DI SUSUN OLEH :
NAMA : NUR IMANSYAH MISBA
COURSE : D III TLB VIII ALPHA
NIT : C1021908326
POLTEKBANG MAKASSAR
2020-2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
KESIMPULAN
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia
dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan
serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan saya dan
semaksimal mungkin. Namun, saya menyadiri bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Ditanyakan: Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : 'Orang-
orang 6 yang membenci dunia dan cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi
setelah itu? Jawabnya “ Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap
dibolehkan hidup. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan
sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan
dengan suka rela memeluk agama Islam.
Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga
tidak dimusuhi. Di 8 sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan
enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya
setempat sehingga tak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para
walisongo di Jawa, misalnya, merupakan contoh sahih betapa penyebaran
Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat mencengangkan bagi
keagungan ajaran Islam. Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh
Nusantara hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik
sedikitpun.
Dalam konteks toleransi antar beragama, islam memiliki konsep yang sangat
jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”. “bagimu Agamamu, bagiku
agamaku” merupakan contoh popular dari toleransi dalam islam.
Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar dalam surat dan juga
sejumlah hadits serta praktik toleransi dalam sejarah islam. Fakta-fakta
historis itu menunjukan bahwa masalah toleransi dalm islam bukanlah
konsep asing.
Menurut agama islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi
juga alam semesta, binatang, serta lingkungan hidup. Dengan cakupan
toleransi yang luas maka toleransi antar umat beragama dalam islam
merupakan perhatian yang penting dan serius. Karena tolerasi beragama
menyangkut keyakinan manusia yang sangat sensitive dan mudah
menimbulkan konflik. Oleh karena itu, makalah berikut ini akan mengulas
pandangan islam terhadap toleransi dalam beragama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian toleransi ?
2. Bagaimana toleransi dalam islam ?
3. Bagaimana yang terjadi toleransi sesame muslim ?
4. Bagaimana toleransi antar umat beragama ?
5. Apakah manfaat dari bersikap toleransi ?
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Toleransi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa ari kata Toleransi
berarti sifat toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai bersifat atau
bersikap tenggang rasa (menghargai, membolehkan) pendirian (pendapat,
atau keyakinan) yang berbeda atau bertentangan dengan diri sendiri.
Dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata
toleransi adalah samanah atau tasamuh, maka kata ini berkembang dan
mempunyai arti sikap lapang dada atau terbuka dalam menghadapi
perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia. Dengan demikian,
makna kata tasamuh memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap pada
kemulian diri dan keikhlasan.
Oleh karena itu, toleransi dalam konteks social budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas
dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana
penganut mayoritas dalm suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama
lainnya.
Hal ini sejalar dengan firman Allah SWT yang artinya “hai manusia
sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantra kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Alllah maha mengetahui dan maha pengenal.”
Islam adalah agama yang sempurna dan memiliki sejumlah syarat yang
sangat menjujung tinggi sikap toleransi. Firman Allah SWT :
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena
itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah : 256)
Toleransi dalam beragama islam bukan berarti boleh atau bebas menganut
agamu tertentu atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua
agama tanpa adanya aturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama
harus dipahami sebagai bentuk system dan tata cara peribadatannya dan
memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-
masing.
Yang artinya : agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus yang
penuh toleransi, yaitu agama islam.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertentangga
baik dengan tetangga yang seiman dengan kita maupun tidak. Sikap
toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati saling
memuliakan dan saling tolong-menolong.
Tolerasi hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam dalam
nilai-nilai yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara majemuk yang
terdiri dari berbagai macam etnis dan agama, tanpa adanya sikap saling
menghormati antara hak dan kewajiban maka akan dapat muncul berbagai
macam gesekan-gesekan antar umat beragama.
Dalam memahami toleransi, umat islam tidak boleh salah kaprah. Toleransi
terhadap non-muslim hanya boleh dalam aspek muamalah , tetapi tidak
dalam hal aqidah dan ibadah. Islam mengakui adanya perbedaan tetapi tidak
boleh dipaksakan agar sama sesuatu yang jelas berbeda.
Dalam sejarah islam, nabi Muhammad SAW merupakan teladan yang baik
dalam implementasi toleransi beragama dengan merangkul semua etnis dan
apapun warna kulit dan kebangsaannya. Kenersamaan merupakan salah satu
prinsip yang diutamakan, terkait dengan karakter modernisasi dalam islam.
Dimana Allah SWT berkeinginan mewujudkan masyarakat islam yang
moderat sebagaimana firman Allah :
Artinya : dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat islam)
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia
dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu.
F. Manfaat Toleransi Beragama
a. Menghindari perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan
dalam mengamalkan agama, sikap bertoleran harus menjadi suatu
kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi social.
G. Konsep Toleransi
Konsep Toleransi Dalam Islam Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya
diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat”
dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering
dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil‟ālamîn” (agama
yang mengayomi seluruh alam).
Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang
sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam
agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin
disamakan. Dalam al-Qur‟an Allah berfirman yang artinya, „dan Jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” 3
H. Fakta Toleransi
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.
Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama
yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. Di
antara butirbutir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap
saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti
serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
I. Perjanjian Toleransi
Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum
Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat manusia,
karena semua benih umat 5 manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam.
1. Inti Islam,
Penutup Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan
bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik,
maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan
komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Namun, toleransi
beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan.
Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok
agama yang berbeda itu.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Toleransi adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, dan
menghargai orang lain yang berbeda dengan kita.
2. Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian
yang terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah
interaksi social sebgaimana yang ditunjukkan Rasulullah SAW.
3. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama
lain dengan tidak bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan
keyakinan islam itu sendiri.
B. Saran
Beberapa saran berikut yang harus lebih diperhatikan dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Sikap toleransi dalam semua aspek kehidupan terutama dalam beragama
harus sangat dijunjung tinggi Karena tanpa sikap toleransi akan
menimbulkan konflik.
2. Dalam tolenrasi beragama, aqidah merupakan hal yang tidak dapat
ditolerin lagi dan toleransi dalam beragama memiliki batas-batas
tertentu, tidak semua hal bisa saling melebur dengan keyakinan.