalu menjadikannya berbangsa-bangsa,
bersuku-suku dan berbeda beda warna kulit, bukan untuk saling mencaci
dan merendahkan, tetapi supaya saling mengenal dan tolong menolong.
Allah tidak menyukai orang orang yang memperlihatkan kesombongannya,
membanggakan keturunan, pangkat dan kekayaannya, karena orang yang
paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara mereka.

2
‫ۤ‬
‫‪Allah SWT berfirman:‬‬

‫َّاس اِ ًَّن َخلَ ْقهن ُك ْم ِم ْن ذَ َكر َّواُنْثهى َو َج َع ْل هن ُك ْم ُشعُ ْوًًب َّوقَبَا ِٕى َل‬
‫هاٰيَيُّ َها الن ُ‬
‫خبِ ْيٌ‪ .‬اْلجرات‪13 :‬‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫اّلل اَتْ هقى ُكم ۗ اِ َّن هاّلل علِ‬
‫لِت عارفُوا ۚ اِ َّن اَ ْكرم ُكم ِعْن َد هِ‬
‫َ َ ٌْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ََ ْ‬ ‫ََ َ ْ‬
‫‪Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki‬‬
‫‪dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan‬‬
‫‪bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang‬‬
‫‪yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling‬‬
‫‪bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha‬‬
‫]‪Mengenal. [QS. Al-Hujuraat : 13‬‬
‫‪Dan di dalam hadits disebutkan :‬‬

‫ضَرةَ َح َدثَِ ْن َم ْن َِس َع ُخطْبَةَ َر ُس ْوِل للاِ ﷺ ِ ِْف َو َس ِط‬ ‫َع ْن اَِ ْب نَ ْ‬
‫اح ٌد‪َ ،‬واِ َّن‬ ‫و‬
‫َ ْ ََ‬ ‫م‬ ‫ك‬
‫ُ‬ ‫ب‬
‫ر‬
‫َّ‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ال‪ٰ :‬ي اَيُّها النَّاس‪ ،‬اَََل اِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ق‬‫اََّٰيِم التَّ ْش ِريْ ِ‬
‫ض َل لِ َعَرِرب َعلَى أَ ْع َج ِم ري‪َ ،‬وََل لِ َع َج ِم ري‬ ‫اح ٌد‪ ،‬اَََل ََل فَ ْ‬ ‫اًَب ُكم و ِ‬
‫َ ْ َ‬
‫َعلَى َعَرِرب‪َ ،‬وََل ِلَ ْْحََر َعلَى أَ ْس َوَد‪َ ،‬وََل أَ ْس َوَد َعلَى أَ ْْحََر‪ ،‬اََِّل‬
‫ي يَ ُورم‬‫ال‪ :‬أَ ُّ‬‫ت؟ قَالُْوا‪ :‬بَلَّ َغ َر ُس ْو ُل للاِ ﷺ‪ُ .‬ثَّ قَ َ‬ ‫ًِبلتَّ ْق َوى‪ .‬أَبَلَّ ْغ ُ‬
‫ي َش ْه ر هه َذا؟ قَالُوا‪َ :‬ش ْهُر‬ ‫هه َذا؟ قَالُْوا‪ :‬يَ ْوُم َحَررام‪ُ .‬ثَّ قَا َل‪ :‬أَ ُّ‬
‫ال‪ :‬فَاِ َّن‬‫ي بَلَ رد هه َذا؟ قَالُْوا‪ :‬بَلَ ُد َحَررام‪ .‬قَ َ‬ ‫ال‪ :‬أَ ُّ‬
‫ال‪ُ :‬ثَّ قَ َ‬ ‫َحَررام‪ .‬قَ َ‬
‫ال اَْو‬ ‫ال‪َ :‬وََل اَ ْد ِرى قَ َ‬ ‫للاَ قَ ْد َحَّرَم بَْي نَ ُك ْم ِد َماءَ ُك ْم َواَْم َوالَ ُك ْم‪ .‬قَ َ‬

