Anda di halaman 1dari 11

AIK - IV

Makalah Islam dan Kesehatan

KELAS K – 2019

Kelompok K:

Nabiila Salsabil (201910230311462)

Azzahra Nur Rachman (201910230311469)

Zakiyya Afkarina Nurfadiila (201910230311479)

Dosen Pengampu: Muhammad Luthfi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2022
A. Urgensi Hidup Sehat Bagi Manusia
Kesehatan merupakan modal setiap manusia dan kesehatan dapat menujang
setiap kegiatan yang dilakukan manusia. Melakukan olahraga, menjaga makan, dan
tidur yang cukup merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan
seseorang, yang mana kesehatan seseorang tergantung pada cara mereka dalam
memperhatikan keadaan tubuhnya, Mesriyah (dalam Septianto, A., Dkk, 2020).
Seseorang yang tidak mementingkan hidup sehat akan menimbulkan banyak sekali
penyakit seperti obesitas jika terlalu banyak makan, diare jika tidak mementingkan
lingkungan yang bersih, dll. Keadaan seseorang dalam menikmati kebahagiaan dalam
hidupnya ialah saat mereka memiliki Kesehatan yang baik, sehat lahir batinnya. Agar
kita bisa mendapatkan kebahagiaan dalam hidup hendaknya kita memiliki Kesehatan
yang baik, Kesehatan yang baik bisa kita peroleh dengan menerapkan pola hidup
sehat.

B. Pandangan Islam Tentang Hidup Sehat


Dalam pandangan islam ada 2 istilah yang menunjukkan petingnya kesehatan,
yang mana kata itu ialah “sehat” dan “afiat” yang biasanya dikenal dengan sebutan
sehat wal afiat yang merupakan keinginan manusia untuk menerima perlindungan
serta di berikan kesehatan dari Allah SWT. Kesehatan sangat penting dimiliki oleh
setiap manusia, karena keadaan fisik dan mental yang sehat merupakan modal penting
untuk terus melakukan kewajiban kita sebagai manusia terhadap nikmat yang telah
diberikan Allah SWT. Kesehatan merupakan anugrah yang diberikan Allah SWT,
“Dan musibah apa pun yang menimpamu, itu adalah akibat perbuatan tangan mu”
(QS.Asyu’ara: 30) dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa mencegah penyakit lebih
penting daripada mengobatinya. Banyak sekali faktor untuk mendapatkan kesehatan,
salah satunya ialah rutin berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang memiliki
asupan gizi yang baik. Dalam islam, hidup sehat tidak hanya terkait dengan cara
mengelolah makanan melainkan juga bagaimana cara memperoleh makanan tersebut
atau kata lain “halal atau tidak” cara makanan tersebut diperoleh.
Dalam surah An-Nahl ayat 114 yang berbunyi :
۟ ‫وا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم ٱهَّلل ُ َح ٰلَاًل طَيِّبًا َوٱ ْش ُكر‬
َ‫ُوا نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ ِإن ُكنتُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُ ُدون‬ ۟ ُ‫فَ ُكل‬
Yang berarti : “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah”.

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan dan minuman yang boleh
dikonsumsi oleh umat islam tidak hanya “halal” namun juga “thayyib”, halal
berhubungan denga hukum syar’i dan thoyyib berhubungan dengan medis.

Rezeki yang telah Allah SWT berikan dan halalkan untuk manusia tidak terbatas
adanya baik itu binantang, tumbuhan, hingga buah-buahan. Manusia boleh
mengonsumsi apa saja rezeki yang telah Allah SWT berikan kecuali yang telah jelas
dilarang oleh Allah SWT seperti hewan yang di sembelih tanpa nama Allah,
bangkai, Babi, dll. Konsep halalan thoyyiban merupakan sebuah konsep makanan
dan minuman yang akan menyehatkan fisik manusia, makanan dan minuman yang
halal pastinya tidak hanya dari kandungannya melainkan juga cara mengelolah dan
memperolehnya sehingga makanan yang dihasilkan memenuhi standar Kesehatan.
Oleh karena itu hidup sehat menurut islam ialah dengan mengkonsumsi makanan
yang “halalan thoyyiban” yang mana jelas kehalalannya dan dengan pengolahan
yang baik. Tidak hanya terkait makanan saja yang perlu diperhatikan untuk menjaga
Kesehatan, nabi Muhammad SAW telah memberikan kita banyak sekali
pengetahuan terkait hal ini.

“Beliau makan pada saat lapar, berhenti sebelum kenyang”, makan dengan
tangan kanan, dan tidak tergesa-gesa, baca Bismillah dan do’a makan, bila
lupa membaca: “Bismillahi fi awwalihi wa akhirihi (HR Al Tirmidzi dan
Ahmad).

Hal-hal yang perlu kita terapkan untuk menjaga Kesehatan hidup kita yang sesuai
dengan anjuran Nabi Muhammad SAW ialah :

1. Cuci tangan sebelum makan dengan air mengalir dan sabun


Tidak dapat kita pungkiri bahwa tangan merupakan organ tubuh manusia
yang sering sekali terkontaminasi dengan berbagai macam benda, oleh
karena itu anjuran mencuci tangan sangat penting karena bisa menghilangkan
sampai dengan 40% bakteri dan dapat mencegah penyakit seperti diare dan
hepatitis A.
2. Menghindari makan dengan makanan yang masih panas dan dilarang
meniupnya
Makanan panas yang dikonsumsi secara paksa dengan jangka waktu yang
lama dan terus menerus dapat membuat indra pengecap yang ada di mulut
kita mengalami permasalahan. Meniup makanan juga dapat menyebabkan
tingginya tingkat keasaman yang ada pada makanan karena gas buangan
nafas (CO2) dan uanp air (H2O) akan menjadi H2CO3 yang bersifat asam.
3. Anjuran Menjaga Kebersihan
Ada hadist yang mengatakan bahwa “kebersihan itu Sebagian dari iman”,
kebersihan merupakan Langkah awal dalam mendapatkan Kesehatan.
4. Menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan
Manusia telah diberikan petunjuk hidup, salah satunya terkait menjaga
kebersihan tubuh dan lingkungan. Menjaga kebersihan diri seperti memotong
kuku, keramas, mencabut buluh ketiak, dll. Nabi Muhammad SAW sangat
menyukai kebersihan, maka dari itu kita sebagai umatnya perlu mencontoh
kebiasaan tersebut agar dapat memperoleh Kesehatan.
5. Pentingnya menjaga Kesehatan mental
Tidak hanya Kesehatan fisi saja yang perlu di jaga, namun juga Kesehatan
mental. Salah satu caranya ialah menjauhi jenis minuman yang dapat
melemahkan daya piker seperti khamr. Kesehatan mental manusia
mencangkup 3 aspek yaitu pikiran, emosional, dan spiritualnya.

Jika, semua hal tersebut dapat terealisasikan dengan baik di kehidupan sehari-
hari maka kita dapat menciptakan kehidupan yang sehat. karena Kesehatan jasmani
maupun rohani sangat penting dimiliki umat muslim karena salah satu cara kita agar
tetap bertaqwa kepada Allah SWT dan lebih mudah untuk terus menjalankan
perintahnya.

C. Prinsip-Prinsip Islam dalam Mewujudkan Hidup Sehat


1. Mengatur Pola Makan dan Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur
terpenting untuk menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam
menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar
manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat: “maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 ).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan
dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q.S. Al-Baqarah (2) ayat
1168, Al-Maidah ayat 88, Al-Anfal (8) ayat 9, dan An-Nahl (16) ayat 114).
2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana
Islam menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah
juga mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal
tersebut. Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para
pakar di bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk
dalam larangan membinasakan diri dan mubadzir serta akibat yang ditimbulkan
yaitu bau dan mengganggu orang lain serta lingkungan. Islam juga memberikan
hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi: Bahwa
badanmu mempunyai hak. Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup
dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan
melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi
jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing
anggota tubuh memiliki hak yang harus dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas
kemampuannya, seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut
berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad
sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak
tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain
tidak mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Nabi
pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa
kamu puasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari, maka aku katakan,
"Benar ya Rasulullah", Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan
berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada
lambungmu juga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan
adalah melalui kegiatan berolahraga. Tujuan utama olahraga adalah untuk
meningkatkan kesehatan, daya tahan tubug, tenaga otot, keseimbangan emosional,
efisiensi dari fungsi-fungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif.
Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan
meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu
beraktivitas dengan baik.

Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat)


termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hukum melakukannya adalah mubah,
bahkan bisa bernilai ibadah, jika niat berolahraga agar mampu melakukan ibadah
dengan sempurna dan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma Islami.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga,


dalam konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi
kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat: “Dan siapkanlah untuk menghadapi
mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat
untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah,
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang
Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu lakukan pada jalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (QS.Al-Anfal :60): Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah)
yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah. Nabi pernah menyampaikannya
dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam satu hadits:
Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu
adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-
Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi).

4. Anjuran Menjaga Kebersihan


Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan
salah satu aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam,
masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari
sisi pandang kebersihan dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk
upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman
dan bakteri.
Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain
menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian
ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban,
sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari ‘Ali R.A., dari Nabi SAW, beliau
berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad,
dan al-Darimi). Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan
thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan
menjaga kesucian dalam
Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits
selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa
‘fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian’. ‘Abd al-
Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan
ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah
meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang
dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani
meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

D. Urgensi Lingkungan Hidup

Pandangan Islam tentang alam (lingkungan hidup) bersifat menyatu (holistik)


dan saling berhubungan dengan komponen yang terdiri dari Sang Pencipta alam dan
makhluk hidup (termasuk manusia). Dalam Islam, manusia sebagai makhluk dan
hamba Tuhan, sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi yang telah
dijelaskan dalam (Q.S. Al-An’am: 165). Manusia mempunyai tugas untuk mengabdi,
menghamba (beribadah) kepada Sang Pencipta (Al-Kholik). Lingkungan alam ini oleh
Islam dikontrol oleh dua konsep (instrumen) yakni halal dan haram. Halal bermakna
segala sesuatu yang baik, menguntungkan, menenteramkan hati, atau yang berakibat
baik bagi seseorang, masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya segala sesuatu yang
jelek, membahayakan atau merusak seseorang, masyarakat dan lingkungan adalah
haram. Jika konsep tauhid, khilafah, amanah, halal, dan haram ini kemudian
digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan, keselarasan, dan kemaslahatan
maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan komprehensif tentang etika
lingkungan dalam perspektif Islam. Konsep etika lingkungan tersebut mengandung
makna, penghargaan yang sangat tinggi terhadap alam, penghormatan terhadap saling
keterkaitan setiap komponen dan aspek kehidupan, pengakuan terhadap kesatuan
penciptaan dan persaudaraan semua makhluk serta menunjukkan bahwa etika (akhlak)
harus menjadi landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar etika
lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan pilar syariah Islam. Syariah yang
bermakna lain as-sirath adalah sebuah jalan yang merupakan konsekuensi dari
persaksian (syahadah) tentang keesaan Tuhan.

Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan. Sebab,


lingkungan memiliki pengaruh besar bagi fisik dan mental manusia. Terkait hal ini,
Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan
tempat ibadah". Orang yang bertauhid meyakini bahwa seluruh alam semesta sebagai
tempat ibadah yang tidak boleh dikotori dan dirusak serta harus terus dirawat
kelestariannya. Dalam hukum Islam ada sebuah prinsip umum bahwa siapapun tidak
boleh merugikan atau merusak yang lain baik terhadap manusia lain maupun alam
semesta. Dengan demikian fiqh Islam mencegah secara langsung maupun tidak
langsung atas terjadinya kerusakan lingkungan. Merusak dan mencemari lingkungan
menyebabkan terjadinya berbagai masalah seperti problem kesehatan yang berdampak
buruk bagi penghuni bumi. Untuk itu, Islam mengharamkan setiap tindakan yang
merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga mengakibatkan kerusakan
sosial yang menyebabkan terjadinya perampasan terhadap hak jutaan orang bahkan
seluruh penduduk bumi.

E. Pelestarian Lingkungan Hidup


Dalam mengelola alam serta lingkungan, manusia diberikan tiga amanat oleh
Allah Swt.

1. al-intifa’, artinya manusia dibolehkan mengambil manfaat dari alam dan


memanfaatkannya demi kemakmuran dan kemaslahatan.
2. al-i’tibar, artinya manusia diperintahkan untuk mengambil pelajaran dari
berbagai peristiwa alam.
3. al-islah, artinya manusia diwajibkan untuk menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan itu.
Artinya, manusia yang hidup di tengah-tengah lingkungan semesta alam
dengan segala kekuatan dan kekayaannya, harus mampu menempatkan diri dengan
mengambil manfaat, pelajaran, serta tetap melestarikan alam. Dalam Alquran,
disebutkan bahwa apa yang ada di sekitar manusia merupakan mata’an lakum wa
li’an’amikum, “yang berarti suatu kenikmatan, kesenangan fasilitas bagimu” (Q.S. 79:
33 dan QS. 80: 32) (Obaid, 2013, p. 140).

Menurut Mahmudi asyari, pemeliharaan alam sama dengan penjagaan


terhadap aspek yang terkait dengan al-usul al-khamsah di dalam materi usul alfiqh
yakni hifz ad-din (pemeliharaan agama), hifz an-nafs (pemeliharan jiwa), hifz al-`aql
(pemeliharaan akal), hifz al-mal (pemeliharaan harta), dan hifz al-'ardl (pemeliharaan
kehormatan). Jika perlu penambahan, maka hifz al-bi 'ah (pemeliharaan lingkungan)
lebih tepat untuk ditambahkan, mengingat keberlangsungan kehidupan manusia tidak
bisa lepas dari alam dan lingkungannya. Hal tersebut membuktikan bahwasanya
ajaran Islam merupakan ajaran yang proporsional, meliputi berbagai aspek kehidupan
dan disesuaikan dengan perkembangan zaman (Purwidianto, 2017, p. 227).

Jika keyakinan agama seseorang tinggi, peluang mengembangkan kesadaran


untuk berperilaku baik menjadi lebih kuat. Agama menyuruh manusia untuk tidak
merusak lingkungan, bahkan wajib menjaga kelestariannya agar tidak terjadi bencana
alam. Menanam tanaman dan menjaga kelestariannya berarti sama dengan
bersedekah kepada anak cucu secara berkesinambungan. Kerusakan alam yang
terjadi disebabkan karena ulah dan perilaku manusia. Bencana dan kerusakan yang
ditimbulkan akan menimpa manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung agar manusia sadar (Al-Quran. 30:41).
DAFTAR PUSTAKA:

Heriani, I., Hamid, A., Megasari, I. D., & Munajah, M. (2020). Konsep kesehatan
lingkungan dalam hukum kesehatan dan perspektif hukum islam. Prosiding
Penelitian Dosen Universitas Islam Kalimantan, 66-76.

Karim, A. (2018). Mengembangkan kesadaran melestarikan lingkungan hidup


berbasis humanisme pendidikan agama. Edukasia: Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 12(2), 309-330.
http://dx.doi.org/10.21043/edukasia.v12i2.2780.

Nuraini, N. (2018). Halalan thayyiban alternatif qurani untuk hidup sehat. Jurnal


Ilmiah Al-Mu'ashirah: Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi
Perspektif, 15(1), 82-93.

Nurulloh, E. S. (2019). Pendidikan islam dan pengembangan kesadaran lingkungan.


Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 7(2), 237-258.
https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.366.

Rokhmah, S. (2021). Konsep pola hidup sehat dalam perspektif islam. Pengetahuan


Gizi & Psikologi, 28.

Septianto, A., Wahyu, W., Nurmutia, S., Feblidiyanti, N., & Junaenah, J. (2020).
Sosialisasi pentingnya pola hidup sehat guna meningkatkan kesehatan tubuh
pada masyarakat Desa Kalitorong Kecamatan Randudongkal Kabupaten
Pemalang Provinsi Jawa Tengah. DEDIKASI PKM, 1(2), 55-62.

Universitas NU Surabaya. (2015). Konsep kesehatan dalam islam.


https://unusa.ac.id/2015/03/14/konsep-kesehatan-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai