Anda di halaman 1dari 2

Urgensi Membina dan Urgensi Pemandu AAI Meningkatkan Kapasitas Diri

Oleh Dedy Prasetyo Hermawan


Mahasiswa Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (QS Al-Imron 104)

Dalam ayat ini dan ayat-ayat yang serupa dalam Al Quran, sudah jelas bahwa Allah SWT
memerintahkan bagi manusia untuk menyeru kepada yang maruf dan mencegah kepada yang
mungkar (amar maruf wa nahi munkar). Maruf berarti segala perbuatan yang mendekatkan
diri kepada Allah sedangkan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan diri dari
Allah. Ini berarti bahwa dalam berdakwah atau dalam menyampaikan risalah ini, kita semata-
mata, secara kontekstual, bertujuan untuk menyerukan kepada manusia agar mendekatkan
diri kepada Allah dan mengingatkan manusia untuk tidak menjauhkan diri dari-Nya. Bila kita
amati lagi, meskipun metode dakwah bermacam-macam mulai dari langsung turun ke
lapangan sampai hanya dalam taraf minimal menjauhi perbuatan munkar (sesuai potensi diri
dari pendakwah) tetapi tujuan utamanya, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu alaihi
wasallam, Siapa di antara kamu yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaknya ia
merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, lakukan dengan lisannya. Dan jika tidak
mampu, lakukan dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman.(HR Bukhari-Muslim).
Meskipun dengan dalil di atas, kita menjumpai tidak sedikit dari kaum muslimin yang
menganggap dakwah itu tidak perlu, banyak alasan, biasanya berupa : Apa sih untungnya
bedakwah buat kita ? lelah sendiri, ngorbanin waktu, ngorbanin tenaga, ngorbanin uang,
bahkan sampai ngorbanin nyawa. Saya katakan bahwa pertanyaan ini rasional, dalam taraf
orang yang tidak memahami inti dari risalah yang kita sampaikan ini. Kita tahu dan sadar
bahwa syariat Allah itu memiliki kemaslahatan bagi umat manusia, baik bagi fisik maupun
batin manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Karena jika kita analisis lagi lebih dalam,
syariat itu memang sesuai dengan fitrah manusia/ sifat-sifat manusia baik yang membangun
atau yang merusak. Contohnya saja, firman Allah dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa
bila manusia mengikuti nafsunya dan menjadikan nafsunya sebagai Tuhannya maka sebuah
kepastian bahwa dunia yang kita tempati ini akan rusak. Ini tidak perlu dibuktikan jauh-jauh,
bisa kita ambil contoh nyata manusia dalam hal fisik saja. Bila manusia terus mengikuti
nafsunya untuk makan, segala makan yang diinginkan dikonsumsi tanpa tahu batas, tentu saja
hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia tersebut. Inilah urgensi kita
dalam berdakwah, yang dalam konteks AAI berdakwah dengan metode halaqah.
Adapun untuk urgensi pemandu AAI untuk meningkatkan kapasitas diri, kita lihat syarat
untuk beramar maruf dan nahi munkar seperti yang dijelaskan Ibnu Taimiyyah dalam buku
Al Amru Bilmaruf Wannahyu Anil Munkar (Etika Beramar Maruf Nahi Munkar) adalah
memiliki ilmu dan pemahaman terkait apa yang disampaikan. Umar bin Abdul Aziz berkata :
Siapa yang mengabdi kepada Allah tanpa ilmu, maka kerusakannya akan lebih banyak dari
kebaikan. Beramal dengan ilmu adalah suatu dasar yang membedakan antara orang islam
dengan orang jahiliah. Dengan ilmu, seorang muslim dapat membedakan mana yang benar-
benar amar maruf dan mana yang nahi munkar dan tidak semata-mata hanya mengandalkan
pertimbangan rasional baik dan buruk, sesuai perintah dan larangan Allah. Sedangkan tradisi
jahiliah yang menyampaikan tanpa ilmu tidak dapat membedakan mana yang amar maruf
dan nahi mungkar yang sesuai perintah dan larangan Allah, ini kan sesat dan menyesatkan.
Dan ini tidak kita inginkan, sehingga meningkatkan kapasitas diri pemandu AAI merupakan
sebuah urgensi yang harus dilakukan jika ingin beramar maruf dan nahi munkar sesuai
dengan syariat Allah SWT dan tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Quran. (HR
Bukhari)
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka
ada yang beriman, namun keba-nyakan mereka adalah orang-orang fasik.(QS Al Imron 110)

Anda mungkin juga menyukai