Anda di halaman 1dari 7

e - ISSN: 2615-8787

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBIASAAN DI SEKOLAH


DASAR

Lailatus Shoimah, Sulthoni, Yerry Soepriyanto


Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang
E-mail: lailatusshoimah746@gmail.com

ABSTRAK

Rusaknya anak bangsa diamati dari memudarnya sopan santun siswa, dapat dilihat dari saat
mereka berbicara terhadap sesama, terhadap guru bahkan orang tuanya, kata–kata kotor yang sepatutnya
tidak diucapakan seringkali terlontar, sifat tidak jujur, serta akhlak mulia pada diri anak yang sulit
ditemui. Oleh karena itu, perlu ada usaha dalam menangani bahkan mencegah kejadian – kejadian
tersebut agar tidak menjadi budaya pada anak. Membiasakan anak untuk berbuat baik merupakan salah
satu usaha yang dapat dilakukan. Pendidikan karakter dapat dibentuk melalui pembiasaan di sekolah
melalui kegiatan rutin, terprogram dan insidental. Pembiasaan – pembiasaan tersebut diharapkan dapat
memunculkan nilai-nilai pada diri anak.

Kata kunci : Pendidikan, Karakter, dan Pembiasaan

PENDAHULUAN
Sekolah sebagai tempat Oleh sebab itu, perlu adanya usaha dalam
berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran, menangani bahkan mencegah kejadian-
sering kita jumpai perkelahian antar siswa, kejadian tersebut agar tidak menjadi
prilaku siswa membolos, mencontek budaya anak.
saat ujian, tidak masuk sekolah, tidak Pendapat Muslich (2011:36)
mendengarkan dan memperhatikan guru terkait dengan sistem pendidikan masih
saat menjelaskan pelajaran, tidak hanya fokus pada pengembangan akademi
itu berita dari Sampang - Madura tentang atau kognitif, sedangkan pengembangan
siswa memukuli gurunya dan sampai afektif kurang diperhatikan. Menjadikan
meninggal marak diperbincangkan di anak pandai dan mahir dalam teknologi
media akhir- akhir ini. Kejadian tersebut saja tidak cukup. Karakter baik perlu
menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter ditanamkan pada anak. Agar anak dapat
pada diri anak bangsa kini telah menurun. memahami (kognitif), merasakan dan
Dalam penelitian Isnaini (2013) indikator membuat keputusan (afektif), serta
lain mengenai rusaknya anak bangsa bisa dapat menerapkan dalam kehidupan
diamati dari memudarnya sopan santun (psikomotor). Usaha yang dapat dilakukan
siswa, yaitu dapat dilihat dari mereka adalah perbaikan sistem pendidikan
berbicara terhadap sesama, terhadap guru yang menitikbertakan pada pendidikan
bahkan orang tuanya, kata–kata kotor yang karakter. Agar nilai-nilai karakter anak
sepatutnya tidak diucapakan seringkali dapat tertanam kembali menjadi karakter
terlontar, sifat tidak jujur, serta akhlak bangsa yang dapat diunggulkan Negara.
mulia yang sulit ditemui pada diri anak. Peran dan tanggungjawab sekolah menjadi

Pendidikan Karakter. . . . - Lailatus, dkk - || 169


sangat penting dalam menanamkan dan dasar. Karena saat usia dasar, anak akan
mengembangkan nilai-nilai di sekolah. mengalami perkembangan motorik yang
Bahkan menjadi suatu keharusan bagi sangat pesat tak terkecuali perkembangan
sekolah dalam menanamkan serta kepribadian, budi pekerti, intelektual,
menumbuhkan karakter siswa. Sehingga bahasa dan emosional.
terbentuk karakter dengan nilai-nilai yang Pandangan psikologi behaviorisme
luhur. Pavlov menyatakan bahwa kebiasaan
Undang-undang No 20 Tahun 2003 dapat terbentuk karena pengkondisian
menjelaskan tujuan pendidikan nasional atau pemberian stimulus. Stimulus
adalah menjadikan siswa yang beriman dan tersebut perlu dilakukan secara berulang-
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ulang agar reaksi yang diinginkan (respon)
sehat, berilmu, kreatif, cakap, berakhlak muncul (Suyono, 2014). Sedangkan
mulia, mandiri, dan menjadi warga negara menurut Akbar (2011:19) dalam pidato
yang demokratis serta bertanggung jawab. pengukuhan guru besar yang berjudul
Pendidikan karakter merupakan upaya “Revitalisasi Penddikan Karakter di
agar menjadikan anak untuk berkarakter Sekolah Dasar”, ada dua belas prinsip
baik (Akbar,2015). Pendidikan karakter dalam mengembangkan karakter baik di
diarahkan agar anak memiliki rasa hormat, SD. Salah satu prinsip tersebut adalah
tanggungjawab khususnya pada diri penerapan dan pemanfaatan pendidikan
sendiri, jujur, peduli, adil dan membantu karakter melalui program-program
siswa untuk memahami, memperhatikan, pembiasaan. pembiasaan program
dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam tersebut bersifat rutin, insidental maupun
kehidupan. yang terprogram. Untuk itu visi misi
Kemendikbud menyebutkan sekolah harus mendukung program
ada lima nilai karakter dalam PPK yang membangun karakter anak yang
(Penguatan Pendidikan Karakter) pada terintegrasi dengan kegiatan siswa di
siswa pendidikan dasar. Adapun lima sekolah maupun ekstrakulikuler.
karakter utama tersebut adalah religius,
PEMBAHASAN
nasionalis, mandiri, gotong royong
Pendidikan Karakter
dan integritas. http://cerdasberkarakter.
Pendidikan sebagai proses
kemdikbud.go.id/ - diakses Kamis, 26
aktivitas atau kegiatan yang disengaja oleh
April 2018. Pembentukan karakter anak
masyarakat merupakan sebuah upaya agar
perlu dibiasakan sejak usia dini. Agar
membentuk, mengarahkan, dan mengatur
terbentuk karakter baik sejak dini, dan
manusia agar seperti yang diharapkan
untuk mengubahnya akan sangat sulit.
bersama. Undang-undang No 20 Tahun
Tahap penting dalam melaksanakan
2003 menjelaskan pendidikan adalah
pendidikan karakter adalah sekitar umur
mewujudkan suasana belajar pembelajaran
6 – 11 tahun yakni pada saat anak sekolah
secara aktif, terencana dan perlu usaha