‫‪3‬‬
‫اض ُك ْم اَْم ََل؟ َك ُح ْرَم ِة يَ ْوِم ُك ْم هه َذا ِ ِْف َش ْه ِرُك ْم هه َذا ِ ِْف بَلَ ِد ُك ْم‬
َ ‫اَ ْعَر‬
ِ ‫الش‬َّ ‫ لِيُبَ لِ ِغ‬:‫ال‬ ۗ ِ‫ بَلَّ َغ َر ُس ْو ُل للا‬:‫ت؟ قَالُْوا‬
‫اه ُد‬ َ َ‫ ق‬.‫ﷺ‬ ُ ‫ أَبَلَّ ْغ‬.‫هه َذا‬
23548 : ‫ رقم‬127: 9 ‫ اْحد‬.‫ب‬ ِ‫الْغَائ‬
َ
Dari Abu Nadlroh, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku orang yang
mendengar khuthbahnya Rasulullah SAW pada pertengahan hari tasyriq.
Rasulullah SAW bersabda:“Wahai para manusia! Ketahuilah, sesungguhnya
Tuhan kalian itu satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan orang Arab atas orang
‘Ajam (selain Arab), tidak ada kelebihan orang selain Arab atas orang Arab,
tidak ada kelebihan orang kulit merah atas orang kulit hitam, dan tidak ada
pula kelebihan orang kulit hitam atas orang kulit merah, melainkan dengan
taqwa. Bukankah aku sudah menyampaikan? Para shahabat menjawab:
“Rasulullah SAW sudah menyampaikan”. Beliau bertanya lagi: “Hari apa ini?”
Para shahabat menjawab: “Hari Haram”. Beliau SAW bertanya lagi: “Bulan
apa ini?” Para shahabat menjawab: “Bulan Haram.” Beliau SAW bertanya
lagi: “Negeri apa ini?” Para sahabat menjawab: “Negeri Haram.” Beliau SAW
bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan diantara kalian darah
kalian dan harta benda kalian.” Shahabat yang mendengar khuthbah
Rasulullah SAW tadi berkata: “Aku tidak tahu beliau SAW menyabdakan
“dan kehormatan kalian.” atau tidak, seperti haramnya hari kalian ini, di bulan
kalian ini dan di negeri kalian ini. Bukankah aku sudah menyampaikan?”
Para shahabat menjawab: “Rasulullah SAW sudah menyampaikan.” Beliau
SAW bersabda: “Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak
hadir.” [HR. Ahmad juz 9 hal 127 no 23548]

‫َي اَقْ َو ٌام يَ ْفتَ ِخُرْو َن ًِبه ًَبئِ ِه ُم‬


َّ َ ‫ لَيَ ْن تَ ِه‬:‫ال‬
َ َ‫َّب ﷺ ق‬ِ ِ‫َع ْن اَ ْب ُهَريْ َرةَ َع ِن الن‬
‫ اََِّّنَا ُه ْم فَ ْح ُم َج َهن ََّم اَْو لَيَ ُك ْونُ َّن اَ ْه َو َن َعلَى للاِ ِم َن‬،‫الَّ ِذيْ َن َماتُ ْوا‬
ِ‫ ا‬.‫الِراء ًِبَنْ ِف ِه‬ ِ ‫اْلع ِل الَّ ِذى ي َده‬
َ‫ب َعْن ُك ْم عُبِيَّة‬ َ ‫ه‬َ ‫ذ‬
ْ ‫ا‬
َ َ‫للا‬ ‫ن‬َّ ََ ْ ‫ه‬
ُ ‫د‬ ْ ُ َُْ
4
‫َّاس‬
‫ن‬ ‫ل‬‫ا‬ . ‫ي‬ ‫ق‬ ِ َ‫ اََِّّنَا هو مؤِمن تَِقي وف‬.‫اهلِيَّ ِة وفَخرها ًِبْ هَلًب ِء‬
ِ ‫اجر ش‬ ِ ‫اْل‬
ُ َ ٌّ َ ٌّ
ٌ َ ٌ َُ ْ ُ َ َ َ َ َْ
ْ
،4049 :‫ رقم‬،390 :5 ‫ الُّتمذى‬.‫اب‬ َُّ ‫ُكلُّ ُه ْم بَنُ ْو اه َد َم َواه َد ُم ُخلِ َق ِم َن‬
ِ ‫الُّت‬
‫هذا حديث حسن‬
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Hendaklah orang-
orang itu berhenti dari membanggakan nenek-moyang mereka yang telah
mati, sesungguhnya mereka itu menjadi bara api Jahannam, atau orang-
orang itu akan menjadi lebih hina menurut pandangan Allah daripada
kumbang pemakan kotoran yang mendorong kotoran dengan moncongnya.
Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan
jahiliyyah dan berbangga dengan nenek moyang. Sesungguhnya manusia
itu hanya (ada dua), orang mukmin yang thaat atau orang jahat yang celaka.
Manusia semuanya adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari
tanah". [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 390, no. 4049, ia berkata : Ini hadits hasan]

