Anda di halaman 1dari 2

NAMA : lailatul Badriatun KH

NIM : 201610410311042
Kelas : Mutawasittin A
Islam dan Dakwah
Allah Swt. memberikan suatu keistimewaan bagi umat Islam, yaitu
diangkatnya mereka pada hari kiamat sebagai saksi atas umat sebelumnya. Hal ini
disebabkan tugas dakwah yang Allah amanatkan kepada mereka, yaitu misi
menyampaikan perintah yang ma'ruf (baik) dan mencegah setiap yang dilarang (nahyu
anil munkar). Ini merupakan tanggung jawab yang amat prinsip dalam tradisi
nubuwah, yang pada dasarnya inti dakwah setiap nabi dan rasul itu adalah: AMAR
MA'RUF NAHI MUNGKAR. yang di dalamnya mengandung nasihat dan
bimbingan. Setiap ucapan yang mereka sampaikan itu tertuju kepada masyarakat luas,
baik mereka itu sebagai penguasa ataupun rakyat biasa.
Berkaitan dengan tugas, Amar Ma'ruf Nahi Mungkar inilah, Allah
menempatkan posisi umat Islam pada posisi strategis di tengah-tengah bangsa lain,
sebagaimana disebutkan dalam ayat:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh pada
kebaikan dan mencegah yang mungkar." (Ali Imran 110)
Tidak jarang juga hadis Nabi Saw, mewajibkan" Amar Ma'ruf Nahi mungkar"
Dalam hadis dikatakan
“Hendaklah kamu melaksanakan amar ma ruf nahi mung kar atau Alah akan
menindak tegas akbat dari dosa dosa kamu, kemudian kamu berdoa niscaya la tidak
akan mengabulkannya” (HR Muslim)
Merupakan kewajiban semua umat Islam untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab ini, dalam rangka memelihara rakyat (umat) dari berbagai penyakit
sosial yang telah menimpa umat terdahulu. Tidak patut bagi umat Islam untuk
menyepelekan atau menunda-nunda tugas teisebut. Bila mana tidak ada seorang pun
yang berkenan melaksanakan tugas suci itu, maka seluruh umat berdosa karenanya
dan patut mendapat azab sebagaimana terjadi pada umat terdahulu.
Setiap bangsa mempunyai tatanan, ada perintah dan larangan, oleh karena itu
Allah Swt telah memberikan ketentuan-ketentuan yang bersifat wajib dan larangan
yang semuanya ditetapkan di dalam Alquran dan sunah rasul-Nya. Oleh karena itu
tidak diper- kenankan lagi bagi siapapun untuk menetapkan suatu kewajiban dan
melarang suatu hal tanpa didasarkan pada kedua sumber ketentuan hukum tersebut.
Seyogianya orang yang hendak melaksanakan tugas amar ma rul nahi mungkar itu,
adalah mere- ka yang mengetahui perintah dan larangan Allah, sehingga mere ka tidak
mendahulukan perasaan serta nafsunya sebagai pijakan untuk melarang dan
memerintah.
Dalam hal ini tidak dapat menetapkan keputusan perintah terha- dap sesuatu
jika hanya didasarkan pada pikiran dan praduga semata. kalaupun akan diterapkan
harus lebih dititikberatkan pada kemaslahatannya Perintah tentang sesuatu, sekalipun
itu ma'ruf, hendaknya jangan sampai memecah belah umat schingga dapat
menimbulkan fithah dan bencana. Sama halnya dengan larangan terhadap suatu,
pencegahannya pun jangan sampai mengakibatkan malapetaka, yang harus
diutamakan adalah kemaslahatannya.
Yang kita pahami dari ayat 104 dari surat Ali Imuan adalah; menyuruh yang
makruf dan mencegah yang mungkar merupakan "Wajib kifayah. firman-Nya.

"Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada


kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, dan melarang kepada yang
mungkar. Mere orang yang beruntung”. (Ali Imran; 104).

Jika telah jelas bahwa Allah memerintahkan agar menyeru yang makruf dan
mencegah yang mungkar tersebut harus sampai kepada yang mukallaf di seantero
dunia, karena yang demikian tidak termasuk syar penyampaian risalah. Yang penting
bagaimana mereka itu (mukallaf) dapat menyampaikannya. Jika kemudian mereka
melalaikan dan tidak berusaha menyampaikan nya kepada penduduk dunia ini,
sekalipun pelaksanaannya masih tetap saja dalam tugasnya, maka kelalaian itu datang
dari mereka sendiri. dan bukan dari penyerunya.
Kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar bukan merupakan kewajiban umat
secara keseluruhan, tetapi wajib kifayah, seperti ditunjukkan ayat di atas.
Sebagaimana kita pahami bahwa jihad merupàkan pelcngkap amar ma'ruf nahi
mungkar. Apabila yang bertugas untuk itu tidak melakukan kewajiban jihad, semua
orang yang berkemampuan berdosa sesuai dengan kemampuannya.

Sumber :
Abu Fahmi. 1990.ETIKA BERAMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR Ibnu Taimiyyah.
Cetakan 1. Jakarta: Gema Insani Prees

Anda mungkin juga menyukai