Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya dapat
mengerjakan dan  menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa saya juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada BapakIbu Guru selaku Guru mata pendidikan agama islam
yang telah memberikan tugas ini, serta kepada semua pihak yang terlibat membantu saya untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya

                                                                                                             Apala, 22 Januari 2020

                                                                                                                         Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi...........................................................................
B. Pentingnya Toleransi..........................................................................
C. Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan.......................
D. Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam……..
E. Menerapkan Perilaku Mulia………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran…………………………………………………………………

Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk
mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah
kerukunan umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan
antarumat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Kerukunan itu
bukan barang gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak di
negeri ini.

Bukan hanya harta benda yang hilang terbakar, tetapi banyak nyawa manusia tak
bersalah juga melayang. Kita sebagai masyarakat terpelajar harus berperan serta dalam
menjaga keutuhan bangsa dan negara, menjaga keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, dan berpartisipasi dalam menjaga kerukunan di mana saja kita berada dan
kapan saja waktunya.

Akhir – akhir ini, nilai kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai
terkikis, mengalami degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika sudah mulai luntur dalam
pemahaman dan pengalaman masyarakat.

Ini bisa dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah Indonesia seperti
kasus Poso, Ambon, Sampang yang mengatasnamakan agama. Konflik – konflik yang
mengatasnamakan agama ini bahkan disinyalir telah mengancam terjadinya disintegrasi
bangsa.

Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai


makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda
warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.

Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-
gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras
maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka
diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang
dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling
menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga
Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan
saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.

Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat
beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan
diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan.
Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan
kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya,
pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

B.      Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Toleransi?


2. Mengapa Toleransi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan?
4. Apa manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
5. Bagaimana contoh perilaku yang menunjukkan toleransi?

C.      Tujuan

1. Mengetahui makna kata Toleransi.


2. Mengetahui seberapa penting Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
3. Mengetahui alasan mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak
kekerasan.
4. Mengetahui apa saja manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
5. Mengetahui contoh perilaku yang menunjukkan toleransi.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin “Tolerare” yang berarti dengan sabar membiarkan
sesuatu. Jadi pengertian toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang
orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok
– kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama – agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan
menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan
lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi
baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu
sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.

Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai
manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian
antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

B.     Pentingnya Toleransi

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10 : 40)

“Dan jika mereka (tetap) mendustakan kamu (Muhammad), maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan
akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".” (Q.S. Yunus/10 : 41)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan hal – hal berikut:

1. Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. terbagi menjadi
2 golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci
yang disampaikannya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan
Nabi Muhammad SAW. dan tidak beriman kepada Al-Qur’an.
2. Allah SWT. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang – orang beriman yang
selama hidup di dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang
tidak beriman kepada-Nya.
3. Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar
meskipun hidup di tengah – tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
4. Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara
menghargai perbedaan dan toleransi dengan tidak mengganggu aktivitas keagamaan
orang lain.

C.    Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan

Manusia dianugerahi oleh Allah SWT. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia
dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan
permusuhan serta bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang
berhasil dijinakkan oleh akal yang akan menghantarkan manusia kepada kesempurnaan.
Begitupun sebaliknya.

Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana
cinta, bencipun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di
antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal – hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan
Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara – saudaranya. Terkadang pula permusuhan
dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena
berbuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan – akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-
rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
(Q.S. Al Maidah/5 : 32)

Allah SWT. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil
terhadap Habil, Allah SWT. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seseorang sama dengan
membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seseorang sama dengan
menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial di mana
masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu – individu masyarakat merupakan
anggota tubuh tersebut. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya pun
ikut merasakan sakit.

Dalam Q.S. Al Maidah/5 : 32 terdapat 3 pelajaran yang dapat dipetik:

1. Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah
kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya
sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
2. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan. Pembunuhan seorang manusia dengan
maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan
untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan
sumber kehidupan masyarakat.
3. Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa
manusia, seperti dokter, perawat, polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka.
Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan
menyelamatkan sebuah masyarakat darikehancuran.

Tugas kita bersama adalah menjaga ketentraman hidup dengan cara mencintai tetangga,
orang – orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang melakukan perilaku – perilaku
yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakitinya dan melakukan tindakan kekerasan
kepadanya.

Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan,


termasuk kekerasan pada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002 dan UU
No. 23 Tahun 2004.

D.    Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam

 Menghindari Terjadinya Perpecahan

Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan
agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan
dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak
adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat
manusia ini.

 Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh
tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.
Pada umumnya manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan
dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah
satu faktor penyebab utama adanya konflik antarsesama manusia.

Merajut hubungan damai antarpenganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing
– masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa
setiap penganut agama boleh melakukan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas tanpa
tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk
memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini akan terwujud
perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

 Pembangunan berjalan dengan lancar


 Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
 Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

E.     Menerapkan Perilaku Mulia

Kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini harus kita pertahankan demi ketentraman
dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinekaan ini adalah dengan
toleransi atau saling menghargai.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan
agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling
bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.
Berikut perilaku – perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran  Islam.

1. Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan


kehendak pada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang
berkeyakinan lain pun tidak boleh memaksakan keyakinannya pada kita. Dengan
memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insyaallah orang lain akan tertarik. Rasulullah
SAW. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk kepada musuh –
musuhnya. Banyak orang kafir yang tertarik pada akhlak Rasulullah SAW. lalu masuk
Islam karena kemuliaannya.
2. Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3. Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang
yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati.
Ketika mau mengganggu orang lain, kita harus sadar bahwa mengganggu itu akan
menyakitkan. Bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita? Tentu kita juga akan merasa
risih jika diganggu oleh orang lain.
4. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ْ ‫د َر‬Qٍ ِ‫فِى ُكلِّ َكب‬
‫طبَ ٍة َأجْ ٌر‬

“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.”
(HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244).

Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.

5. Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim.

Allah Ta’ala berfirman

‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَال تُ ِط ْعهُ َما‬


َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ك عَلى َأ ْن تُ ْش ِر‬
َ ‫ك بِي َما لَي‬ َ ‫وِإ ْن َجاهَدَا‬

 ‫اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا‬


ِ ‫ص‬َ ‫َو‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Dipaksa syirik, namun tetap kita disuruh berbuat baik pada orang tua.

Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Ibuku       pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu
‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

‫الَ يَ ْنهَا ُك ُم هَّللا ُ َع ِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِى الدِّي ِن‬

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).
6. Boleh memberi hadiah pada non muslim.

Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi
mereka, atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

ُ ‫– َرَأى ُع َم ُر ُحلَّةً َعلَى َرج ٍُل تُبَا‬


‫ع فَقَا َل لِلنَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم‬

  ُ‫ فَقَا َل « ِإنَّ َما يَ ْلبَس‬. ‫ك ْال َو ْف ُد‬


َ ‫ا ْبتَ ْع هَ ِذ ِه ْال ُحلَّةَ ت َْلبَ ْسهَا يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َوِإ َذا َجا َء‬

 ِ ‫ فَُأتِ َى َرسُو ُل هَّللا‬. » ‫ق لَهُ فِى اآل ِخ َر ِة‬


َ َ‫– هَ َذا َم ْن الَ خَ ال‬

‫ صلى هللا عليه وسلم – ِم ْنهَا بِ ُحلَ ٍل فََأرْ َس َل ِإلَى ُع َم َر ِم ْنهَا بِحُلَّ ٍة‬.

 ‫فَقَا َل ُع َم ُر َك ْيفَ َأ ْلبَ ُسهَا َوقَ ْد قُ ْلتَ فِيهَا َما قُ ْلتَ قَا َل‬

« ‫ تَبِي ُعهَا َأوْ تَ ْكسُوهَا‬، ‫» ِإنِّى لَ ْم َأ ْك ُس َكهَا لِت َْلبَ َسهَا‬

 . ‫خ لَهُ ِم ْن َأ ْه ِل َم َّكةَ قَب َْل َأ ْن يُ ْسلِ َم‬


ٍ ‫فََأرْ َس َل بِهَا ُع َم ُر ِإلَى َأ‬
“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari
Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan
bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada ‘Umar.
‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi
mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini
agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap
mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya  di
Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).
Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian
pada saudaranya yang non muslim.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang artinya
adalah: "dengan sabar membiarkan sesuatu". Jadi secara harafiah pengertian dari Toleransi
beragama ialah dengan sabar membiarkan orang menjalankan agama-agama lain. Harus bisa
lebih kita maknai dan lebih bisa kita definisikan toleransi beragama. Toleransi dalam beragama
bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang
dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-
lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain.
Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu
menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita,
contohnya ibadah dan pekerjaan kita.

Manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam:

 Menghindari Terjadinya Perpecahan


 Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
 Pembangunan berjalan dengan lancar
 Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
 Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

Contoh perilaku yang menunjukkan adanya toleransi:

 Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan


 Saling menghargai adanya perbedaan pendapat
 Belajar empati
 Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit
 Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim
 Boleh memberi hadiah pada non muslim

B. Saran

Terapkan sikap toleransi pada setiap diri kita agar terciptanya kerukunan dan kedamaian
dalam lingkungan kehidupan.

Bertoleransi bukan berarti kita tidak peduli terhadap orang lain, melainkan menanamkan
sikap yang positif untuk menghargai orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://ekanurulhidayatii.blogspot.co.id/2015/01/toleransi-sebagai-alat-pemersatu-bangsa.html

http://tubagusprasetya.postach.io/post/mewujudkan-sikap-toleransi

https://stpakambon.wordpress.com/membangun-kerukunan-dan-toleransi-antar-umat-beragama-
di-maluku/
MAKALAH AGAMA ISLAM
TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU
BANGSA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 6:

- AFIFAH
- ASTRID LUTHFIAH
- MUTMAINNA JAFAR
- MARWATI
- HASLINA

SMA NEG. 7 LUWU TIMUR


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SEMESTER GENAP
TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai