Anda di halaman 1dari 4

Assalamualaikum wr.

wb

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah
–Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Kaum Muslimin yang berbahagia, Allah subhanahu wata’ala mencela sekelompok kaum yang
mengajak berbuat baik namun tidak mengerjakannya dalam firman-Nya:  

َ َّ‫اَتَْأ ُمر ُْو َن الن‬


َ ‫اس بِ ْالبِرِّ َوتَ ْن َس ْو َن اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْنتُ ْم تَ ْتلُ ْو َن ْال ِك ٰت‬
)٤٤ :‫ب ۗ اَفَاَل تَ ْعقِلُ ْو َن (البقرة‬
Maknanya: “Mengapa kalian menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian
melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kalian
mengerti?” (QS al-Baqarah: 44).  

Ayat ini konteksnya adalah mengingatkan Bani Isra’il akan beragam nikmat yang Allah
anugerahkan kepada mereka dan menjelaskan keadaan mereka. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma menjelaskan makna ayat di atas bahwa para pemuka agama Yahudi menyuruh
pengikut-pengikut mereka untuk mengikuti Taurat sedangkan mereka sendiri menyalahinya,
yaitu dengan mengingkari sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Diriwayatkan bahwa suatu ketika umat Islam pada masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan
sesuatu, niscaya akan kita laksanakan. Lalu turunlah ayat:  

‫ َكب َُر َم ْقتًا ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْن تَقُ ْولُ ْوا َما اَل تَ ْف َعلُ ْو َن‬،‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا لِ َم تَقُ ْولُ ْو َن َما اَل تَ ْف َعلُ ْو َن‬
)٣-٢ :‫(الصف‬
Maknanya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak
kalian kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci oleh Allah jika kalian mengatakan sesuatu yang tidak
kalian kerjakan” (QS ash-Shaff: 2-3).  

Dari Abu Shalih, ia berkata: Telah sampai berita kepadaku bahwa ayat ini turun berkaitan
dengan perintah jihad. Seseorang berkata: “Aku telah berperang dan berjihad,” padahal ia tidak
melakukannya. Kemudian Allah menurunkan ayat di atas sebagai nasihat yang sangat keras
kepada mereka.  

Allah subhanahu wata’ala menceritakan perkataan Nabi Syu’aib ‘alaihis salam:

ُ ۗ ‫َّو َمٓا اُ ِر ْي ُد اَ ْن اُ َخالِفَ ُك ْم اِ ٰلى َمٓا اَ ْن ٰهى ُك ْم َع ْنهُ ۗاِ ْن اُ ِر ْي ُد اِاَّل ااْل ِ صْ اَل َح َما ا ْستَطَع‬
)٨٨ :‫ْت (هود‬
Maknanya: “Aku tidak akan melarang kalian dari suatu perkara lalu aku melakukannya. Aku
tidaklah bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan bagi kalian sekuat yang aku mampu, (yaitu
menyampaikan wahyu kepada kalian bukan memaksa kalian)” (QS Hud: 88)  
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  

ْ َ‫ق َأ ْقتَاب ب‬
‫طنِه فَي ُدو ُر بِهَا َك َما يَ ُدو ُر‬ ُ ِ‫ فَتَ ْن َدل‬،‫يُؤتَى بِال َّرجُل يَو َم القِيَا َمة فَي ُْلقَى في النَّار‬
‫ك تَأ ُم ُر‬ُ َ‫ك؟ َألَم ت‬َ َ‫ َما ل‬،‫ يَا فُالَ ُن‬:‫ فَيَقُولُون‬،‫ار‬ ِ َّ‫ فَيَجْ تَ ِمع ِإلَيه َأه ُل الن‬،‫َّحى‬
َ ‫الح َما ُر فِي الر‬
ِ
‫ َوَأنهَى َعن‬،‫نت آ ُم ُر بِال َمعرُوف َوالَ آتِي ِه‬ ُ ‫ ُك‬،‫ بَلَى‬:‫بِال َمعرُوف َوتَ ْنهَى َعن ال ُم ْن َكر؟ فيقول‬
‫ال ُمن َكر َوآتِي ِه‬
Maknanya: “Pada hari kiamat nanti akan didatangkan seseorang, lalu ia dilemparkan ke dalam
neraka sehingga usus-usus dalam perutnya terburai. Lalu ia berputar-putar seperti keledai
berputar-putar pada penggilingannya. Para penghuni neraka mengerumuninya seraya bertanya,
“Wahai fulan! Kenapa kamu? Bukankah engkau dulu memerintahkan perbuatan baik dan
mencegah perbuatan mungkar?” Ia menjawab, “Benar, dulu aku memerintahkan kebaikan tapi
tidak melaksanakannya, dan aku mencegah kemungkaran tapi justru melakukannya.” (Muttafaq
‘alaih)  

