Anda di halaman 1dari 17

ASMAUL HUSNA AL-KARIM

Oleh:
1. Faldiah dearahmani
2. Vrega zahrotul auliya

3. Zalfa hana humaira

Kelas X IPS 3

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 KUNINGAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asmaul Husna Al-
Karim” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalwat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
Geografi. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.

Kuningan, Agustus 2019


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

1.1 Asmaul Husna ............................................................................................... 3

1.2 Arti Al-Karim Secara Rinci .......................................................................... 4

1.3 Pengertian Al-Karim ..................................................................................... 4

1.4 Makna yang mendalam dari pengertian Al-Karim ....................................... 5

1.5 Teladan dari Makna Al-Karim .................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan (makhluk) Allah SWT. Allah SWT
mempunyaisifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua
rnakhluk-Nya. Oleh karena itu,semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-
Nya. Namun. sifat-sifatAllah SWT tersebut tidak hanyatergambar dalam sifat
wajib-Nya, melainkan juga dari nama-nama baik yang menyertai-Nya
(Asma’ulHusna).
Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 24 : “Dia-lah Allah Yang Menciptakan,
Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang
Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa
dibuktikan dari seberapa sering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT
dapat dilakukan dengan menyebut kalimat¬kalimat tayyibah atau menyebut nama-
nama Allah SWT dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir
(mengingat) kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam Alquran : “Hanya milik Allah asma-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.”(QS. Al A’raaf :
180)

Berdasarkan ayat di atas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama


Allah SWT yang terhimpun dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan
sebaiknya didahului dengan menyebutnama-Nya (terwujud dalam kalimat
basmalah). Allah SWT memerintahkan untuk menyebut-Nya denganAsmaul Husna
sebagai pujian dan pengantar doa kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta
sesuatu.Dengan memuji nama-Nya terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa
kita tentu akan semakin besar.

1
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah menjelaskan : “Sesungguhnya Allah SWT
mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu,barang siapa yang
menghafalkannya, maka ia akan masuk surga” (HR. Bukhari)

Hal ini menunjukkan apabila kita mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh-
sungguh,menghafal, kemudian memahami maknanya serta beribadah kepada Allah
maka akan menjadi penguatiman yang paling besar, bahkan mengenal Asma` dan
sifat-Nya merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu kembali kepada dasar
yang agung ini
1.2 Rumusan Masalah
Pada kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan secara rinci salah satu Asmaul
Husna, yaitu Al Karim. Penjelasan yang akan kami bahas diantaranya :

- Apa itu Asmaul Husna?


- Apa arti Al-Karim secara rinci?
- Apa pengertian Al Karim?
- Apa keutamaan dan makna yang termuat dari Asmaul Husna Al-Karim
- Apa saja yang dapat diteladani dengan memahami makna Al Karim

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Asmaul Husna
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: ‫أسماء هللا الحسنى‬, asmāʾ allāh al-
ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna
berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah
yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini,
karena nama-nama Allah adalah alamat kepadaDzat yang mesti kita ibadahi dengan
sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan
penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam
mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam
mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama,
ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut
mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan
dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.

Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik
dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia
itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik
Allah.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran


yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah
...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi
harus dapat mengerti dengan hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala.
Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal
kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami
keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat

3
dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat
Al-Ikhlas.

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti
ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya.
Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang
Memiliki Maha Dekat. AllahMemiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih
dan Maha Penyayang. Sifat-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna,
yaitu nama-nama, sebutan atau gelar yang baik.

1.2 Arti Al-Karim Secara Rinci


Secara bahasa, Al-Karim mempunyai arti Yang Maha Mulia, Yang Maha
Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-karim diartikan bahwa allah
SWT Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugrah atau rezeki
kepada semua makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak
memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi Nikmat dan Keutamaan, baik ketika
diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan firmanya :
Q.S Al-Infitar : 6
‫سانُ َما غ ََّركَ ِب َر ِبكَ ْالك َِر ِيم‬
َ ‫َيا أَيُّ َها اإل ْن‬
Artinya : “Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah?

1.3 Pengertian Al-Karim


Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa diminta. Berbeda
dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi karena diminta. Atas dasar
inilah, Allah memberikan nama-Nya dengan Al-Karim, bukan As-Sakhiy. Ada
pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Karim artinya ialah jika mampu membalas,

4
ia justru memaafkan; jika berjanji, ia menepati; dan jika memberi, ia melebihi apa
yang diharapkan, tidak peduli berapa banyak ia memberi dan kepada siapa ia
memberi. Jika timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak rela. Dia tidak menyia-
nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri kepadanya, dan
dicukupkannya orang itu dari perantara dan pembela lain. Tidak ada yang memiliki
sifat-sifat ini selain Allah SWT.

1.4 Makna yang mendalam dari pengertian Al-Karim


Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: ” al-Karîm salah satu dari sifat
Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak
memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan”. al-Karîm
adalah nama yang mencakup segala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah
al-Karîm (Maha Mulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya.[3]

Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Allah
Azza wa Jalla dan nama-Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan,
amat pemurah lagi pemberi. Pemberian-Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang
Maha Mulia secara mutlak. al-Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan,
kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga menghimpun segala hal yang terpuji.
Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji
dalam segala perpuatan-Nya, Rabb yang memiliki ‘Arsy yang mulia lagi agung”[4].

Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur’ân, nama Allah Azza
wa Jalla yang mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-
Naml/27:40:
‫س ِه َو َم ْن َكفَ َر فَ ِإنَّ َربِي‬ َ ‫ش ُك ُر أ َ ْم أ َ ْكفُ ُر َو َم ْن‬
ْ َ‫شك ََر فَ ِإنَّ َما ي‬
ِ ‫شك ُُر ِلنَ ْف‬ ْ َ ‫ض ِل َربِي ِليَ ْبلُ َونِي أَأ‬
ْ َ‫ستَق ًِّرا ِع ْن َدهُ قَا َل َهذَا ِم ْن ف‬
ْ ‫فَلَ َّما َرآَهُ ُم‬
‫ي ك َِريم‬ َ
ٌّ ‫غ ِن‬
“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun
berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur
atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

5
Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:
َ ‫سا ُن َما‬
‫غ َّركَ ِب َربِكَ ا ْلك َِر ِيم‬ ِ ْ ‫يََ ا أَيُّهَا‬
َ ‫اْل ْن‬
“Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap
Rabbmu Yang Maha Pemurah”.

Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang
perkataan Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu
Balqis di hadapannya. Pemberian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi
Sulaiman guna menguji rasa syukurnya pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat
yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini ditutup dengan dua nama Allah Azza wa
Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-Karîm (Maha Mulia). Kedua nama
ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yang mau bersyukur,
sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena Allah
Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan
mengurangi kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang
bersyukur akan mendapat balasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan
yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla
tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini seperti termaktub dalam
firman Allah:
‫ضهُ لَ ُك ْم‬ ْ َ ‫ع ْن ُك ْم َو ََل ي َْرضَى ِل ِعبَا ِد ِه ا ْل ُك ْف َر َو ِإ ْن ت‬
َ ‫ش ُك ُروا ي َْر‬ َ ‫ي‬
ٌّ ِ‫غن‬ َّ َّ‫ِإ ْن ت َ ْكفُ ُروا فَ ِإن‬
َ َ‫َّللا‬
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak
memerlukanmu) dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika
kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7]

Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya


sendiri. Dan barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza
wa Jalla Maha Kaya lagi Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena
membutuhkan makhluk tapi karena Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm
(Maha Pemurah).
Adapun pada ayat surat al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia,
apa yang membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah
Azza wa Jalla. Padahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai

6
nikmat dan rahmat bagi mereka. Karena Allah bersifat Maha Pemurah terhadap
seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia berlaku demikian, karena Allah al-
Karîm (pemurah) terhadap mereka.
Al-Karîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan
kebaikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan
kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta
perbuatan-Nya:
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun
dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek
pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala
maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada
cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah
Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nama Allah al-Karîm
mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta
bermakna kelembutan dan memberi kebaikan”.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Secara global, makna al-Karîm adalah
dzat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang.
Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan”

Diantara makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh
makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan
yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada makhluk adalah semata-mata atas
kemurahan-Nya kepada para makhluk.

