Anda di halaman 1dari 15

GRAVITY Vol. 2 No.

1 (2016)
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976

PEMBELAJARAN SAVIR (SOMATIC, AUDITORY,


VISUAL, INTELLECTUAL, DAN REPETITION) DALAM
MEMPERTAHANKAN RETENSI SISWA POKOK
BAHASAN ASAS BLACK DAN PEMUAIAN
Dina Rahmi Darman1, Firmanul Catur Wibowo1, Andi Suhandi2 dan Dadi
Rusdiana2
1
Pendidikan fisika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2
Pendidikan fisika, Universitas Pendidikan Indonesia
Email: dina_rd@untirta.ac.id

Abstract

The purpose of this study is to describe the durability of retention of students on the subject of
the principle of black and expansion by applying the SAVIR learning. This study also
investigated how the progress of learning in SAVIR learning .This study uses a study design one
group pretest-posttest design which gave a posttest for three time in interval between posttest
for few days. The participants in this study were the tenth grade students of a senior high
schools in Payakumbuh district, West Sumatra which the consist of 28 student. The results
showed that the enforceability of learning in classes increased at each meeting. It was found
that got y= 1,05e-0,01x at the exponential graph durability retention of students on the subject of
the principle of black and y = e-0,01x. on the subject of expansion. The results of this study
indicate that the application of SAVIR learning can maintain the retention of students on the
subject of the principle of black and expansion.

Keywords: learning, SAVIR learning, student’s retention

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran daya tahan retensi siswa pada pokok
bahasan asas black dan pemuaian dengan menerapkan pembelajaran SAVIR. Penelitian ini juga
melihat bagaimana keterlaksanaan pembelajaran SAVIR. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian One Group Pretest-Posttest Design dengan pemberian posttest sebanyak tiga kali
dalam selang waktu antara posttest beberapa hari. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
pada kelas X di salah satu SMA Negeri di Kecamatan Payakumbuh, Sumatera Barat dengan
jumlah 28 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran meningkat
pada setiap pertemuan. Diperoleh y= 1,05e-0,01x pada grafik eksponensial daya tahan retensi
siswa pada pokok bahasan asas black dan y=e-0,01x. pada pokok bahasan pemuaian. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran SAVIR dapat mempertahankan
retensi siswa pada pokok bahasan asas black dan pemuaian.

Kata Kunci: pembelajaran, pembelajaran SAVIR, retensi siswa

72
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 73

PENDAHULUAN Untuk mewujudkan tujuan di atas,


IPA merupakan mata pelajaran maka pembelajaran fisika harus
yang terkait dengan proses dan cara berlangsung sesuai dengan hakikat IPA
siswa mencari tahu tentang alam secara yang terdiri atas tiga komponen, yaitu
sistematis. Fisika merupakan salah satu sikap, proses, dan produk ilmiah. Sikap
bagian dari IPA. Beberapa definisi dalam hal ini merupakan karakter dan
fisika dikemukakan oleh para ahli prilaku seseorang yang mempelajari
seperti dikemukakan Druxes (1986:3) IPA. Proses sains dipandang sebagai
bahwa “Fisika adalah ilmu- ilmu yang kerja atau sesuatu yang harus dilakukan
mempelajari tentang kejadian alam, dan diteliti, sehingga dikenal dengan
yang memungkinkan penelitian dengan proses ilmiah atau metode ilmiah.
percobaan, pengukuran apa yang Produk yang dihasilkan dari IPA dapat
didapat, penyajian secara matematis, berupa teori, prinsip, hukum,azas, dan
dan berdasarkan peraturan-peraturan konsep-konsep. Oleh karena itu, guru
umum”. Dari pendapat tersebut, dapat juga diharapkan mampu memilih
disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu strategi dan pendekatan pembelajaran
yang mempelajari gejala-gejala alam yang sesuai dengan minat, kemampuan
serta interaksinya dan menerangkan serta bisa mengaktifkan siswa di dalam
bagaimana gejala-gejala alam tersebut pembelajaran. Disamping itu, guru juga
diukur melalui pengamatan dan diharapkan dapat memaksimalkan peran
penyelidikan. sebagai fasilitator siswa di dalam
Mata pelajaran fisika di SMA melakukan penyelidikan sehingga
menurut Depdiknas (2006:443) tujuan pembelajaran fisika dapat
memiliki tujuan mengembangkan tercapai (Crawford: 2000). Tercapainya
kemampuan berpikir analitis induktif tujuan pembelajaran berkaitan erat
dan deduktif dalam menyelesaikan dengan penyimpanan hasil belajar pada
masalah yang berkaitan dengan fase pembelajaran. Salah satu hasil
peristiwa alam, baik secara kualitatif belajar adalah hasil belajar ranah
maupun kuantitatif, serta dapat kognitif Menurut Gagne (dalam Winkel
mengembangkan keterampilan dan 2004: 351), dalam suatu tindakan
sikap percaya diri. belajar terdapat fase-fase yang dikaitkan