Ketika perjalanan Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sekumpulan
orang yang digunting bibir dan lisan mereka dengan gunting dari api. Nabi pun bertanya kepada
Jibril. Jibril menjawab: Mereka adalah para penceramah dari umatmu yang mengatakan sesuatu
yang tidak mereka lakukan (HR Ibnu Hibban)  

Seorang ulama besar di kalangan tabi’in, Abul Aswad ad-Du’ali rahimahullah berkata:  

‫ت َع ِظ ْي ُم‬ َ ‫ق َوتَْأتِ َي ِم ْثلَهُ * عا َ ٌر َعلَي‬


َ ‫ْك ِإ َذا فَ َع ْل‬ ٍ ُ‫اَل تَ ْنهَ َع ْن ُخل‬
“Janganlah engkau melarang perilaku, namun engkau juga melakukan semisalnya. Aib besar
bagimu jika kau melakukan yang demikian.”  

Kaum Muslimin yang berbahagia, Banyak orang yang keliru dalam memahami ayat, hadits, dan
maqalah di atas. Sehingga mereka tidak mau melakukan amar makruf nahi munkar dengan
alasan masih belum bisa mengamalkan kebaikan yang akan ia perintahkan atau masih belum
mampu meninggalkan kemungkaran yang akan ia larang. Mereka bahkan mencela habis-habisan
orang yang mengajak kepada kebaikan yang tidak ia kerjakan atau orang yang mencegah dari
dosa yang ia sendiri melakukannya.  

Padahal sebenarnya yang dicela dengan keras oleh ayat, hadits, dan para ulama adalah sikap
meninggalkan kewajiban atau melakukan kemaksiatan, bukan amar makruf nahi munkarnya.
Meninggalkan kewajiban atau melakukan kemaksiatan adalah satu hal. Dan beramar makruf nahi
munkar adalah hal yang berbeda. Kita diperintahkan dua hal:

1. melakukan kebaikan
2. memerintahkan orang lain berbuat kebaikan.
Dan kita juga dilarang dari 2 hal:

1. melakukan kemungkaran
2. meninggalkan nahi munkar.

Sesuatu yang tidak dapat dicapai seluruhnya, maka jangan tinggalkan semuanya. Seseorang yang
tidak mampu khusyuk dalam shalat atau tidak mampu mengerjakan shalat secara berjamaah,
maka ia tidak boleh meninggalkan shalat sama sekali.  

Dengan demikian, orang yang mencegah orang lain berbuat maksiat, sedangkan ia sendiri masih
melakukannya, maka dosanya satu. Yaitu dosa melakukan maksiat. Sedangkan nahi munkar
yang wajib ia lakukan, telah ia tunaikan. Sedangkan seseorang yang tidak mau mencegah orang
lain berbuat maksiat padahal ia mampu melakukannya dengan alasan ia sendiri masih
mengerjakannya, maka dosanya dua. Yaitu dosa melakukan maksiat dan dosa meninggalkan nahi
munkar.  