Kemudian, sebagai (cermin) sifat karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan


sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan
dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah. Karena
nama Allah al-Karîm beriringan dengan nama Allah al-‘Afuww (Maha Pemberi

7
Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berikut:
‫ي لَ ْيلَ ٍة لَ ْيلَةُ ا ْلقَد ِْر َما أَقُو ُل فِي َها قَا َل قُولِي اللَّ ُه َّم ِإنَّكَ عُفُ ٌّو ك َِريم‬
ُّ َ ‫ع ِل ْمتُ أ‬ ِ َّ ‫ع َْن عَائِشَةَ قَالَتْ قُ ْلتُ يَا َرسُو َل‬
َ ‫َّللا أ َ َرأَيْتَ ِإ ْن‬
‫ْف عَنِي‬ ُ ‫ب ا ْل َع ْف َو فَاع‬ ُّ ِ‫تُح‬

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha , ia berkata: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu


jika seandainya aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?”
Beliau bersabda: “Ucapkanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi
Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”. [HR. at-
Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]
Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla
menghapus dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
‫ورا َرحِ ي اما‬ َ ُ‫َّللا‬
‫غفُ ا‬ ٍ ‫سنَا‬
َّ َ‫ت َوكَان‬ َ ‫سيِئ َات ِِه ْم َح‬ َّ ‫ع َم اًل صَا ِل احا فَأُولَئِكَ يُب َِد ُل‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫اب َوآ َ َمنَ َوعَمِ َل‬
َ َ ‫إ َِ ََّل َم ْن ت‬

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” [al-Furqân/25:70]

Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi,
tanpa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ظاه َِرةا َوبَاطِ نَةا‬
َ ُ‫علَ ْي ُك ْم نِعَ َمه‬ ْ َ ‫ض َوأ‬
َ ‫سبَ َغ‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬
َ ‫س َم‬ َّ َّ‫أََ لَ ْم ت َ َر ْوا أَن‬
َ َ‫َّللا‬
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” [Luqmân/31:20]

Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat
dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman:
َّ ‫َوكَأَيِ ْن ِم ْن دَا َّب ٍة ََل تَحْ ِم ُل ِر ْزقَهَا‬
‫َّللاُ ي َْر ُزقُهَا َو ِإيَّا ُك ْم َوه َُو السَّمِ ي ُع ا ْلعَلِي ُم‬
“Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah
yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. [al-‘Ankabût/29:60]

8
Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai
kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat
Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ق ذُو ا ْلقُ َّو ِة ا ْل َمتِي ُن‬
ُ ‫الر َّزا‬ ِ ‫ق َو َما أ ُ ِري ُد أ َ ْن يُ ْط ِع ُم‬
َ َّ َّ‫) إِن‬57( ‫ون‬
َّ ‫َّللا ه َُو‬ ٍ ‫َما أ ُ ِري ُد مِ ْن ُه ْم مِ ْن ِر ْز‬

“Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58]

Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para
hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan
permintaan mereka. Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar
permintaan mereka tersebut. Sebaliknya, akan marah kepada orang yang tidak
berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
َ‫س َي ْد ُخلُونَ َج َهنَّ َم َداخِ ِرين‬
َ ‫ست َ ْك ِب ُرونَ ع َْن ِعبَا َدتِي‬ ْ َ ‫َوقَا َل َر ُّب ُك ُم ا ْدعُونِي أ‬
ْ ‫ست َ ِج ْب لَ ُك ْم إِنَّ الَّ ِذينَ َي‬
“Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-
Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60]
Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam
kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan.

Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada
Allah s.w.t. Dia terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai.
Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar untuk ikut sama sampai kepada tujuannya.
Perasaan tidak sabar akan menimbulkan harapan atau cita-cita agar ada seseorang
yang dapat menolong mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri
daripada mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada
wali-wali ghaib dan malaikat-malaikat.

Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi dalam
mencapai maksud itu sudah diselit dengan harapan kepada selain-Nya. Ini

9
bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia
terjatuh, Hikmat ini menariknya supaya berpegang kepada al-Karim. Walau kepada
siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan orang berkenaan tetap mencari
al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat melepasi al-Karim.
Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah SWT Al-Karim bermaksud:

1. Allah SWT Maha Pemurah.


2. Allah SWT memberi tanpa diminta.
3. Allah SWT memberi sebelum diminta.
4. Allah SWT memberi apabila diminta.
5. Allah SWT memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan,
cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan
mereka.
6. Allah SWT memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh
para hamba-Nya.
7. Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira
berapa banyak diberi-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah SWT memberi dengan
bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling
bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.