170 || JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018


sadar dalam menumbuhkan potensi serta tujuan pendidikan karakter sebagai
kekuatan anak dalam bidang keagamaan, berikut: Pertama, tujuan pendidikan
penegndalian diri, kecerdasan, karakter karakter adalah untuk menumbuhkan sikap
mulia atau akhlak mulia. atau sifat yang baik pada diri anak. Kedua,
Sedangkan karakter memiliki arti membiasakan siswa berprilaku terpuji
nilai-nilai baik yang bisa berdampak baik dan sejalan dengan nilai-nilai umum yang
terhadap lingkungan dan dalam diri anak berlaku di masyarakat serta kearifan lokal
yang terwujudkan dalam prilaku. Samani yang religius. Ketiga, menanamkan dan
dan Hariyanto (2014:41) mengartikan mengambangkan jiwa kepemimpinan yang
karakter sebagai ciri khas dari setiap tanggungjawab. Keempat, menumbuhkan
individu dalam berfikir dan berprilaku dan mengembangkan kemampuan siswa
untuk hidup dan bekerja sama, dalam dalam hal kemandirian, kreativitas, dan
kehidupan sehari-hari. memiliki wawasan kebangsaan. Kelima,
Budi pekerti, akhlak mulia, dan mengembangkan lingkungan sekolah
moral disama artikan dengan karakter. yang aman, jujur, dan bersahabat.
Sehingga pendidikan budi pekerti,
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
pendidikan akhlak mulia, atau pendidikan
Sumber-sumber yang digunakan
moral sama dengan pendidikan karakter.
dalam mengembangkan nilai-nilai
Adapun Akbar (2015:1) mengartikan
karakter bangsa menurut Kemendiknas
pendidikan karakter adalah upaya yang
(2010:8) yaitu sebagai berikut: (1)Agama:
menjadikan karakter baik pada anak.
agama adalah berisi ajaran-ajaran dan
Jadi pendidikan karakter dapat
kepercayaan bahwa Tuhan itu ada, dan
diartikan sebagai upaya sadar dan
apapun yang dilarang harus dijauhi dan
terencana untuk menumbuhkan nilai-nilai
apa yang diperintahkan harus dilakukan.
prilaku baik individu yang terwujud dalam
Kehidupan kenegaraanpun harus didasari
pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan
oleh nilai-nilai agama. Oleh karena itu,
perbuatan berdasarkan aturan yang sudah
nilai-nilai pendidikan karakter harus
berlaku di masyarakat dan negara.
didasakan pada kaidah-kaidah agama. (2)
Tujuan Pendidikan Karakter Pancasila: pancasila adalah dasar Negara
Mulyasa (2012:9) menjelaskan Indonesia. Kelima sila pancasila adalah
tujuan pendidikan karakter adalah untuk nilai-nilai yang mengatur kehidupan
meningkatkan mutu dan hasil pendidikan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
secara kompleks, terpadu, dan sesuai budaya dan seni masyarakat Indonesia.
dengan standart kompetensi lulusan yang Tujuan dari pendidikan karakter yaitu
mengarah pada kualitas pembentukan untuk mempersiapkan generasi bangsa
karakter dan akhlak mulia anak. yang memiliki kemampuan, kemauan
Kemendiknas (2010:7) menyebutkan dalam menerapkan nilai-nilai pancasila

Pendidikan Karakter. . . . - Lailatus, dkk - || 171


sebagai warga negara. (3)Budaya: Posisi contoh teladan kedua sebagai pengganti
budaya menjadi penting dalam kehidupan orang tua di sekolah yang dapat digugu
masyarakat. Karena nilai-nilai budaya dan ditiru sebagai role model atau living
menjadi konsep dasar komunikasiantar example serta memberikan pembiasaan
masyarakat. Oleh karena itu budaya terhadap siswa (Sulthoni, 2016). Jadi, jika
menjadi nilai utama dalam pendidikan akhlak guru di sekolah mencerminkan
karakter bangsa. (4)Tujuan Pendidikan keburukan otomatis siswa di sekolah akan
Nasional: sebagai sumber yang meniru gurunya serta kebiasaan-kebiasaan
menghubungkan dalam pengembangan yang guru terapkan akan menjadi budaya
pendidikan budaya dan karakter bangsa. yang melekat pada siswa.
Berdasarkan keempat sumber Pandangan psikologi behaviorisme
tersebut, nilai-nilai karakter dijabarkan menyatakan bahwa kebiasaan dapat
sebagai berikut: religius atau keagamaan, terbentuk karena pengkondisian atau
jujur (berkata apa adanya), toleransi pemberian stimulus. Stimulus yang
disiplin/ taat, kerja keras, kreatif, diberikan harus dilakukan secara berulang-
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, ulang agar reaksi yang diinginkan (respon)
semangat kebangsaan serta cinta tanah muncul (Suyono, 2014). Berdasarkan
air, menghargai prestasi, bersahabat hasil eksperimen Pavlov yaitu classical
dan komunikatif, cinta damai, gemar conditioniong atau pembiasaan klasik.
membaca, peduli lingkungan, peduli Anjing dipilih Pavlov untuk bahan
sosial, dan tanggungjawab (Kemendiknas, percobaan. Saat sebelum biberikan kondisi
2010:9-10). anjing tersebut tidak mengeluarkan air
liur ketika bel dibunyikan, namun setelah
Pembiasaan bel dibunyikan dan disertai pemberian
Pembiasaan menurut Mulyasa makan berupa daging, anjing tersebut
(2012:166) adalah “sesuatu yang mengeluarkan air liurnya, kegiatan tersebut
dilakukan secara rutin dan terus menerus dilakukan secara terus menerus dan
agar menjadi kebiasaan”. Pembiasaan berulang- ulang. Sehingga menyebabkan
sebenarnya berisi tentang pengalaman anjing mengeluarkan air liurnya ketika bel
yang diamalkan secara berulang-ulang dibunyikan. Suatu ketika bel dibunyikan
dan terus-menerus. tanpa diiringi makanan, anjing tetap
Penanaman karakter harus mengeluarkan air liurnya (Mansur,
dibiasakan dan diamalkan secara berulang- 2016:111).
ulang agar menjadi kebiasaan dan Dari percobaan itu dapat diambil
terbentuk karakter sesuai yang diinginkan. kesimpulan bahwa, suatu tingkah laku
Pembiasaan adalah salah satu metode yang awalnya sangat sulit untuk dilakukan,
pengajaran yang dirasa efektif (Ibnu Sina namun karena sering mengulanginya
dalam Mansur,2016:93). Guru merupakan akhirnya akan terbiasa untuk menguasai

172 || JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018


dan melakukan tingkah laku tersebut. dalam kurun waktu tertentu untuk
Jadi srategi untuk menanamkan dan mengembangkan siswa secara individual,
melaksanakan pendidikan karakter dapat kelompok, dan atau bersama-sama di
dilakukan melalui pembiasaan pada anak. dalam kelas.
Melalui pembiasaan, anak tidak hanya
belajar benar dan salah, tetapi anak akan PENUTUP
merasakan dan dapat membedakan nilai Sekolah memiliki peran
baik dan tidak baik serta anak akan bersedia untuk mencerdaskan anak bangsa dan
melakukannya atau tidak, Suatu tingkah mengembangkan potensi peserta didik.
laku yang diperoleh dengan pembiasaan, Tidak hanya itu, sekolah juga merupakan
maka akan sangat sulit untuk mengubah tempat untuk mendidik siswa agar
atau menghilangkannya. berperilaku sopan dan santun serta
Pendidikan karakter melalui memiliki karakter yang baik atau karakter
pembiasaan dapat dilaksanakan dalam positif sesuai dengan nilai-nilai karakter
kegiatan sehari-hari secara terprogram dan yang terkandung dalam kemendiknas
tidak terprogram (Mulyasa, 2012:167). 2010. Sekolah dalam mewujudkan tujuan
Sedangkan menurut Akbar (2011:19) pendidikan tersebut dapat melakukan
praktikkan pendidikan karakter dapat dan membiasakan anak untuk melakukan
dilakukan melalui berbagai program kegiatan-kegiatan baik di sekolah
pembiasaan baik melalui program yang yang menitikbertakan pada penguatan
bersifat rutin, insidental maupun yang pendidikan karakter. Agar nilai-nilai
terprogram. Adapun penjelasannya karakter anak dapat tertanam kembali
sebagai berikut: (a)Kegiatan rutin menurut menjadi karakter bangsa yang dapat
Mulyasa (2012:168) adalah pembiasaan diunggulkan negara.
yang dilakukan terjadwal dan dilakukan Pembiasaan berisi tentang
secara terus menerus, seperti: upacara pengalaman yang diamalkan secara
bendera, senam, dan shalat berjama’ah (b) berulang-ulang. Pembiasaan dalam
Kegiatan insidental sama dengan kegiatan pendidikan hendaknya dimulai sejak usia
spontan. Menurut Mulyasa (2012:169) dini. Jika pada usia dini sudah terbentuk,
kegiatan spontan adalah pembiasaan maka untuk mengubahnya akan sangat
yang dilakukan secara langsung dan tidak sulit. Adapun pendidikan karakter
terjadwal dalam kejadian khusus, seperti: melalui pembiasaan dapat dilaksanakan
membuang sampah pada tempatnya, secara terprogram, rutin dan insidental
perilaku memberi salam, mengantri, dan atau spontan dalam kegiatan sehari-hari.
lain sebagainya. (c)Kegiatan terprogram Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang
menurut Mulyasa (2012:167) adalah dilaksanakan dengan perencanaan atau
kegiatan yang dilaksanakan dengan diprogram khusus dalam kurun waktu
perencanaan atau diprogram khusus tertentu untuk mengembangkan siswa

