Aniaya atau dalam agama Islam biasa disebut dengan “zalim” yang bermakna
“celaka” adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji dan sangat dimurkai Allah SWT.
Perbuatan zalim secara istilah dapat diartikan sebagai berbuat caniaya atau mencelakakan
orang lain dengan maksud dan cara yang keluar dari ajaran syariat Islam.
Zalim dapat juga didefinisikan sebagai perbuatan terlarang yang tidak sesuai dengan
tempatnya. Jadi, zalim atau “menzalimi” baik orang lain maupun diri sendiri dengan tujuan
apapun, tidak dibenarkan dalam Islam.
Berbagai macam perbuatan yang dapat dikategorikan dalam tindakan zalim akan
sangat banyak jika diuraikan. Namun, sebagian dapat dicontohkan seperti memelihara
penyakit hati, membicarakan saudara, mengumbar aib tetangga, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut masuk dalam perbuatan zalim yang dilakukan pada diri sendiri dan
orang terdekat. Tentunya hal tersebut harus dihindari karena dalam Islam, doa bagi orang
yang teraniaya atau terzalimi adalah salah satu doa yang dijabah oleh Allah SWT.
Subhanallah, begitu Maha Adil Allah atas kuasa-Nya.
Pengertian Zalim
Zalim atau aniaya, bagaimanapun bentuk dan tujuannya sangat dilarang oleh Allah
SWT. Bahkan Allah menempatkan perbuatan tersebut (zalim) ke dalam dosa besar yang akan
mendapat balasan pedih di kekalnya akhirat. Hal tersebut tercantum dalam firman Allah SWT
yang berbunyi,
Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang telah berbuat zalim kepada
manusia dan telah melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka akan mendapat azab
yang pedih”. (QS. Asy-Syura :42)
Beberapa tindakan zalim baik itu kepada diri sendiri atau orang lain tetap tidak
dibenarkan oleh Islam. Contoh tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan zalim
diantaranya adalah sebagai berikut:
Seorang Ayah yang menafkahi keluarganya dengan uang haram (uang yang didapat
dari menipu, korupsi, dan mencuri).
Seorang Ibu yang lalai akan kewajibannya dan membiarkan anak serta suaminya
tanpa kasih sayang dan perhatian.
Seseorang yang suka membicarakan keburukan tetangganya.
Seseorang yang suka mengumbar aib keluarga maupun kerabatnya.
Fitnah, mengadu domba, sombong, berbohong, dan sebagainya.
1
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. Al Zaljalah: 7-8)
Dari beberapa ayat yang dipaparkan tersebut sangat jelas bahwa agama kita
mengajarkan untuk menghindari segala perbuatan keji yang dapat mendatangkan siksa bagi
kita di akhirat nantinya. Bahkan Allah SWT menjanjikan bahwa sekecil apapun hal yang
dilakukan umat manusia di bumi pasti akan mendapat balasan yang setimpal.
Oleh karena itu, sebagai umat muslim hendaklah semakin bertaqwa serta menjauhkan
diri dari perbuatan yang demikian untuk mencapai keridhoan-Nya.
“Dan janganlah sekali-kali kamu Wahai (Muhammad) mengira bahwa Allah lengah,
lalai, terhadap apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah
memberi tangguh kepeda mereka sampai pada hari yang pada waktu itu mata (mereka)
terbelalak.
Mereka datang bergegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya,
sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip, hati mereka kosong. Dan berikanlah
peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azhab kepada
mereka, maka berkatalah orang yang zalim:”Ya Tuhan kami beri tangguhlah kepada kami
(kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan
memenuhi seruan-Mu dan akan mengikuti Rasul-Mu.
(Dikatakan kepada mereka):” Bukankah kamu telah bersumpah dulu (di dunia),
bahwa sekalipun kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat
kediaman orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana
Kami telah berbuat kepada mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa
perumpamaan”.
Dalam firman Allah tersebut terkandung makna bahwa Dia tidak pernah lupa apalagi
lalai untuk memberikan balasan bagi orang yang berbuat zalim kepada sesamanya maupun
dirinya sendiri. Telah digambarkan bahwasannya orang-orang yang zalim, kelak (di akhirat)
2
akan datang tergesa memenuhi panggilan Allah SWT untuk meminta kembali di dunia agar
mereka dapat berbuat baik.
Namun, penyesalan semacam itu tidak ada gunanya bagi Allah SWT dan khususnya
para umat muslim itu sendiri karena akhirat bersifat kekal serta penyesalan di alam sana tidak
akan ada gunanya. Jadi, sebagai muslim yang mengaku taat pada perintah Allah SWT,
hendaknya kita jauh dari perbuatan keji semacam itu.
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan, apabila
ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi?. Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)?. Amat
sedikitlah kamu mengingat-ingat(-Nya).” – (QS.27:62)
Dari keduanya dapat disimpulkan bahwa Allah SWT sangat tidak menyukai orang
yang berbuat zalim. Bahkan menghalalkan kaum yang terzalimi saat mereka mengucapkan
doa balasan kepada yang zalim kepada mereka. Dalam agama Islam, kiranya kita mengaku
beriman maka penuhi iman itu dengan ketaqwaan.
Meskipun saat kita nantinya akan menjadi orang yang terzalimi. Islam mengajarkan
perbuatan baik untuk melawan zalim dan akan meruntuhkan segala dosa kita yaitu dengan
cara memaafkan. Jadi, sebagai muslim yang baik perlu untuk kita mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya adalah menghindari perbuatan zalim serta mengampuni
mereka yang menzalimi.