Anda di halaman 1dari 2

Jamaah Shalat Jum’at yang berbahagia!

Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin saat ini yang berupa
penderitaan, kesulitan dan kesempitan, baik pada harta maupun keamanan, yang menyangkut
masalah pribadi ataupun social, tidak lain sesungguhnya disebabkan oleh maksiat-maksiat yang
dilakukan oleh manusia sendiri. Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa : 79 :

          
        
 
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu,
Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap
manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Sesungguhnya kebanyakan orang-orang sekarang mengembalikkan sebab musibah-


musibah yang mereka alami, baik musibah yang menyangkut harta atau yang menyangkut
keamanan dan politik mereka mengembalikan sebab-sebab musibah-musibah ini hanya kepada
sebab-sebab alami, materi, atau kepada sebab pergolakan politik, atau sebab perekonomian, atau
kepada sebab perselisihan tentang daerah perbatasan antara dua Negara. Tidak disangsikan lagi,
hal ini disebabkan kurangnya pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka dan kelalaian
mereka dari mentadaburi Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah.

Ma’asyiral muslimin yang dimuliakan Allah!


Islam selalu mengajarkan kebaikan kepada pengikutnya. Demikian pula Islam melarang
pemeluknya berbuat dosa dan kemaksiatan. Tidaklah Islam memerintahkan serta melarang
sesuatu kecuali ada hikmah di balik semua itu.

Setiap orang yang melanggar syariat Islam, pasti pelakunya akan mendapat kesengsaraan
di dunia dan akhirat. Dia akan menjadi titik hitam yang sulit dibersihkan jika tidak bertaubat dan
dibarengi dengan perbuatan yang baik. Dari Abu Hurairah bahwsanya Rasulullah bersabda:

Artinya: “Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan titik warna
hitam. Jika dia bertaubat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah
dengan dosa lain, nuktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang
disebut-sebut Allah dalam ayat, ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutup hati mereka’.” (HR. At Tirmidzi)

Ma’asyiral muslimin yang dimuliakan Allah!


Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan akibat berbuat maksiat pada Allah Ta’ala. Di antara
akibat tersebut adalah:

1. Maksiat menghalangi pengetahuan

Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat
menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan
daya hafal Imam Syafi’i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, “Aku melihat Allah telah
menyiratkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan
cahaya itu dengan maksiat.”

Ketahuilah bahwa Islam ini adalah cahaya. Ia akan menerangi jalan menuju surga-Nya. Dan
ketahuilah bahwa cahaya Islam ini tidak akan masuk ke dalam hati kita jika kemaksiatan masih
menghiasi kehidupan kita. Banyaknya pengajian yang kita hadiri, ceramah-ceramah dari para dai
dan khatib yang kita dengarkan, akan tetapi banyak dari yang sulit untuk diserap dalam pikiran
kita. Mungkin penyebabnya adalah maksiat.

Bagaimana tidak, telinga kita lebih sering mendengarkan musik dari pada mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Qur’an. Mata kita masih menonton tayangan-tayangan televis yang jauh
dari tuntunan Islam. Serta anggota badan kita masih banyak melakukan dosa-dosa sehingga
Allah belum memberikan ilmu-Nya kepada kita.

2. Maksiat menghalangi rezeki

Jika ketaqwaan adalah penyebab datangnya rezeki dari Allah, sebaliknya meninggalkan


ketaqwaan berarti menimbulkan kefakiran.

Dari Tsauban, bersabda Rasulullah, “Sesungguhnya seorang hamba dicegah dari rezeki akibat
dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad)

Kita harus yakin bahwa taqwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rezeki dan
memudahkannya dan tidaklah mudah mendapatkan rezeki Allah kecuali kita tinggalkan
kemaksiatan dan janganlah kita penuhi jiwa kita tumbuh dengan hal-hal yang maksiat. Kita juga
harus membersihkan rezeki kita dari barang-barang yang haram dan syuhbat. Jauhkan diri
dari riba, menipu, serta transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam. Dan ingatlah bahwa satu
suap yang didapat dari barang haram bisa menjadikan diri kita terjerumus ke dalam Neraka.
Rasulullah bersabda:

Artinya: “Setiap jasad yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih pantas baginya.”
(HR. At Thabrani)

4. Maksiat menjauhkan pelakunya dengan orang baik

Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin
berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orng yang
baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada
hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata,
“Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku
binatang (kendaraan) dan istriku.”

5. Maksiat menyulitkan urusan

Jika ketaqwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi
kesulitan dalam setiap urusannya. Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu
mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan.
Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di
dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk.”

Mudah-mudahan, kita yang ada disini mampu berbuat baik dan meinggalkan maksiat.
Dan tidak lupa kita berdoa pada Allah Ta’ala agar Dia menjauhkan kita dari maksiat dan
memudahkan segala urusan kita dalam ketaatan.

Anda mungkin juga menyukai