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 74

dengan kejadian internal, salah satunya Hasil belajar ranah kognitif dan
adalah retensi. retensi siswa sangat dipengaruhi oleh
Retensi menurut Pranata dan Rose pemanfaatan berbagai indera. Siswa
(dalam Kurniawan, 2013) adalah akan lebih paham tentang suatu konsep
banyaknya pengetahuan yang dipelajari dengan membaca, mendengar, dan
oleh siswa yang dapat disimpan dalam melihat langsung suatu peristiwa.
memori jangka panjang dan dapat Kemudian pemahaman dan ingatan
diungkapkan kembali selang waktu siswa terhadap apa yang dibaca,
tertentu. Winkel (2004: 503) didengar, dan dilihat akan semakin
menyatakan bahwa retensi merupakan meningkat ketika siswa menjelaskan
tahap penyimpanan materi yang telah konsep tersebut dan terlibat langsung
dipelajari. Retensi dapat juga diartikan dalam penyelidikan. Hal ini sesuai
sebagai bertahannya materi yang telah dengan penelitian yang dilakukan
dipelajari di dalam memori. Magnesen pada tahun 1983 (dalam
Matlin (2009: 95) menyatakan DePorter et all, 2000: 57), yang
bahwa memori membuat kita dapat memberikan hasil bahwa siswa
menyimpan informasi secara aktif mengingat 10% dari yang dibacanya,
sehingga kita dapat menggunakan 20% dari apa yang didengarnya, 30%
berbagai ranah kognitif. Oleh karena itu, dari apa yang dilihatnya, 50% dari yang
pembahasan mengenai retensi tidak dilihat dan didengarnya, 70% dari yang
terbatas pada kemampuan kognitif ranah dikatakan langsung, dan 90% dari apa
menghafal (C1) saja, melainkan meliputi yang dikatakan dan dilakukannya. Hal
semua ranah kognitif. Retensi memiliki ini sesuai juga sesuai dengan pendapat
pengaruh besar di dalam proses belajar. DePorter dan Hernacki (2013: 213)
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahwa siswa akan mengingat informasi
retensi sama dengan faktor-faktor yang dengan sangat baik jika informasi
mempengaruhi belajar. Jadi dapat tersebut disertai asosiasi indera berupa
disimpulkan bahwa bertahannya hasil pengalaman dan pengulangan.
belajar ranah kognitif siswa erat Mengingat pentingnya
kaitannya dengan fase retensi pada penggunaan berbagai indera untuk
proses pembelajaran. meningkatkan hasil belajar pada ranah
kognitif dan mempertahankan retensi

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 75

siswa, maka pembelajaran fisika siswa, dimana siswa secara aktif


hendaknya dapat menfasilitasi hal ini. membangun sendiri pengetahuannya
Pembelajaran SAVIR merupakan secara pribadi maupun kelas, dengan
perpaduan unsur-unsur yang terdapat cara mengintegrasikan ketiga dimensi
pada pembelajaran SAVI dan AIR. berupa auditory, intellectual, dan
Pembelajaran SAVI merupakan repetition. Pada pembelajaran AIR
pendekatan pembelajaran yang tidak terdapat unsur melihat dan berbuat
menggunakan ketiga gaya belajar tetapi memiliki dimensi penting yang
disertai dengan aktivitas Intellectual. tidak terdapat pada SAVI yaitu
Unsur-unsur yang terdapat dalam repetition.
pembelajaran SAVI menurut Meier Repetition berarti pengulangan
(2002: 91) adalah belajar secara yang bermakna pendalaman, perluasan,
somatic, auditory, visual dan dan pemantapan suatu konsep. Kegiatan
intellectual. Belajar somatic artinya pembelajaran sangat memerlukan
siswa menggunakan organ tubuh gerak pengulangan agar siswa lebih paham
dalam belajarnya, hal ini sesuai dengan akan suatu konsep (depdiknas, 2008:
karakteristik IPA bahwa belajar 10). Pengulangan akan memperkuat
merupakan proses penemuan. Belajar pemahaman siswa. Suatu informasi
auditory artinya siswa menggunakan yang diberikan secara berulang-ulang
organ tubuh pendengaran dalam belajar kepada siswa akan memberikan bekas
berbicara dan mendengar. Auditory yang lebih dalam pada ingatan.
sangat berpengaruh terhadap kegiatan Informasi yang maksudnya sama tetapi
siswa di dalam kegiatan penemuan. jika diberikan dengan cara yang
Belajar visual artinya siswa belajar berbeda, maka dapat membuat
mengamati dan menggambarkan apa peningkatan pada hasil belajar ranah
saja yang mereka temukan. Belajar kognitif siswa (depdiknas, 2008: 10).
intellectual artinya siswa menggunakan Pengulangan dapat dilakukan dengan
organ tubuh otak dalam berpikir untuk cara siswa diberi penekanan pada
memecahkan masalah. konsep-konsep penting pada tahap
Pembelajaran AIR adalah suatu penyampaian dan dilatih melalui
pendekatan pembelajaran yang pemberian tugas atau kuis.
menekankan pada kegiatan belajar

