Anda di halaman 1dari 10

TOLERANSI

Kelas XI IPA 6

SMA NEGRI 1 CILIMUS


JL. Panawuan nomor 221 Cilimus Kab. Kuningan – Jawab Barat

Dibuat oleh : Kelompok 5

Hildan Zions Banu(12)

Adzka Auliya Putra(02)

Sahla Ambarwati(28)

Lamia Indri (14)

Salsa Nurul Falaah (29)

Yudha Bagus Aflihawa (32)

Alfan Faizal Gunawan (04)


Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Kata
Pengantar .................................................................................................................
........
Daftar
isi ........................................................................................................................
Bab I : Pendahuluan ..............................................................................
A. Latar belakang................................................................................
B. Rumusan masalah...............................................................................
C. Tujuan..................................................................................
Bab II :
Pembahasan..................................................................................................
A. Pengertian toleransi dalam islam................................................
B. Bentuk toleransi dalam islam........................................................
C. Pentingnya toleransi..................................................................
Bab III : Penutupan............................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran .................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. latar belakang

Sejak dulu kita tahu sudah banyak perbedaan baik ras,agama,suku,sudut pandang
dan lain lain.

Setiap manusia telah diciptkan oleh allah swt dengan perbedaan sikap menghargai
sebuah perbedaan disebut toleransi.

Toleransi tidak diartikan sebagai sikap masa bodoh terhadap agamanya, atau
bahkan tidak perlu mendakwahkan ajaran kebenaran yang diyakininya itu. Oleh
karena itu, setiap orang yang beriman senantiasa terpanggil untuk menyampaikan
kebenaran yang diketahui dan diyakininya, tetapi harus berpegang teguh pada
etika dan tata krama sosial, serta tetap menghargai hakhak individu untuk
menentukan pilihan hidupnya masing-masing secara sukarela. Sebab, pada
hakikatnya hanya di tangan Tuhanlah pengadilan atau penilaian sejati akan
dilaksanakan. Pengakuan akan adanya kebenaran yang dianut memang harus
dipertahankan. Tetapi, pengakuan itu harus memberi tempat pula pada agama lain
sebagai sebuah kebenaran yang diakui secara mutlak oleh para pemeluknya.

B. Rumusan masalah

 Apa itu toleransi ?


 Apakah ada sejarah yang menjelaskan tentang toleransi dalam islam?
 Bagaiman cara kita menghilangkan sudut pandang negatif terhadap ras
lain?
 Dan apa pentingnya toleransi?
 Apa saja bentuk toleransi dalam islam?

C. Tujuan

Tujuan di buat makalah ini untuk lebih mengenal tentang toleransi dalam agama
islam.
Bab II
Pembahasaan

A. Pengertian toleransi dalam islam

Secara umum toleransi dapat di artikan sikap manusia agar saling menghargai
sebuah perbedaan.

Adapun secara etimologi, toleransi yang berasal dari bahasa latin Tolerare yang
berati sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminologi, toleransi merupakan
sikap saling menghormati, menghargai, menyampaikan pendapat, kepercayaan,
pandangan terhadap manusia yang pada dasarnya bertentangan dengan diri
sendiri.

Dalam agama islam sendiri toleransi disebut dengan tasamuh, tasamuh atau
tasahul memiliki arti kemudahan.

“Dengan demikian dapat diartikan bahwa agama islam memberikan


kemudahan bagi siapapun untuk menjalankan apa yang telah diyakininya
sesuai dengan ajaran masing-masing tanpa adanya tekanan atau tidak
mengusik kepercayaan yang telah dijalani oleh orang lain.”

Kemudian, adapun dalam konteks masyarakat dan agama, toleransi bisa


didefinisikan sebagai suatu sikap atau perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi pada masyarakat-masyarakat tertentu yang memiliki perbedaan atau
tidak bisa diterima oleh orang-orang pada umumnya.

Meskipun di dalam Al-Quran tidak secara tegas menjelaskan tentang defenisi


tasamuh ini akan tetapi di dalam kitab suci Al-Quran terdapat beberapa tema yang
terkait dengan toleransi ini. Beberapa di antaranya seperti rahmah atau kasih
sayang pada QS al-Balad ayat 17 atau salam dan keselamatan pada QS al-Furqan
ayat 63.

B. Bentuk toleransi dalam islam

Agama Islam sangatlah menjunjung tinggi akan nilai-nilai toleransi. Dalam Al


Quran sendiri telah dijelaskan tentang bagaimana mengatur hubungan antar umat
beragama yang lainnya. Oleh sebab itu, setiap umat muslim wajib memiliki sikap
toleran kepada umat agama lainnya. Adapun bentuk-bentuk toleransi yang
diajarkan dalam agama Islam ialah sebagai berikut :
1. Berbuat adil pada siapapun

Ibnu Katsir Rahimullah pernah berkata mengenai hukum meremehkan atau


merendahkan umat non muslim, Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik
kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti halnya melakukan
perbuatan baik kepada wanita serta orang-orang yang lemah di antara mereka.
Oleh karena itu hendaklah berbuat baik dan berlaku adil karena sesungguhnya
Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat adil.

Dalam Al-Quran surah Al Mumtahanah ayat 8-9 juga telah dijelaskan bahwa
sesungguhnya Allah SWT hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang telah memerangi kamu karena agama serta mengusir kamu dari
negerimu dan membantu orang lain untuk mengusirmu.

Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai teman maka sesungguhnya
mereka telah termasuk orang-orang yang dzalim.  Dari ayat ini maka dapat
disimpulkan bahwa selamat umat agama lain tidak memerangi, memecah belah
hingga menjauhkan umat Islam dari aturan agama yang dianut maka sebagai umat
Islam, kita wajib untuk tetap berbuat baik dan berlaku adil.

2. Menghormati prinsip agama masing-masing

Dalam surah Al Kafirun yang memiliki arti “Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku”, kita dapat mengambil kesimpulan jika Islam selalu mengajarkan kita
untuk bertoleransi pada setiap agama apapun.

Kita harus memahami bahwa Tuhan yang kita sembah sebagai umat Islam tentu
berbeda dengan Tuhan dari agama lain. Begitu halnya dengan tempat ibadah yang
kita gunakan. Oleh karena itu, kita tidak boleh memaksakan pemeluk agama lain
untuk menganut ajaran Islam yang kita yakini. Begitu pun kita tidak seharusnya
menghina atau menganggu umat agama lain yang memiliki perbedaan keyakinan
dengan yang kita jalani.

Selain itu, sikap saling menghormati antar umat beragama penting untuk
dilakukan agar tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Pada
dasarnya, hidup rukun dan saling bertoleransi antar setiap umat beragama tidak
menunjukkan adanya ikut campur antara ajaran agama yang satu dan yang
lainnya. Namun, dengan adanya sikap toleransi di tengah perbedaan tersebut akan
semakin mengokokohkan rasa kebersamaan dan perdamaian antar masyarakat.

Tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki suatu kelompok justru bisa menyatukan


keanekaragaman antar pemeluk agama lain.  Dengan demikian nilai-nilai agama
serta sikap toleransi yang diajarkan sejak dini kepada anak bisa menjadi
pengendali dalam kehidupannya di masa depan. Terutama saat menemukan
perbedaan-perbedaan di sekitarnya.
Prinsip Islam yang berwatak moderat, humanistik, inklusif, santun, toleran
terhadap berbagai ragam padnangan, terbuka akan adanya perbedaan, menebarkan
kedamaian, rahman, dan kasih sayang ini dapat Grameds lebih pahami melalaui
buku Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan.

3. Toleransi dalam harga diri

Pada dasarnya, setiap orang memiliki harga diri yang wajib dijaganya. Sayangnya,
di tengah kehidupan bermasyarakat hari ini, masih banyak orang yang gemar
menjatuhkan atau melecehkan kehormatan seseorang.

Tentu perilaku seperti ini hanya akan membuat malu orang yang bersangkutan
tersebut. Terkadang, seseorang yang dilecehkan harga dirinya akan langsung
meresponnya dengan bentuk emosional terhadap pelaku yang merendahkan harga
dirinya.

Tentu kita sering melihat peristiwa orang-orang marah atau murka di sekitar kita
karena disebabkan oleh masalah harga diri ini. Dan pada akhirnya akan berujung
pada pertikaian dan pemutusan tali silaturahmi.

Di zaman Rasulullah SAW terdapat seorang sahabat yang pernah mengalami


kasus seperti di atas. Sahabat tersebut direndahkan kehormatannya oleh orang
yang sering ia bantu. Dalam sebuah hadis diceritakan seperti ini, Aisyah
radhiyallahuanha berkata”

“Maka kemudian turunlah ayat yang membebaskan diriku dari fitnah tersebut”.
Abu Bakar As-Siddiq yang selalu membiayai kehidupan Misthah bin Usasah
karena beliau memiliki hubungan kekeluargaan dan juga memiliki masalah
kemiskinan berkata:

“Demi Allah, setelah ini aku tak akan memberikan nafkah lagi kepada Misthah
untuk selama-lamanya setelah apa yang telah ia katakan terhadap Aisyah”

Setelah itu, Allah pun menurunkan ayat:

“Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan serta kelapangan di antara


kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah lagi memberikan bantuan
kepada kerabatnya, orang-orang yang miskin serta orang-orang yang sedang
berhijrah di jalan Allah SWT. Dan hendaklah mereka  memaafkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tak ingin Allah SWT mengampunimu? Dan sesungguhnya
Allah SWT adalah zat yang Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. An
Nur ayat 22).

