Kelas : Muttawasittin A
Akhlak Sosial
A. Pandangan islam tentang kehidupan sosial
Menurut pandangan Islam manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam
bahasa arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari akar
kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari kedua akar kata tersebut kata insan dipakai
untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti
manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Keberadaan
manusia sangat nyata sekali berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia juga
memiliki karya yang dihasilkannya sehingga berbeda dengan makhluk yang lain. Hasil
karya manusia itu dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting psikologis, geografis,
situasi emosional dan intelektual yang melatar belakangi hasil karyanya. Dari hasil karya
yang dibuat manusia tersebut, menjadikan ia sebagai makhluk yang menciptakan sejarah.
Dalam kehidupan kita sebagai manusia sekaligus anggota masyarakat istilah sosial selalu
dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam hubungannya dengan
manusia lainnya dan laingkungannya, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan
kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dalam Islam diartikan sebagai suatu
sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan antar sesama manusia sehingga
memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah,
mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikatakan bahwa seseorang dikatan
sebagai orang atau manusia mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
D. Kesejahteraan Sosial
Islam sebagai ajaran sangat peduli dengan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan social
dalam Islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu kesejahteraan social yang bersifat
jasmani dan rohani. Manifestasi dari kesejahteraan sosial dalam Islam adalah bahwa setiap
individu dalam Islam harus memperoleh perlindungan yang mencakup lima hal: Pertama,
agama (al-dîn), merupakan kumpulan akidah, ibadah, ketentuan dan hukum yang telah
disyari‘atkan Allah SWT untuk mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan
antara sebagian manusia dengan sebagian yang lainnya. Kedua, jiwa/tubuh (al-nafs), Islam
mengatur eksistensi jiwa dengan menciptakan lembaga pernikahan untuk mendapatkan
keturunan. Islam juga melindungi dan menjamin eksistensi jiwa berupa kewajiban
memenuhi apa yang menjadikebutuhannya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat
tinggal, qishash, diyat, dilarang melakukan hal yang bisa merusak dan membahayakan
jiwa/tubuh.
Ketiga, akal (al-‘aql), melindungi akal dengan larangan mengkonsumsi narkoba (khamr dan
segala hal yang memabukkan) sekaligus memberikan sanksi bagi yang mengkonsumsinya.
Keempat, kehormatan (al-‘irdhu), berupa sanksi bagi pelaku zina dan orang yang menuduh
zina. Kelima, kekayaan (al-mâl), mengatur bagaimana memperoleh kekayaan dan
mengusahakannya, seperti kewajiban mendapatkan rizki dan anjuran bermua‘amalat,
berniaga. Islam juga memberi perlindungan kekayaan dengan larangan mencuri, menipu,
berkhianat, memakan harta orang lain dengan cara tidak benar, merusak harta orang lain, dan
menolak riba. Kelima pilar asasi ini menjadi apresiasi, advokasi dan proteksi Islam dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan sosial. Berkenaan dengan perlindungan jiwa, harta dan
kehormatan manusia,
Daftar Pustaka
Zainuddin dan Muhammad Jamhari. 1999. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV.
Bandung: Pustaka Setia.
Mahmud, Ali Abdul Hamid. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press
M. Ali Hasan. 1978.Tuntunan Akhlak.Jakarta: Bulan Bintang.
Anwar, Rosihon.2010. Akhlak . Bandung.: CV Pustaka Setia.