Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa”

Disusun Oleh :
1. Andika Ramadani (02)
2. Dinda Nikita Khaerunnisa (04)
3. Fadhillah Indi Safitri (08)
4. Luthfi Alamsyah (20)
5. Meilin Jannah (21)
6. Naila Rizqi Ramadhani (23)
7. Ririn Damarjati (27)
Kelas : XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 ULUJAMI


TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan.
Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada guru pembimbing dan teman-
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari di
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa.
Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah ini.
Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat
untuk diri kami sendiri,teman-teman, serta orang lain.

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian Toleransi......................................................................................................6
B. Pentingnya Toleransi.....................................................................................................6
C. Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan...................................................7
D. Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam......................................8
E. Menerapkan Perilaku Mulia..........................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12


A. Kesimpulan....................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR REFERENSI.......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk
mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah
kerukunan umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan
antarumat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Kerukunan
itu bukan barang gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak
di negeri ini.
            Bukan hanya harta benda yang hilang terbakar, tetapi banyak nyawa manusia tak
bersalah juga melayang. Kita sebagai masyarakat terpelajar harus berperan serta dalam
menjaga keutuhan bangsa dan negara, menjaga keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, dan berpartisipasi dalam menjaga kerukunan di mana saja kita berada dan
kapan saja waktunya.
            Akhir – akhir ini, nilai kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai
terkikis, mengalami degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika sudah mulai luntur dalam
pemahaman dan pengalaman masyarakat.
            Ini bisa dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah Indonesia
seperti kasus Poso, Ambon, Sampang yang mengatasnamakan agama. Konflik – konflik
yang mengatasnamakan agama ini bahkan disinyalir telah mengancam terjadinya
disintegrasi bangsa.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda
warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
            Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai
warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat
beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi
keutuhan Negara.
            Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan
antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar
umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah
Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
            Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat
diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya
penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan
memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan
keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar
umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Toleransi?
2. Mengapa Toleransi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan?
4. Apa manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
5. Bagaimana contoh perilaku yang menunjukkan toleransi?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna kata Toleransi.
2. Mengetahui seberapa penting Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Mengetahui alasan mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak
kekerasan.
4. Mengetahui apa saja manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Mengetahui contoh perilaku yang menunjukkan toleransi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi
   Toleransi berasal dari bahasa latin “Tolerare” yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia
yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati
setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam
konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok – kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama – agama
lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang
lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih
banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal
maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia
sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada
tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama
menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai.
Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

B. Pentingnya Toleransi

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10 : 40)

“Dan jika mereka (tetap) mendustakan kamu (Muhammad), maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan
dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".” (Q.S. Yunus/10 : 41)
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan hal – hal berikut:
1. Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. terbagi menjadi
2 golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang
disampaikannya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi
Muhammad SAW. dan tidak beriman kepada Al-Qur’an.
2. Allah SWT. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang – orang beriman yang selama
hidup di dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak
beriman kepada-Nya.
3. Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar
meskipun hidup di tengah – tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
4. Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara
menghargai perbedaan dan toleransi dengan tidak mengganggu aktivitas keagamaan
orang lain.

C. Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan


Manusia dianugerahi oleh Allah SWT. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia
dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan
permusuhan serta bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang
berhasil dijinakkan oleh akal yang akan menghantarkan manusia kepada kesempurnaan.
Begitupun sebaliknya.
Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana
cinta, bencipun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan
di antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal – hal duniawi seperti pada kasus
Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara – saudaranya. Terkadang
pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan
karena berbuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan – akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah –
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.” (Q.S. Al Maidah/5 : 32)
Allah SWT. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil
terhadap Habil, Allah SWT. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seseorang sama
dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seseorang
sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip
sosial di mana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu – individu
masyarakat merupakan anggota tubuh tersebut. Apabila salah satu anggota tubuh sakit,
maka anggota tubuh lainnya pun ikut merasakan sakit.
Dalam Q.S. Al Maidah/5 : 32 terdapat 3 pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain.
Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu,
terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat
manusia.
2. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan. Pembunuhan seorang manusia dengan
maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan
untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan
sumber kehidupan masyarakat.
3. Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa
manusia, seperti dokter, perawat, polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka.
Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan
menyelamatkan sebuah masyarakat darikehancuran.

Tugas kita bersama adalah menjaga ketentraman hidup dengan cara mencintai
tetangga, orang – orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang melakukan
perilaku – perilaku yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakitinya dan
melakukan tindakan kekerasan kepadanya.
Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan,
termasuk kekerasan pada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002
dan UU No. 23 Tahun 2004.

D. Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam


1) Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam
mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang
selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama
menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun
agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
2) Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan baik
dengan manusia lainnya. Pada umumnya manusia tidak dapat menerima perbedaan
antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya.
Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik
antarsesama manusia.
Merajut hubungan damai antarpenganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing – masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi
beragama, bahwa setiap penganut agama boleh melakukan ajaran dan ritual agamanya
dengan bebas tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita
jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan.
Dengan ini akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
3) Pembangunan berjalan dengan lancar
4) Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
5) Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

E. Menerapkan Perilaku Mulia


            Kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini harus kita pertahankan demi
ketentraman dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinekaan
ini adalah dengan toleransi atau saling menghargai.
            Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan
dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah
belah saling bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.
Berikut perilaku – perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran  Islam.
1. Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan
kehendak pada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang
berkeyakinan lain pun tidak boleh memaksakan keyakinannya pada kita. Dengan
memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insyaallah orang lain akan tertarik.
Rasulullah SAW. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk
kepada musuh – musuhnya. Banyak orang kafir yang tertarik pada akhlak Rasulullah
SAW. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.
2. Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3. Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah
orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa
empati. Ketika mau mengganggu orang lain, kita harus sadar bahwa mengganggu itu
akan menyakitkan. Bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita? Tentu kita juga akan
merasa risih jika diganggu oleh orang lain.
4. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫فِى ُك ِّل َكبِ ٍد َر‬


‫طبَ ٍة َأجْ ٌر‬
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR.
Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244).
Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.
5. Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim.
Allah Ta’ala berfirman,

‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَال تُ ِط ْعهُ َما‬ َ ‫وِإ ْن َجاهَدَاكَ عَلى َأ ْن تُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬
‫صا ِح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا‬
َ ‫ َو‬ 
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
      Dipaksa syirik, namun tetap kita disuruh berbuat baik pada orang tua.
Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Ibuku  pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.”
Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

‫الَ يَ ْنهَا ُك ُم هَّللا ُ ع َِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِى الدِّي ِن‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).
6. Boleh memberi hadiah pada non muslim.
Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi
mereka, atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.Dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
ُ ‫َرَأى ُع َم ُر ُحلَّةً َعلَى َرج ٍُل تُبَا‬
– ‫ع فَقَا َل لِلنَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم‬
ُ‫ال « ِإنَّ َما يَ ْلبَس‬
َ َ‫ فَق‬. ‫ا ْبتَ ْع هَ ِذ ِه ْال ُحلَّةَ ت َْلبَ ْسهَا يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َوِإ َذا َجا َءكَ ْال َو ْف ُد‬ 
– ِ ‫ فَُأتِ َى َرسُو ُل هَّللا‬. » ‫اآلخ َر ِة‬ ِ ‫ق لَهُ فِى‬ َ َ‫هَ َذا َم ْن الَ خَ ال‬ 
. ‫صلى هللا عليه وسلم – ِم ْنهَا بِ ُحلَ ٍل فََأرْ َس َل ِإلَى ُع َم َر ِم ْنهَا بِ ُحلَّ ٍة‬
َ َ‫ال ُع َم ُر َك ْيفَ َأ ْلبَ ُسهَا َوقَ ْد قُ ْلتَ فِيهَا َما قُ ْلتَ ق‬
‫ال‬ َ َ‫فَق‬ 
» ‫ تَبِي ُعهَا َأوْ تَ ْكسُوهَا‬، ‫« ِإنِّى لَ ْم َأ ْك ُس َكهَا لِت َْلبَ َسهَا‬
‫خ لَهُ ِم ْن َأ ْه ِل َم َّكةَ قَب َْل َأ ْن يُ ْسلِ َم‬
ٍ ‫ فََأرْ َس َل بِهَا ُع َم ُر ِإلَى َأ‬. 

“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada
hari Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak
akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan
sebagiannya pada ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan
memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti
ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika
engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian
‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya  di Makkah sebelum
saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).
Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi
pakaian pada saudaranya yang non muslim.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang artinya
adalah : "dengan sabar membiarkan sesuatu". Jadi secara harafiah pengertian dari
Toleransi beragama ialah dengan sabar membiarkan orang menjalankan agama-agama
lain. Harus bisa lebih kita maknai dan lebih bisa kita definisikan toleransi beragama.
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun
toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain.
Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita
mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan
dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain.
Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan
kita.
 Manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam:
1) Menghindari Terjadinya Perpecahan
2) Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
3) Pembangunan berjalan dengan lancar
4) Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
5) Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan
 Contoh perilaku yang menunjukkan adanya toleransi:
1) Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan
2) Saling menghargai adanya perbedaan pendapat
3) Belajar empati
4) Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang
sakit
5) Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim
6) Boleh memberi hadiah pada non muslim

B. Saran
Semoga tugas yang telah kami buat ini dapat bermanfa’at bagi yang
membacanya. Kami sebagai pembuat makalah, berharap semua pihak dapat
mendukung kebijakan ini. Kepada teman- teman dan semua pihak yang terlibat dalam
proses percetakan makalah ini kami ucapkan banyak terimakasih .

DAFTAR REFERENSI
1. Tarjamah Qur’an DEPAG RI
2. Buku PAIDBP Kelas XI
3. Buku-buku yang relevan
4. Internet

Anda mungkin juga menyukai