‫ىل‬ِ‫ اِ َّن للا ََل ي نظُر ا‬:‫ال رسو ُل للاِ ﷺ‬ َ َ‫َع ْن اَِ ْب ُهَريْ َرةَ ق‬
َ ُ َْ َ ْ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬
:4 ‫ مسلم‬.‫ك ْم‬ ُ ِ‫ىل قُلُ ْوبِ ُك ْم َواَ ْع َمال‬ِ‫صوِرُكم واَموالِ ُكم وهل ِكن ي نظُر ا‬
َ ُ َْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ
34 ‫ رقم‬1987
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan harta-bendamu, tetapi
Allah melihat (menilai) pada hatimu dan amalmu". [HR. Muslim juz 4, hal. 1987
no 34]

Kebalikan dari tawaadlu’ adalah sombong. Orang yang sombong tidak akan
masuk surga. Di dalam hadits disebutkan :

‫اْلَنَّةَ َم ْن َكا َن ِ ِْف قَ ْلبِ ِه‬


ْ ‫ ََل يَ ْد ُخ ُل‬:‫ال‬ ِ ِ‫َع ْن َعْب ِد للاِ َع ِن الن‬
َ َ‫َّب ﷺ ق‬
149 :‫ رقم‬،93 :1 ‫ مسلم‬.‫ّب‬ ‫ال ذَ َّرةر ِم ْن كِ ْر‬
ُ ‫ِمثْ َق‬
5
Dari 'Abdullah (bin Mas'ud), dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tidak akan
masuk surga, orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari
kesombongan". [HR. Muslim juz 1, hal. 93, no. 149]

‫َّار اَ َح ٌد ِ ِْف‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬ْ ‫ي‬ ‫َل‬


َ : ِ‫ال رس و ُل للا‬ َ َ‫ق‬ : ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ِ‫عن عب ِد للا‬
َ ُ ُ َ ‫ﷺ‬ ْ ُ َ َْ ْ َ
‫اْلَنَّةَ اَ َح ٌد ِ ِْف قَ ْلبِ ِه‬ ‫ال حبَّ ِة خرد رل ِمن اَِْيَ ر‬ ِِ
ْ ‫ َوََل يَ ْد ُخ ُل‬.‫ان‬ ْ َ ْ َ َ ُ ‫قَ ْلبِه مثْ َق‬
148 :‫ رقم‬،93 :1 ‫ مسلم‬.َ‫ّبَٰيء‬ ِْ ِ‫ال َحبَّ ِة َخ ْرَد رل ِم ْن ك‬
ُ ‫ِمثْ َق‬
Dari 'Abdullah (bin Mas'ud), ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Tidak
akan masuk neraka seseorang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji
sawi dari iman. Dan tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam
hatinya ada seberat biji sawi dari sombong". [HR. Muslim juz 1, hal. 93, no.
148]
Orang yang tawaadlu’ sangat terhormat dan Allah menempatkannya pada
derajat yang tinggi. Di dalam hadits disebutkan :