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 76

Azaz Black dan pemuaian Bogner, 2008: 101). Penelitian ini


merupakan pokok bahasan fisika yang mencakup domain penelitian pendidikan
sulit sehingga membuat siswa mudah menurut Duit (2007:8) yaitu penelitian
melupakan materi tersebut. Disamping konten sains berupa hasil belajar ranah
itu pokok bahasan ini memerlukan kognitif dan penelitian tentang mengajar
pendekatan pembelajaran yang dan belajar di dalam pembelajaran
memanfaatkan asosiasi indra karena fisika.
mudah diamati di dalam kehidupan Desain Eksperimen yang
sehari-hari. digunakan pada penelitian ini adalah
Pembelajaran SAVIR (Somatic, One Group Pretest-Posttest Design
Auditory, Visual, Intellectual dan (Sukmadinata, 2012:209). Dalam desain
Repetition) diharapkan akan mengubah penelitian ini terdapat satu kelas yang
pembelajaran biasa menjadi diberikan perlakuan yakni kelas
pembelajaran interaktif dengan eksperimen yang dipilih secara acak.
melibatkan semua indera siswa. Oleh Kemudian diobservasi keterlaksanaan
karena itu, peneliti tertarik untuk perlakuan dan dilihat tanggapan guru
melakukan penelitian di dalam dan siswa yang terlibat dalam kelas
pembelajaran fisika untuk memperoleh tersebut.
gambaran tentang Penerapan Populasi penelitian adalah semua
pembelajaran SAVIR (Somatic, siswa kelas X pada salah satu SMA di
Auditory, Visual, Intellectual, dan Kecamatan Payakumbuh. Dari sejumlah
Repetition) dalam Mempertahankan kelas ditentukan satu kelas sebagai
Retensi Siswa SMA pada pokok sampel penelitian menggunakan teknik
bahasan Asas Black dan Pemuaian. sampling cluster random sampling yaitu
suatu metode atau teknik pengambilan
METODE
sampel dengan random atau tanpa
Metode yang digunakan dalam
pandang bulu dari seluruh kelas
penelitian ini yaitu metode eksperimen
(Arikunto, 2006: 134).
semu (quasi eksperiment). Quasi
Untuk memperoleh data dan
eksperiment merupakan metode
informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian yang sangat
penelitian ini instrumen-instrumen yang
direkomendasikan untuk penelitian
dalam bidang pendidikan (Randler and

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 77

digunakan berupa instrumen tes dan kognitif dan daya tahan retensi siswa.
nontes. Soal-soal dibuat oleh peneliti dan
Tes adalah serangkaian pertanyaan didiskusikan dengan dosen pembimbing
atau latihan yang digunakan untuk menyangkut validasi isi, kontruksi dan
mengukur keterampilan pengetahuan, kejelasan bahasa agar lebih mudah
inteligensi, kemampuan, atau bakat dipahami. Sebelum tes ini digunakan
yang dimiliki oleh individu atau kelas sebagai alat pengumpul data, terlebih
(Riduwan, 2010: 105). Tes ini dibuat dahulu diminta pertimbangan
untuk menguji hasil belajar ranah (judgment) kepada tim ahli yang
kognitif siswa terhadap materi. Butir merupakan dosen-dosen ahli pada
soal tes disusun dan dikembangkan jurusan fisika.
berdasarkan indikator pembelajaran Setelah diperoleh instrumen yang
yang disesuaikan dengan indikator valid menurut dosen ahli, kemudian
ranah kognitif. instrumen tes hasil belajar ranah
Instrumen non tes pada penelitian kognitif diuji cobakan pada siswa. Uji
ini adalah lembar observasi coba ini dilakukan kepada siswa yang
keterlaksanaan pembelajaran SAVIR. memiliki kesamaan karakter dengan
Lembar observasi terdiri dari lembar siswa yang menjadi sampel penelitian.
observasi aktivitas guru dan lembar Uji coba instrumen dilakukan sebanyak
observasi aktivitas siswa. dua kali. Data hasil uji coba kemudian
Tes retensi menggunakan dianalisis yang meliputi daya pembeda,
instrumen yang setara atau identik tingkat kesukaran dan reliabilitas.
dengan instrumen hasil belajar ranah Sehingga diperoleh instrumen tes yang
kognitif. Untuk tes awal dan tes akhir baik dan layak untuk dijadikan
digunakan instrumen tersebut instrumen penelitian.
berdasarkan anggapan bahwa ketahanan
retensi siswa benar-benar dapat dilihat a. Validitas Tes
dan diukur dengan soal yang sama Pengujian validitas menggunakan
(Kurniawan: 2013). validitas isi dengan cara meminta
Instrumen tes yang digunakan pertimbangan dari ahli (judgement). Hal
dalam penelitian ini berbentuk soal ini dilakukan untuk mengetahui
uraian untuk tes hasil belajar ranah instrumen yang digunakan sudah tepat

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 78

untuk mengukur apa yang hendak instrumen cukup sekali, tetapi


diukur. Peneliti meminta pendapat dari instrumennya dua, pada responden
ahli mengenai instrumen yang telah sama, waktu sama, instrumen berbeda.
dibuat dan para ahli dapat memberikan Jadi dalam hal ini instrumennya sama,
pendapat berupa instrumen sudah tepat, respondennya berbeda dan waktunya
ada yang perlu diperbaiki, atau semua yang berbeda. Reliabilitas instrumen
harus diperbaiki. dihitung dengan cara mengkorelasikan
Instrumen tes kemampuan kognitif antara data suatu instrumen dengan data
di-judge oleh empat dosen ahli. Dari instrumen yang dijadikan ekuivalen.
pertimbangan empat dosen ahli tersebut, Bila koefisien korelasi positif dan
diperoleh berbagai masukan mengenai signifikan maka instrumen tersebut
redaksi, isi, dan konstruk. Berdasarkan dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2013:
masukan tersebut, dilakukan perbaikan 358).
pada instrumen sebanyak dua kali pada Reliabilitas adalah tingkat
dosen ahli pertama, satu kali pada dosen keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
ahli kedua, ketiga, dan keempat. Setelah sejauh mana suatu tes dapat dipercaya
perbaikan instrumen selesai dan untuk menghasilkan skor yang ajeg atau
disetujui dosen ahli, diperoleh tidak berubah-ubah walaupun diteskan
kesimpulan bahwa dari 35 buah soal, pada situasi yang berbeda-beda. Nilai
seluruhnya sudah memenuhi validitas isi reliabilitas dapat ditentukan dengan
dan validitas konstruk sehingga dapat menentukan koefisien reliabilitas.
digunakan untuk keperluan penelitian. Teknik yang digunakan untuk
Proses analisis terhadap instrumen pada menentukan reliabilitas tes adalah
penelitian ini menggunakan Microsoft dengan teknik korelasi product moment
Office Exel 2007. angka kasar sesuai dengan persamaan
(1) (Sugiyono, 2013: 356)
b.Reliabilitas Tes N  XY  ( X )( Y ) ...
rXY 
Pengujian reliabilitas instrumen {N  X 
2
 X }{N Y
2 2
 ( Y ) }
2

(1)
dilakukan secara eksternal dengan Keterangan:
menggunakan dua instrumen yang rXY = koefisien korelasi tes antara X
ekuivalen. Instrumen dengan cara ini dan Y
dilakukan dengan cara mengujicobakan X = skor rata-rata tes paket A

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 79

Y = skor rata-rata tes paket B Daya pembeda soal adalah


N = jumlah subyek kemampuan suatu soal untuk
Untuk menginterpretasikan membedakan antara siswa yang sudah
derajat reliabilitas instrumen digunakan menguasai materi dengan siswa yang
tolok ukur yang ditetapkan J.P. Guilford belum menguasai materi berdasarkan
(Suherman, 2003: 139) ditunjukkan kriteria tertentu. Atau bisa dikatakan
pada Tabel 1 sebagai kemampuan soal membedakan
Tabel 1.Kategori reliabilitas tes antara siswa yang berkemampuan tinggi

Batasan Kategori dengan siswa yang berkemampuan


0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi rendah.
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi Daya beda dihitung dengan
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah membagi siswa menjadi dua kelas yaitu
0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat kelas atas untuk siswa yang pandai dan
Rendah
Tingkat kemudahan soal adalah kelas bawah untuk siswa yang

bilangan yang menunjukkan sukar atau berkemampuan rendah. Jika jumlah

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks siswa lebih dari 30 maka pembagiannya

kemudahan (P) singkatan dari kata 27% untuk kelas atas dan 27% untuk

“proporsi” berkisar antara 0,00 sampai kelas bawah. Jika jumlah siswa 30 atau

dengan 1,00. Semakin mudah soal itu, lebih kurang dari 30, maka

semakin besar pula bilangan indeksnya pembagiannya 50% untuk kelas atas dan

dan menunjukkan soal yang semakin 50% untuk kelas bawah (Suherman,

mudah (Arikunto, 2006: 208). Untuk 2003). Angka yang menunjukkan

soal bentuk pilihan ganda dan soal besarnya daya pembeda disebut indeks

uraian dapat dihitung dengan persamaan diskriminasi, disingkat D (Arikunto

(2). 2009: 211). Untuk menentukan D soal

B uraian digunakan persamaan (3)


P ................................( 2)
JS
Keterangan: BA BB
D   PA  PB .....................(3)
P= indeks kemudahan J A JB

B= banyak siswa yang menjawab soal


Keterangan:
dengan benar
JA= banyak peserta kelas atas
JS= jumlah seluruh siswa peserta tes
JB=banyak peserta kelas bawah

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 80

BA=banyak kelas atas menjawab benar observer menggunakan lembar


BB= banyak kelas bawah menjawab observasi aktivitas guru dan siswa.
benar Lembar observasi memberikan
PA= proporsi kelas atas menjawab benar informasi sejauh mana keterlaksanaan
PB= proporsi kelas bawah menjawab pembelajaran pada kelas tersebut.
benar Rekapitulasi hasil observasi
keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam pembelajaran SAVIR dapat
1. Keterlaksanaan Pembelajaran
SAVIR dilihat pada tabel 2.
Hasil
Keterlaksanaan pendekatan
pembelajaran SAVIR diamati oleh
Tabel 2. Rekapitulasi hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran SAVIR

Pokok Aktivitas Persentase keterlaksanaan


Bahasan Guru Siswa
Asas Black Kegiatan awal (pendahuluan) 100 100
Kegiatan Inti (Tahap 2: penyampaian) 100 100
Tahap 3: pelatihan 100 100
Kegiatan Inti (Tahap 4: penampilan hasil) 100 100
Kegiatan Penutup 100 100
Pemuaian Kegiatan awal (pendahuluan) 100 100
Kegiatan Inti (Tahap 2: penyampaian) 100 100
Tahap 3: pelatihan 100 100
Kegiatan Inti (Tahap 4: penampilan hasil) 100 100
Kegiatan Penutup 100 100

Pembahasan karena selalu diadakan diskusi dengan


Dari hasil observasi pembelajaran, observer yang merupakan guru-guru
terlihat bahwa kegiatan pembelajaran fisika, sehingga pembelajaran SAVIR
SAVIR dari keseluruhan kegiatan yang tersebut dapat terlaksana dengan baik.
dirancang terlaksana keseluruhannya. Secara umum, kriteria aktivitas guru dan
Rancangan aktivitas guru dan siswa siswa berada pada kriteria semua
pada setiap pertemuan yang meliputi kegiatan terlaksana.
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti Persentase siswa yang aktif pada
penyampaian, kegiatan inti pelatihan, tahap persiapan, tahap penyampaian,
kegiatan inti penampilan hasil, dan tahap pelatihan, tahap penampilan hasil,
kegiatan penutup terlaksana 100%. dan kegiatan penutup pada setiap
Faktor yang paling mendukung adalah pertemuan mengalami peningkatan.

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 81

Masing-masing tahap dilaksanakan dua menggunakan praktikum, demonstrasi,


kali. Pada tahap persiapan 1, siswa dan diskusi.
bersiap menerima pelajaran, Pada pertemuan awal, siswa
memperhatikan apersepsi, indikator dan banyak bertanya tentang cara
tujuan pembelajaran, dan menanggapi menganalisis data hasil percobaan yang
pertanyaan guru. Pada tahap mereka lakukan. Hal ini disebabkan
penyampaian 1, siswa secara karena mereka belum terbiasa
berkelompok melakukan percobaan menganalisis data temuan menggunakan
sesuai dengan panduan LKS praktikum. LKS praktikum Pada akhirnya tidak
Pada tahap pelatihan 1 siswa semua analisis data pada LKS
bekerjasama mengolah data yang praktikum bisa diselesaikan siswa dan
ditemukan dan menulis kesimpulan sisanya dijadikan PR perkelompok.
mereka di LKS praktikum. Pada tahap Pada saat diskusi kelas mengenai hasil
penampilan hasil 1, siswa melakukan temuan praktikum, tidak semua siswa
diskusi kelas mengenai hasil percobaan yang ikut terlibat. Ada beberapa orang
pada LKS. Kemudian dilakukan diskusi yang tidak fokus ketika salah satu
antara guru dan siswa pada tahap kelompok menampilkan hasil LKS
penyampaian 2. Kemudian siswa praktikum. Begitu juga ketika diskusi
mencoba menyelesaikan LKS repetition kelompok mengenai LKS repetition.
yang dibagikan secara berkelompok Ada beberapa siswa yang tidak ikut
pada tahap pelatihan 2. Selanjutnya berdiskusi. Kemudian ketika presentasi
hasil diskusi siswa ditampilkan dalam LKS repetition, tidak semua soal yang
diskusi kelas pada tahap penampilan bisa ditampilkan karena waktu yang
hasil 2 dan ditutup dengan pemberian tidak mencukupi. Begitu juga pada
tugas individu untuk melihat pengerjaan tugas individu, tidak semua
penguasaan siswa terhadap siswa yang serius mengerjakannya,
pembelajaran yang dilakukan. terdapat beberapa kertas tugas individu
Jumlah siswa yang terlibat di yang kosong dan hanya diberi nama.
dalam setiap aktifitas pembelajaran Pada pertemuan selanjutnya siswa
meningkat disetiap pertemuan. Hal ini sudah mulai terbiasa dengan
disebabkan karena siswa semakin pembelajaran SAVIR. Bahkan mereka
terbiasa dengan pembelajaran sudah tidak sulit lagi ketika diminta

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 82

maju mempersentasikan hasil diskusi pengetahuan mengenai kalor yang


kelompok mereka seperti pada dipelajari oleh siswa yang dapat
pertemuan pertama. Pada pertemuan disimpan dalam memori jangka panjang
ini, tugas individu yang diberikan dan dapat diungkapkan kembali dalam
dikerjakan oleh semua siswa. Hal ini jangka waktu tertentu. Retensi siswa
disebabkan karena mereka sudah mengenai pokok bahasan azaz black dan
terbiasa dengan pembelajaran yang pemuaian dinilai menggunakan tiga
melibatkan semua indera, dan repetition macam soal setara pada kemampuan
pada pembelajaran. Tidak terdengar lagi kognitif. Tes ini dilakukan sebanyak
keluhan dari siswa ketika LKS tiga kali sesudah perlakuan (posttest 1,
repetition dibagikan, bahkan mereka posttest 2, dan posttest 3). Pada
sendiri yang berebut meminta ke pada perhitungan retensi siswa, data nilai
guru. Disini terlihat bahwa masing- siswa yang meningkat tidak dimasukkan
masing kelompok termotivasi untuk ke dalam perhitungan.
segera menyelesaikan LKS sebelum Skor rata-rata posttest 1, posttest
kelompok yang lain. 2, dan posttest 3 yang diperoleh siswa
Retensi Siswa pada Pokok Bahasan untuk nilai posttest ideal sebesar 1
Asas Black dan Pemuaian terdapat pada Tabel 3.
Hasil
Retensi yang diukur pada
penelitian ini adalah banyaknya
Tabel 3.Rekapitulasi skor rata-rata posttest 1, posttest 2, dan posttest 3 hasil belajar kognitif siswa

Waktu dari posttest 1 %Daya Tahan %


Pokok bahasan Posttest X
(hari) Retensi Penurunan Retensi
- 1 0,91 100 % -
Asas Black 5 2 0,84 92% 8%
5 3 0,84 92% 8%
- 1 0,93 100 % -
Pemuaian 5 2 0,85 91% 9%
5 3 0,77 83% 17%

Agar lebih jelas perolehan nilai rata-rata asas Black, maka digambarkan dalam
siswa pada pokok bahasan asas Black grafik eksponensial pada Gambar 2.
digambarkan pada gambar 1 dan daya
tahan retensi siswa pada pokok bahasan

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 83

Gambar 1. Nilai rata-rata siswa pada


pokok bahasan asas black Gambar 4.Daya tahan retensi siswa pada
pokok bahasan pemuaian

Pembahasan
Berdasarkan Tabel 5 terlihat
bahwa hasil belajar ranah kognitif siswa
pada setiap pokok bahasan mengalami
penurunan pada posttest 2 dan posttest 3
Gambar 2. daya tahan retensi siswa pada
dengan beracuan pada skor yang
pokok bahasan asas Black
diperoleh pada posttest 1. Skor rata-rata
Perolehan nilai rata-rata siswa
Posttest 1, Posttest 2, dan Posttest 3
pada pokok bahasan pemuaian
untuk pokok bahasan asas Black
digambarkan pada Gambar 3 dan daya
mengalami penurunan masing-masing
tahan retensi siswa pada pokok bahasan
sebesar 0.91, 0.84, dan 0,84. Untuk
pemuaian digambarkan dalam grafik
pokok bahasan pemuaian, skor rata-rata
eksponensial pada Gambar 4.
Posttest 1, Posttest 2, dan Posttest 3
masing-masing sebesar 0.93, 0.85, dan
0,77.
Penurunan skor rata-rata pada
kedua pokok bahasan terlihat pada
grafik eksponensial pada Gambar 1 dan

Gambar 3.Nilai rata-rata siswa pada 3. Pada grafik eksponensial skor rata-

pokok bahasan pemuaian rata pokok bahasan asas black diperoleh


y= e-0,02x dan pada grafik eksponensial
skor rata-rata pokok bahasan pemuaian
diperoleh y=0,85e-0,02x. Data ini
menunjukkan bahwa konstanta e pada

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 84

grafik eksponen pokok bahasan azaz dapat disimpulkan bahwa daya tahan
black lebih besar dari konstanta e pada retensi siswa pada pokok bahasan asas
pokok bahasan pemuaian. Sehingga black lebih besar dibanding daya tahan
dapat disimpulkan bahwa penurunan retensi siswa pada pokok bahasan
nilai rata-rata pada pokok bahasan asas pemuaian. Bisa juga disimpulkan bahwa
black lebih kecil dibanding penurunan persentase penurunan retensi siswa pada
nilai rata-rata pada pokok bahasan pokok bahasan asas black lebih kecil
pemuaian. dibanding persentase penurunan retensi
Pada pokok bahasan asas black siswa pada pokok bahasan pemuaian.
dalam selang waktu lima hari dan Pada pembelajaran SAVIR
sepuluh hari dari posttest pertama, daya ditemukan bahwa daya tahan retensi
tahan retensi siswa sebesar 91% dan siswa berbeda pada kedua pokok
84% dengan penurunan retensi siwa bahasan. Seharusnya, jika pendekatan
8% dan 8%. Sedangkan untuk pokok yang diberikan sama, maka daya tahan
bahasan pemuaian dalam selang waktu retensi siswa juga tidak akan berbeda
lima hari dan sepuluh hari dari posttest jauh pada setiap materi. Hal ini
pertama, daya tahan retensi siswa menandakan terdapat variabel lain di
sebesar 91% dan 83% dengan luar pembelajaran yang mempengaruhi
penurunan retensi siwa 10% dan 18%. daya tahan retensi tersebut. Salah
Daya tahan retensi siwa pada satunya adalah tingkat kemudahan soal
kedua pokok bahasan juga terlihat pada pada setiap pokok bahasan
grafik eksponensial pada Gambar 2 dan pembelajaran yang berbeda . Oleh
4. Pada grafik eksponensial daya tahan karena itu, perlu dirancang soal-soal
retensi siswa pada pokok bahasan asas yang memiliki tingkat kemudahan yang
-0,01x
black diperoleh y= 1,05e dan pada sama untuk setiap materi sehingga
grafik eksponensial daya tahan retensi diperoleh daya tahan retensi siswa yang
siswa pokok bahasan pemuaian sama untuk setiap materi.
diperoleh y=e-0,01x. Data ini
SIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan bahwa konstanta e pada
Simpulan
grafik eksponen pokok bahasan azaz
Berdasarkan hasil penelitian dan
black lebih besar dari konstanta e pada
analisis data mengenai penerapan
pokok bahasan pemuaian. Sehingga
pembelajaran SAVIR diperoleh