Pendidikan Karakter. . . . - Lailatus, dkk - || 173


secara individual, kelompok, dan atau Madrasah. Jurnal Al – Ta’lim,
bersama-sama di dalam kelas. Sedangkan (Online), 20 (6); 445-450, (http://
kegiatan rutin dan insidental, contohnya: journal.tarbiyahiainib.ac.id), diakses
upacara bendera pada hari senin, senam tanggal 24 Februari 2018.
sehat, shalat berjama’ah, keberaturan, http://cerdasberkarakter.
pemeliharaan kebersihan, kesehatan diri, kemdikbud.go.id/ . Diakses
membuang sampah pada tempatnya, Kamis, 26 April 2018.
perilaku memberi salam, mengantri, dan Kementrian Pendidikan Nasional.2010.
lain sebagainya. Pengembangan Pendidikan
Penanaman pendidikan karakter Budaya dan Karakter. Jakarta.
melalui pembiasaan diharapkan dapat (Online), (http://gurupembaharu.
mewujudkan tujuan pendidikan nasional com/home/wp-content/uploads/
yang menjadi cita-cita luhur Negara downloads/2011/11/Panduan-
dan tidak hanya aspek kognitif yang Penerapan-Pendidikan-Karakter-
dikembangkan tapi juga aspek psikomor Bangsa.pdf) diakses tanggal 25
dan afektif anak. Maret 2018.
Mansur, A. 2016. Pendidikan Karakter
DAFTAR PUSTAKA Berbasis Wahyu. Jakarta: Gaung
Akbar, Sa’dun, 2011. Revitalisasi Persada.
Pendidikan Karakter Sekolah Dasar, Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan
Naskah PidatoPengukuhan Guru Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Besar. Malang: Universitas Negeri Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan
Malang. (Online), (http://library. Karakter Menjawab Tantangan
um.ac.id), diakses tanggal 10 April Krisis Multidimensional. Jakarta:
2018. PT Bumi Aksara.
Akbar, S., Samawi, A., Arafik. Muh. & Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun
Hidayah, L. 2014. Model Pendidikan 2017 tentang Penguatan Pendidikan
yang Baik (Studi Lintas Situs Best Karakter. Sekretariat Kabinet
Practices) Pendidikan Karakter di Republik Indonesia. (Online),
SD. Sekolah Dasar, (Online), 100 (http://setkab.go.id), diakses pada
-108, (http://journal2.um.ac.id) , tanggal 22 Februari 2017.
diakses tanggal 5 Februari 2018. Samani, M. & Hariyanto. 2014. Konsep
Akbar, S., Samawi, A., Arafik, Muh. & dan Model Pendidikan Karakter.
Hidayah, L. 2015. Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Karakter : Best Practices. Malang: Sulthoni. 2016. Penanaman Nilai – Nilai
Universitas Negeri Malang. Budi Pekerti di Sekolah Dasar.
Isnaini, M.,2013. Internalisasi Nilai Sekolah Dasar, (Online), 100 -108,
– Nilai Pendidikan Karakter di (http://journal2.um.ac.id) , diakses

174 || JKTP Volume 1, Nomor 2, Juni 2018


tanggal 5 Februari 2018.
Suyono & Hariyanto. 2014. Belajar dan
Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Direktorat Jendral
Kelembagaan IPTEK & DIKTI.
(Online), (http://kelembagaan.
ristekdikti.go.id), diakses pada
tanggal 22 Februari 2017.

Pendidikan Karakter. . . . - Lailatus, dkk - || 175

Anda mungkin juga menyukai