‫ اِ َّن للاَ َعَّز‬:‫ال‬


َ ‫َّب ﷺ اَنَّهُ َخطَبَ ُه ْم فَ َق‬ِ ِ‫اض بْ ِن ِْحَار َع ِن الن‬
ِ َ‫َع ْن ِعي‬
‫ ابن‬.‫ح رد‬ َ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ح‬ َ‫ا‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫ف‬
ْ ‫ي‬ ‫َل‬ َ ‫ّت‬
َّ ‫ح‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ع‬‫اض‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ن‬
ْ ‫ا‬
َ ‫َل‬
َ ِ‫وجل اَوحى ا‬
َ َ َ ََ َ ٌ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ ْ َّ َ َ
4179 :‫ رقم‬،1399 :2 ‫ماجه‬
Dari 'Iyadl bin Himar, dari Nabi SAW bahwasanya beliau berkhutbah, beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla telah mewahyukan kepadaku
agar supaya kamu sekalian bertawaadlu', sehingga seseorang tidak merasa
sombong terhadap yang lain". [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1399, no. 4179]

‫ص َدقَةٌ ِم ْن‬ ‫ت‬ ‫ص‬ ‫ق‬


َ َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ : ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ِ‫عن اَِب هري رةَ عن رسوِل للا‬
َ َ َ ْ ‫ﷺ‬ ْ ُ َ ْ َ ََْ ُ ْ ْ َ
‫اض َع اَ َح ٌد ِهّللِ اََِّل‬ ِ ِ
َ ‫ َوَما تَ َو‬،‫ َوَما َز َاد للاُ َعْب ًدا بِ َع ْف رو اََّل عًّزا‬،‫َم رال‬

6
‫مسلم ‪ 2001 :4‬رقم ‪69‬‬ ‫َرفَ َعهُ للاُ‪.‬‬
‫‪Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Shadaqah itu‬‬
‫‪tidak akan mengurangi harta. Dan tidaklah Allah menambah kepada seorang‬‬
‫‪hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang‬‬
‫‪bertawaadlu' karena Allah, kecuali Allah mengangkat derajat orang itu". [HR.‬‬
‫]‪Muslim juz 4, hal. 2001 no 69‬‬
‫‪Agar terhindar dari kesombongan dan menjadi orang yang tawaadlu’, Imam‬‬
‫‪Al Ghazali (W: 505H) memberi nasehat sebagai berikut :‬‬

‫فَاِ ًذا‪ِ ،‬م ْن َح ِق الْ َعْب ِد اَ ْن ََل يَتَ َك ََّّب َعلَى اَ َح رد‪ .‬بَ ْل اِ ْن نَظََر اِ َىل‬
‫صْي تُهُ بِعِْل رم فَ ُه َو اَ ْع َذ ُر‬ ‫ع‬ ‫ًن‬
‫َ‬ ‫َ‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬‫ر‬ ‫ه‬ ‫ب‬‫ال ‪ :‬هه َذا عصى للا ِ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ر‬
‫ل‬ ‫جِ‬
‫اه‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ف‬ ‫ِ‬
‫ال ‪ :‬هه َذا قَ ْد َعل َم َما َلْ اَ ْعلَ ْم‪ ،‬فَ َكْي َ‬ ‫ِم ِ ْن‪َ .‬و اِ ْن نَظََر اِ َىل َع ِرال قَ َ‬
‫ال ‪ :‬هه َذا قَ ْد‬ ‫اَ ُك ْو ُن ِمثْ لَهُ؟ َواِ ْن نَظََر اِ َىل َكبِ ْري ُه َو اَ ْك َّبُ ِمْنهُ ِسنًا‪ ،‬قَ َ‬
‫ن‬ ‫ال‪ :‬اِِ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫صغِ ْر‬
‫ي‬ ‫ىل‬‫َ‬ ‫اَطَاع للا قَبلِي فَ َكيف اَ ُكو ُن ِمث لَه ؟ واِ ْن نظَر اِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ْ ْ َ ْ ُْ َ َ َ‬
‫ف اَ ُك ْو ُن ِمثْ لَهُ؟ َواِ ْن نَظََر اِ َىل ُمْب تَ ِد رع اَْو‬ ‫ت للاَ قَ ْب لَهُ‪ ،‬فَ َكْي َ‬ ‫صْي ُ‬
‫َع َ‬
‫ال ‪َ :‬ما يُ ْد ِريِْ ْن لَ َعلَّهُ ََيْتِ ُم لَهُ ًِبَِْل ْس ًَلِم َوََيْتِ ُم ِ َْل ِبَا ُه َو‬ ‫َكافِ ر ‪ ،‬قَ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َل ؟‬ ‫َل َك َما َلْ يَ ُك ْن ابْتِ َد ُاؤَها ا َ َّ‬ ‫س َد َو ُام ا ْلِ َدايَِة ا ََّ‬ ‫َ‬ ‫ي‬
‫ْ‬‫َ‬‫ل‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ۗ ‬
‫ن‬‫َ‬ ‫َعلَْي ِه َ ا‬
‫ۗ ‬
‫ال‬
‫الَ ِاَتَِة يَ ْق ِد ُر َعلَي اَ ْن يَْن ِف َي الْ ِك ْ َّب َع ْن نَ ْف ِس ِه‪َ .‬و ُك ُّل‬ ‫فَبِ ُم ًَل َحظَِة ْ‬