Abu Bakar kemudian berkata:


“Ya, Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mencintai jika Allah SWT
mengampuniku. Maka Abu Bakar pun kembali memberi nafkah kepada Misthah
sebagaimana sebelumnya lalu ia berkata: Aku tidak akan berhenti memberi nafkah
terhadapnya untuk selama-lamanya…..” (Diriwayatkan dalam Hadist Al Bukhari).

4. Toleransi dalam ilmu

Tidak bisa dipungkiri jika ilmu memiliki kedudukan yang tinggi di dalam agama
Islam. Orang-orang yang berilmu juga telah dijamin kedudukannya oleh Allah
SWT. Begitu halnya dalam hal mengabdikan ilmu atau membagikan ilmu kepada
sesama manusia.

Mengabdikan ilmu untuk umat adalah hal yang utama dan melebihi harta. Oleh
sebab itu, orang-orang yang memiliki ilmu sudah seharusnya membuka lebar-
lebar kepada siapapun untuk membagikan pengetahuannya.

Entah dengan cara saling berdiskusi ataupun dengan cara mengajar orang-orang
yang membutuhkan ilmu tersebut. Seorang ahli ilmu memang sudah sepatutnya
untuk memberikan perhatiannya kepada pihak yang akan bertanya tentang
berbagai hal yang dibutuhkannya.

Sebagai contoh, jika seseorang memberikan pertanyaan kepada sang ahli ilmu,
hendaklah memberikan uraian atau penjelasan secara gamblang dan jelas. Jika
perlu, ia harus menyampaikan berbagai sumber informasi tersebut seperti dalil-
dalilnya, asbabul wurudnya, asbabun nuzulnya hingga hal-hal lain yang harus
disampaikan kepada penanya.

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abu Hurairah menyebutkan bahwa
“Terdapat seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallalahu alaihi
wassalam dan kemudian berkata “wahai Rasulullah, kami naik kapal dan hanya
membawa sedikit air, jika kami wudhu menggunakannya maka tentu kami akan
kehausan. Apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?”.

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pun menjawab, “Air laut


tersebut airnya suci dan bangkainya halal”. Dari hadis ini dapat disimpulkan
bahwa Rasulullah Muhammad SAW sangat memberikan kelapangan saat
menjawab sebuah pertanyaan dari umat-Nya.

Padahal jika dicermati lebih lanjut mengenai pertanyaannya hanyalah mengenai


boleh atau tidaknya mereka menggunakan air laut untuk wudhu. Namun,
Rasulullah Muhammad SAW justru memberikan penjelasan yang lebih luas dan
gamblang.
Beliau tidak hanya sekadar menjawab boleh atau tidak menggunakan air laut
tetapi juga menegaskan bahwasannya air laut tersebut suci dan menyucikan.
Bahkan Rasulullah Muhammad SAW juga turut menambahkan bahwa bangkai di
dalam air laut pun tetap suci untuk dimakan.

C. Pentingnya toleransi

Mengutip buku Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal oleh Muhammad


Japar, dkk., bentuk konkret pelaksanaan toleransi di masyarakat dapat diuraikan
sebagai berikut:

 Menghargai dan menghormati hak orang lain


 Tidak mendiskriminasi atau membeda-bedakan orang berdasarkan suku agama,
ras, gender dan sebagainya
 Tidak menyakiti atau mengganggu kebebasan orang lain baik dalam memilih
agama, keyakinan politik dan memilih kelompok
 Berlapang dada dalam menerima semua perbedaan, karena perbedaan adalah
anugerah Tuhan
 Tidak membeda-bedakan teman keyakinan

Bab III

Penutupan

A. Kesimpulan

Dalam agama islam di ajarkan tentang toleransi dimana ada berbagai macam
hadist yang menjelaskan bahkan di alquran, banyak jenis toleransi dalam agama
islam.

B. Saran
Oleh karna itu kita tidak boleh asal mengkafirkan orang, membuly perbedaan
seseorang karna allah mengjarkan kita untuk tleran saling menghormati dan
menghargai.

Daftar Pustaka
Adeng Muchtar Ghazali, Pemikiran Islam Kontemporer Suatu Refleksi
Keagamaan YangDialogis, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 55-58

H. Mustahdi, M.ag. buku Pendidikan agama islam kelas XI edisi 2017

https://www.gramedia.com/best-seller/toleransi-dalam-islam/

Islam yang santun dan ramah. Toleran dan menyejukan DR. Zaprulkhan M.S.I

Gramedia.com/literasi

Anda mungkin juga menyukai