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 85

kesimpulan bahwa penerapan bimbingan berbagai pihak. Pada


pembelajaran SAVIR dapat kesempatan ini penulis menyampaikan
mempertahankan retensi siswa pada terimakasih dan memberikan
pokok bahasan asas black dan penghargaan yang setinggi-tingginya
pemuaian. kepada Bapak Dr. Andi Suhandi, M.Si
Saran dan Bapak Dr. Dadi Rusdiana, M.Si
Berdasarkan hasil penelitian dan selaku dosen pembimbing, dosen-dosen
pembahasan yang telah dilakukan fisika UPI Bandung yang telah
mengenai penerapan pembelajaran memberikan bimbingan dan bantuan
SAVIR, peneliti memberi beberapa selama melakukan penelitian, Kepala
saran sebagai berikut: sekolah dan guru-guru fisika SMAN 1
Kecamatan payakumbuh yang telah
1. Untuk melihat gambaran daya tahan
memberikan fasilitas dalam penelitian
retensi siswa yang lebih akurat,
ini, Keluarga besar penulis yang telah
hendaknya pengukuran retensi
memberikan dukungan moral dan
menggunakan lebih banyak data dan
material sehingga penelitian ini berjalan
dalam rentang waktu yang lebih
dengan baik. Dan semua pihak yang
lama. Sehingga diperoleh grafik
tidak bisa disebutkan satu persatu.
fungsi eksponensial yang
memperlihatkan bahwa retensi siswa
menurun secara perlahan dan tidak DAFTAR PUSTAKA
akan pernah memotong sumbu x.
Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut Jakarta: PT. Rineka Cipta.
untuk melihat bagaimana perolehan
Crawford, B.A. 2000, Embracing the
daya tahan retensi siswa pada Essence of Inquiry: New Roles for
Science Teachers. Journal of
pembelajaran SAVIR yang
Research in Science Teaching. 37,
dipadukan dengan berbagai metode (9), 916–937.
atau model pembelajaran sehingga
Depdiknas. 2006, Pengembangan
diperoleh hasil yang lebih beragam. Bahan Ujian dan Analisis Hasil
Ujian (Materi Presentasi
Sosialisasi KTSP). Jakarta:
UCAPAN TERIMAKASIH
Departemen Pendidikan Nasional.
Dalam penyelesaian penelitian ini
DePorter, B. dan Hernacki, M. 2013,
tidak terlepas dari bantuan dan
Quantum Learning (Membiasakan

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Dina Rahmi Darman et al. / Pembelajaran 2 (2016), 72 - 86 86

belajar Nyaman dan Suherman, E. 2003, Evaluasi


Menyenangkan). Bandung: Pembelajaran Matematika.
Khaifa-PT Mizan Pustaka. Bandung: JICA FPMIPA.

Duit, R. 2007, Science Education Sugiyono. 2013, Metode Penelitian


Research Internationally: Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Conceptions, Research Methods,
Domains of Research. Eurasia Sukmadinata, N. S. 2012, Metode
Journal of Mathematics, Science Penelitian Pendidikan. Bandung:
& Technology Education. 3, (1), PT Remaja Rosdakarya.
3-15.
Winkel, W. S. 2004, Psikologi
Druxes, H, et all. 1986, Kompendium
Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Didaktik Fisika (Terjemahan).
Bandung : Remaja Karya.

Kurniawan, A. 2013, Penerapan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Cmaptools dalam
Pembelajaran Fisika untuk
Meningkatkan Kemampuan
Kognitif dan Mempertahankan
Retensi Siswa. Tesis FP-IPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan.

Matlin, W. M. 2009, Cognitive


Psychology, Seventh Edition
International Student Version.
Hoboken: Jhon Wiley & Sons,
Inc.

Meier, D. 2002, The Accelerated


Learning Handbook. Bandung:
Khaifa.

Randler, C. and Bogner,F. X. 2008,


Planning Experiments in Science
Education Research: Comparison
of a Quasi-Experimental
Approach with a Matched Pair
Tandem Design. International
Journal of Environmental &
Science Education 3,( 3),95-103.

Riduwan. 2010, Metode dan Teknik


Menyusun Tesis. Bandung:
Alfabeta.

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976

Anda mungkin juga menyukai