‫‪7‬‬
‫ب ِم َن للاِ ََل‬
ِ ‫ال ِِف سع َادةِ َاۗ ال ۗ خَۗ رةۗ و ال ُقر‬
َ ‫م‬ ‫ك‬
َ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ َّ
‫ن‬ ‫ا‬
َ ‫م‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ن‬
ْ ِ
‫ًب‬
َ ‫ك‬ ِ‫هذل‬
ْ َ ََ ْ َ َ َ ْ َ
) 1335 : 3 ‫(احياء علوم الدين‬. ُ‫الدنْيَا ِمَّا ََل بَ َقاءَ لَه‬ ُّ ‫فِْي َما يَظْ َه ُر ِِف‬
Kalau begitu, haknya hamba tidak boleh sombong merendahkan orang lain.
Tetapi jika ia melihat orang yang jahil (bodoh), ia berkata (dalam hati) “Orang
ini ma’shiyat kepada Allah karena ia tidak tahu, sedangkan aku ma’shiyat
kepada Allah dalam keadaan mengetahui. Maka ia lebih bisa beralasan
daripada aku.”
Jika ia melihat kepada orang yang ‘alim, ia berkata (dalam hati) “Orang ini
orang yang mulia, ia telah mengetahui apa apa yang aku belum mengetahui,
lalu bagaimana dengan diriku, apakah bisa menjadi orang seperti dia?”
Jika ia melihat kepada orang tua, yaitu orang yang lebih tua usianya, ia
berkata (dalam hati), “Orang ini telah tha’at kepada Allah sebelum aku, lalu
bagaimana dengan diriku, apakah tetap bisa tha’at kepada Allah sampai tua
seperti dia?”
Jika ia melihat kepada anak muda, ia berkata (dalam hati) “Sesungguhnya
aku telah berma’shiyat kepada Allah sebelum dia, lalu bagaimana diriku
apakah bisa seperti dia.”
Jika ia melihat orang ahli bid’ah atau orang kafir, ia berkata (dalam hati)
“Apakah aku tahu, mungkin ia nanti bertaubat lalu menjadi orang Islam yang
baik sampai akhir hayatnya, sedangkan aku mungkin bisa berubah menjadi
seperti dia sekarang sampai akhir hayatku, karena tidak ada jaminan
tetapnya hidayah kepadaku (sampai akhir hayat) sebagaimana dahulu tidak
ada hidayah kepadaku.”
Dengan memperhatikan akhir hayat, orang bisa menghilangkan
kesombongan pada dirinya (lalu menjadi orang yang tawaadlu’) dan
semuanya itu dengan mengetahui bahwa kesempurnaan kemulyaan itu
adalah (diukur) dengan kebahagiaan di akherat dan dengan kedekatannya
kepada Allah, bukan (diukur) dengan apa yang tampak di dunia yang tidak
kekal ini.” [Ihyaa ‘ulumiddin juz 3, hal 1335]

Demikianlah, semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong dan


menjadikan kita orang-orang yang tawaadlu’. Aamiin

--oo0oo--

Anda mungkin juga menyukai