NIM : 201610410311042
KELAS : Mutawasittin A
Dalam Islam, baik yang terapresiasi melalui al-Qur’an maupun Hadits Nabi saw.,
tidak sedikit ajaran-ajarannya berkenaan dengan anjuran hidup sehat, baik
sehat secara jasmani, jiwa/mental, maupun sehat secara ruhanispiritual. Bahkan
tidak luput pula anjuran untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
1. Sehat Jasmani
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an memberikan informasi perihal
b a g a i m a n memenuhi kebutuhan jasmani agar menjadi sehat, mulai dari
proporsi makanan yang harus dikonsumsinya, jenis makanan apa saja dan
yang bagaimana, sampai pada detail praktisnya, sebagaimana yang dijalankan
Nabi saw. Tentang proporsi makanan, misalnya, Allah menjelaskan dalam al-Qur’an
sebagai berikut
“Hai anak Adam, pakailah pakaian yang indah di setiap memasuki m a s j i d ,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-
A’arf: 31).
2. Sehat jiwa/hati
Diri manusia terdiri dari beberapa strukur. Ada struktur tubuh/fisik,
jiwa/hati, d a n a d a j u g a s t r u k t u r n o n m a t e r i y a n g b e r s i f a t i l a h i y a h ,
y a i t u r u h / a l a m k o n t e k s pandangan Islam tentang pentingnya hidup sehat, maka
dengan sendirinya yang dimaksud bukan sebatas sehat fisik/tubuh/jasmani semata,
tetapi juga sehat secara jiwa/hati. Dari pemahaman tersebut, maka perhatian
terhadap masalah kesehatan jiwa/hati juga sangat penting. Lebih-lebih dalam
ajaran Islam sendiri masalah tersebut banyak diterangkan, baik melalui kitab suci
al-Qur’an maupun Hadits Nabi saw dan praktik hidup beliau. Mengenai
kesehatan jiwa, salah satunya dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Syams ayat
7-10, yaitu sebagai berikut:
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka 'llah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Menciptakan kesehatan jiwa/hati bukanlah perkara mudah. Ia butuh proses yang
panjang dan istiqamah karena pada diri manusia dua sisi energi positif (taqwa) dan
energi negatif (jujur) selalu berdampingan dan selalu mempunyai potensi dan
peluang yang sama untuk saling mengalahkan. Ini menunjukkan bahwa
sekalipun manusia sebagai sebaik-baik ciptaan Allah (ahsani taqwim), tetapi hal
tersebut bukan berarti serba given atau otomatis menjadi manusia baik.
Sumber :