Anda di halaman 1dari 4

Pengertian amar ma`ruf nahi mungkar.

Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk bertahuid
kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai
dengan jalan fitrah dan kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan (urusan yang diketahui dan
dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk segala yang wajib yang mandub. Makruf
juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya.

Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan syara’-Nya.
Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara’, termasuk segala yang haram, segala yang makruh,
dan segala yang dibenci oleh Allah SWT.

Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan untuk kesana ,
menutup jalan kejahatan dan permusuhan dengan tetap mempertimbangkan kemumgkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.

Kalau kita tidak sanggup mencegahnya atau takut akan membahayakan diri sendiri, kita berusaha
memberikan nasihat, kita pergunakan akal kita agar dia membatalkan niatnya.

Perintah Amar Ma`ruf Nahi Mungkar.

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan Nahi
Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban
menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa
saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah swt beserta RasulNya
mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak melaksanakannya sementara ia mempunyai
kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut. Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar
termasuk Ushul Ad-Din, dengan dicapai tujuan perutusan (bi;tsah) para nabi.

Dan sesungguhnya saya mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya apabila orang-orang
melihat orang yang bertindak aniyaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkina besar
Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, yang disebabkan oleh perbuatan mereka itu sendiri.

Karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar.

Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar:

Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter orang mukmin.

Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter orang munafik.

Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang ma’ruf dan munkar. Ini
adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar ma’ruf nahi
munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun merupakan
kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang diamanahkan Rasulullah
SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Rasulullah
mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia harus mengubah dengan tangan,
dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Begitu juga Imam al-
Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi
munkar” adalah kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi
itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar
kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri
akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.

Penurunan azab menimpa masyarakat

Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya, Dikawatirkan Allah akan
melimpahkan azab siksa-Nya secara merata

Manfaat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar ditegakkan.

Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin

Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang melakukan aksi amar ma’ruf nahi munkar, yaitu, orang-
orang yang lahir dari umat terbaik (umat muslim)

Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh

Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita mencegah perbuatan buruk (munkar).

Kita akan menjadi orang-orang yang meraih kemenangan.

Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum tersebut, sehingga tercipta kerukunan,
kedamaian dan ketentraman.

Akan dijauhkan dari Azab Allah.

Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai pewaris para nabi) akan terjaga dengan baik, sehingga
dijauhkan dari kesesatan dalam menuntut ilmu, yaitu niat/motivasi yang salah dan belajar pada orang
yang salah. Dengan terjaganya para ulama yang sholeh, maka akan lahirlah umara (penguasa) yang baik
dan mampu memimpin umatnya dengan adil. Keempat, bila seseorang sudah menjalankan amar ma’ruf
dan nahi munkar, maka hatinya akan tenang dan termotivasi untuk menjalankan kehidupannya lebih
baik lagi dari hari ke hari
Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah ‘digerus’ oleh derasnya arus kemunkaran.
Hal ini terjadi karena kemunkaran telah dibungkus dengan performa yang menarik, sehingga hampir
seluruh lapisan masyarakat mampu menikmatinya. Begitu mudahnya kemunkaran sudah masuk dalam
celah-celah sempit dalam rumah melalui media cetak dan elektronik, yang setiap hari dikonsumsi oleh
masyarakat.

Tentu ini sangat berbahaya, karena kemunkaran/kebathilan yang secara terus-menerus


disuguhkan dan diinformasikan, apalagi didesain dengan performa yang menarik, maka sangat mungkin
kemunkaran itu akan dianggap sebagai kebaikan dan kemudian dijadikan sebagai kebiasaan.

Untuk menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang kokoh, yaitu dari diri kaum
muslim sendiri yang harus sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah. Kesadaran inilah
yang akan mengantarkannya untuk menjadi seorang yang muttaqin, dan mampu menjalankan amar
ma’ruf nahi munkar dengan baik.

Ketika kita ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari bahaya kemunkaran, maka
hendaklah dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Dan jika Allah dan Rasul Nya telah memberikan
rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka sebagai seorang muslim yang taat sudah sepatutnya untuk
berucap sami’na wa atho’na.

Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar

Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf dan nahy munkar,
Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahy munkar. Ketika kewajiban itu
diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak
melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar
ma’ruf dan nahy munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu. Berikut ini akan
disebutkan sebagiannya sebagaimana disebutkan oleh Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam
bukunya Al-Amru Bil-Ma’ruf Wan-Nahyu ‘Anil-Munkar dan Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya
Taujihat Nabawiyyah .

1. Azab yang menyeluruh

Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-orang yang


shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan
menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang
yang shalih.

2. Tidak dikabulkannya do’a orang-orang yang shalih

Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar serta tidak mencegah
orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan
tidak mengabulkan do’a mereka.
Sabda Rasulullah saw: Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan menimpakan siksa kepadamu kemudian kamu
berdo’a kepada-Nya lalu tidak dikabulkan. ( HR. Tirmidzi)

3. Berhak mendapatkan laknat

Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar adalah berhak
mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika
mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar.

Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud ia
berkata :Rasulullah saw. bersabda : ” Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang
jika bertemu kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur : wahai fulan, berertqwalah pada Allah dan
tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak halal bagimu, kemudian pada esok
harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi
teman makan minum dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati
masing-masing, sebagaimana firman Allah :

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. sampai
firman Allah ( tapi kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik) . Kemudian Nabi bersabda : ”
Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi Allah, kamu harus menyuruh kepada yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar dan mencegah orang yang berbuat zalim, kamu harus mengembalikannya
ke jalan hak, dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau kalau tidak, Allah akan menutup hatimu, kemudian
melaknat kamu sebagaimana melaknat mereka “.

4. Timbulnya perpecahan

Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling keji dapat
menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-hukumNya dalam
kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak
mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan permusuhan di kalangan mereka
sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan menumpahkan darah.

5. Pemusnahan mental

Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat beliau secara
fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth
dan Syu’aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah
membinasakan umat Muhammad secara mental. Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap
dalam keadaan hidup, sekalipun melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran dan
kebinasaan, namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada
nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa
hormat . Inilah yang diberitakan Rasulullah saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak
mencegah orang yang berbuat zalim

Anda mungkin juga menyukai