1.5 Teladan dari Makna Al-Karim


Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui
dan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara ini merupakan
tujuan yang sesungguhnya bagi seorang muslim ketika memahami nama-nama
Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar nama al-Karîm benar-benar memberikan
pengaruh positif bagi peningkatan iman dan perbaikan ibadah dan akhlak seorang
muslim dalam kehidupannya sehari-hari.

Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan
sifat-sifat yang mulia dalam diri seorang muslim, diantaranya:

10
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia
dan mencintai orang yang bersifat mulia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah
Azza wa Jalla adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang
merupakan penjabaran dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla
Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla mencintai orang yang memiliki sifat mulia
dari para hamba-Nya”[10] .
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna
al-Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang
yang bersifat pemurah. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat
kikir. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ي َوأ َ ْنت ُ ُم ا ْلفُقَ َرا ُء‬
ُّ ِ‫َّللاُ ا ْلغَن‬ ِ ‫َّللا فَمِ ْن ُك ْم َم ْن يَ ْب َخ ُل َو َم ْن يَ ْب َخ ْل فَ ِإنَّ َما يَ ْب َخ ُل ع َْن نَ ْف‬
َّ ‫س ِه َو‬ َ ‫َها أ َ ْنت ُ ْم َهؤ ََُلءِ ت ُ ْدع َْونَ ِلت ُ ْن ِفقُوا فِي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
‫غي َْر ُك ْم ث ُ َّم ََل يَكُونُوا أ َ ْمثَالَ ُك ْم‬َ ‫ست َ ْب ِد ْل قَ ْو اما‬
ْ َ‫َوإِ ْن تَت َ َولَّ ْوا ي‬
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada
jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya
dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya
sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu
berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka
tidak akan seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38]
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah
Azza wa Jalla . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa
Jalla memberi nikmat tanpa batas kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-
Qur’ân adalah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui
perantara malaikat yang mulia kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya
malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza
wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman :
َ‫عد ٌُّو ِل ْلكَاف ِِرين‬ َّ َّ‫س ِل ِه َو ِجب ِْري َل َومِ يكَا َل فَ ِإن‬
َ َ‫َّللا‬ ُ ‫ّلِل َو َم ًَلئِ َكتِ ِه َو ُر‬ َ َ‫َم ْن كَان‬
ِ َّ ِ ‫عد ًُّوا‬
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. [al-
Baqarah/2:98]

11
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci
salah seorang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai
dengan kandungan ayat di atas.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat
pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah
Azza wa Jalla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla malu
mengembalikan tangan hamba yang diangkat saat berdoa dalam keadaan kosong.
Karena nama Allah al-Karîm bergandengan dengan nama Allah Azza wa Jalla al-
Hayiyyu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
‫الر ُج ُل إِلَ ْي ِه يَ َد ْي ِه أ َ ْن يَ ُر َّد ُه َما ِص ْف ارا َخائِبَتَي ِْن‬
َّ ‫ستَحْ يِي إِذَا َرفَ َع‬
ْ َ‫ي ك َِريم ي‬ َّ َّ‫إِن‬.
ٌّ ِ‫َّللاَ َحي‬
“Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila seseorang
mengangkat kedua tangannya kepada-Nya mengembalikannya dalam keadaan
kosong lagi merugi”. [HR. Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-
Albâni]

12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Menghafal kata-kata Asma’ul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam dan
berpahala membacanya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih
dari itu, memahami dan makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di
dalamnya akan membawa kearah pengalaman dan penghayatan, atau dengan kata
lain mendarah daging.

1.2 Saran
Beribadahlah kepada Allah berdasarkan Asma`ul Husna ini. Karena DiaMaha
Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah
dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya.

Sebagai umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan


mempercayainya”,atau mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga
mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami maknanya dan
mengamalkan kandungannya. Itusemua insya Allah dapat memperoleh curahan
rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya

13
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/2718-penjabaran-makna-nama-allah-azza-wa-jalla-al-
karim.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/02/asmaul-husna-al-karim-dan-
penjelasannya.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/09/al-karim-yang-maha-mulia-
dermawanatau.html
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/12/asmaul-husna-al-karim.html
http://rahmarosalianas.blogspot.co.id/2014/10/makna-asmaul-husna-al-kariim-al-
mumin.html

14

Anda mungkin juga menyukai