Allah ta’ala berfirman:  

َ ِ‫ان َد ٗاو َد َو ِع ْي َسى اب ِْن َمرْ يَ َم ٰۗذل‬ ۤ ۢ


‫ص ْوا‬
َ ‫ك بِ َما َع‬ ِ ‫لُ ِع َن الَّ ِذي َْن َكفَر ُْوا ِم ْن بَنِ ْٓي اِس َْرا ِءي َْل َع ٰلى لِ َس‬
َ ‫ َكانُ ْوا اَل يَتَنَاهَ ْو َن َع ْن ُّم ْن َك ٍر فَ َعلُ ْو ۗهُ لَبِْئ‬،‫َّو َكانُ ْوا يَ ْعتَ ُد ْو َن‬
‫س َما َكانُ ْوا يَ ْف َعلُ ْو َن‬
(٧٩-٧٨ :‫)المائدة‬
Maknanya: “Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan
Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat
buruk apa yang mereka perbuat” (QS al-Ma’idah: 78-79).  

Dalam ayat di atas, Allah ta’ala mencela orang-orang kafir dari Bani Israil dikarenakan tidak
saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat.  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Para ulama mengatakan: seseorang yang melakukan nahi
munkar tidak disyaratkan bersih dari maksiat. Bahkan para pelaku maksiat diwajibkan satu
dengan lainnya saling mencegah dari kemaksiatan.  

َ ‫اس َأ ْن يَ ْنهَى ْال ُجاَّل‬


‫س‬ ِ ‫َو َعلَى ُم ِدي ِْر ْال َك‬
“Seorang penghidang khamar wajib baginya mencegah orang-orang dari minum khamar.”  
Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan:  

ْ ‫ َولَ ْو لَ ْم يَ ِع‬،‫ف َوالنَّه ِْي َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ْال َو ْع ِظ َوالتَّ ْذ ِكي ِْر‬


‫ظ‬ ِ ‫ان ِم َن اَأْل ْم ِر بِ ْال َم ْعر ُْو‬ ِ ‫فَاَل بُ َّد لِإْل ْن َس‬
‫ َأِلنَّهُ اَل‬،‫َأ َح ٌد‬ ‫صلى هللا عليه وسلم‬ ِ‫اس بَ ْع َد َرس ُْو ِل هللا‬ َ َّ‫ِإاَّل َم ْعص ُْو ٌم ِم َن ال َّزلَ ِل لَ ْم يَ ِع ِظ الن‬
َ ‫ِعصْ َمةَ َأِل‬
ُ‫ح ٍد بَ ْع َده‬

“Seseorang harus melakukan amar makruf nahi munkar, memberi nasihat dan mengingatkan.
Seandainya tidak dibolehkan memberi nasihat kecuali orang yang ma’shum dari dosa, niscaya
tidak akan ada seorang pun yang memberikan nasihat kepada manusia sepeninggal Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, karena tidak ada orang yang ma’shum dari dosa setelah beliau.”  

Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi rahimahullah mengatakan:

ْ‫صي ِْري‬ َ ْ‫ك ِع ْل ِم ْي َواَل يَضْ رُر‬


ِ ‫ك تَ ْق‬ ُ ْ‫بع ْل ِم ْي َوِإ ْن قَصَّر‬
َ ‫ت فِي َع َملِ ْي * يَ ْنفَ ْع‬ ِ ْ‫اِ ْع َمل‬
“Amalkan ilmuku meski aku lalai dalam amalku, niscaya ilmuku bermanfaat bagimu dan
kelalainku tidak membahayakanmu.”  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Terakhir, penting untuk disampaikan bahwa yang paling
sempurna, paling utama dan paling mengena adalah jika seseorang melakukan apa yang ia amar
makrufkan dan meninggalkan apa yang ia nahi munkarkan.  

Jika sebaliknya, maka keadaanya seperti apa yang ditegaskan oleh Imam ‘Abdurrahman ibn al-
Jauzi rahimahullah:  

‫ب َك َما يَ ِزلُّ ْال َما ُء َع ِن ْال َح َج ِر‬


ِ ‫ت َم ْو ِعظَتُهُ َع ِن ْالقُلُ ْو‬
ْ َّ‫َو َمتَى لَ ْم يَ ْع َم ِل ْال َوا ِعظُ بِ ِع ْل ِم ِه َزل‬
“Ketika seorang pemberi nasihat tidak mengamalkan ilmunya, maka nasihatnya menggelincir
dari hati sebagaimana air menggelincir dari batu”  

Hadirin sekalian, Demikian ceramah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini.
Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.  

Anda mungkin juga menyukai