Anda di halaman 1dari 19

Makalah Agama Toleransi Dalam Islam

Disusun oleh Kelompok 1 XI IPA 6 :

1. Adelia Karani Wijaya 9. Muhammad Ali

2. Adristi Regita Phalosa 10. Muhammad Farel

3. Aldesya Bubensamala Dewi 11. Muhammad Fikri

4. Alri Firmansyah Putra 12. Muthia Aghnia Kurdi

5. Askha Syaila Putri 13. Nabil Nazara

6. Cep Daud 14. Nakeisya Syifa

7. Firmadya Zulfikar 15. Sabrina L Badri

8. Lubna Julia 16. Sahlaa Naila

17. Shahriil Dzakwaan


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang
telah memberi rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang  pilihan dan sang pemilik ukhwah.
Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pendidikan agama
islam
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan
terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya.
Cileungsi, 3 Februari 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Toleransi.................................................................................................3
2.2 Toleransi Dalam Islam.............................................................................................3
2.3. Macam-macam Toleransi/Tasamuh.......................................................................15
2.4 Manfaat dari Toleransi...........................................................................................17
2.5 Akibat Toleransi Diabaikan....................................................................................18
BAB III............................................................................................................................19
3.1   Kesimpulan..........................................................................................................19
3.2  Saran.....................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toleransi dalam Islam adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada
situasi saat ini ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam
adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak
memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, sebaliknya
Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari perdamaian,
kasih sayang dan persatuan.

Padahal dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki


konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian,
dan bagi kami agama kami”  adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga
sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu
menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.
Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya
kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka.
Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan
pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam
masyarakat Islam.

.
1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, kami dapat merumuskan masalah dalam
makalah ini, yaitu sebagai berikut ;
1. Apa pengertian toleransi?

2. Bagaimana toleransi dalam pandangan Islam ?

3. Macam-macam toleransi?     

4. Apa saja manfaat toleransi ?

5. Bagaimana akibat jika toleransi diabaikan ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui makna toleransi

2. Untuk memahami makna toleransi dalam Islam

3. Agar mengetahui manfaat dari toleransi dan akibat bila tidak ada toleransi

4. Sebagai tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “tolerare” yang berarti bertahan atau
memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”,
yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan
sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.  Toleransi
juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

Toleran diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai;
atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “tasamuh”, sikap saling menghormati dan
saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara
etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep
agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama,
termasuk agama Islam.

2.2 Toleransi Dalam Islam

Bagaimana toleransi dalam islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan


Al-Hadist. Islam diturunkan oleh Allah ke dunia bukan hanya bertujuan untuk
mempertahankan eksistensi sebagai agama, tetapi juga mengakui eksistensi
agama-agama lain dan juga memberinya hak untuk hidup berdampingan sambil
menghormati pemeluk-pemeluk agama lain.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa
dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan
universal di antara umat manusia. Abu Ju’la  dengan amat menarik
mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling
dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. 


Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang
pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara
Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap
saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta
saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama
fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia
merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang


jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan bagi
kami agama kami”  (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam
Islam.

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam


mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil.  Selama tidak
berbuat aniaya kepada umat Islam.  Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam
mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang
diantara umat Islam dengan umat beragama lain.  Kerjasama dalam bidang
kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan
penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah
beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain.

Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan
mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk
mengikuti ibadat-ibadat agama lain.  Toleransi harus dibedakan dari
komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal
bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa
dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan
universal di antara umat manusia. Abu Ju’la  dengan amat menarik
mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling
dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.

Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh
Umar bin Khattab.  Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk
Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep


yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan
bagi kami agama kami”  (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi
dalam Islam.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam
mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil.  Selama tidak
berbuat aniaya kepada umat Islam.  Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam
mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang
diantara umat Islam dengan umat beragama lain.  Kerjasama dalam bidang
kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan
penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah
beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain.

Namun perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan
mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk
mengikuti ibadat-ibadat agama lain.  Toleransi harus dibedakan dari
komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal
bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan.

Adapun dalam tataran praktisnya toleransi dalam islam seperti yang telah
di contohkan oleh para Nabi, banyak sekali jenisnya, antara lain:

1. Toleransi Dengan Ilmu

Toleransi dengan ilmu di sini yaitu dengan cara menyebarkan ilmu dan ini
termasuk pintu toleransi yang paling utama dan lebih baik daripada toleransi
dengan harta, sebab ilmu lebih mulia daripada harta.
Maka seyogyanya seorang alim menyebarkan ilmu kepada setiap orang
yang bertanya tentangnya bahkan mengeluarkannya secara keseluruhan, bila ia
ditanya tentang suatu masalah. Maka dia memperinci jawabannya dengan
perincian yang memuaskan dan menyebutkan sisi-sisi dalilnya, dia tidak cukup
menjawab pertanyaan si penanya, namun dia menyebutkan contoh kasus serupa
dengan kaitan-kaitannya serta faedah-faedah yang dapat memuaskan dan
mencukupinya.

Para sahabat yang mulia Radliyallahu ‘anhum pernah bertanya kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang berwudlu dengan air laut, maka
beliau menjawab.

“Artinya : Laut itu suci airnya lagi halal bangkainya” [Hadits Riwayat Ashabus
Sunan dan Malik, lihat takhrijnya secara rinci dalam Ash-Shahihah 480]
Beliau menjawab pertanyaan mereka dan memberikan kepada mereka
ketarangan tambahan yang mungkin sewaktu-waktu lebih mereka butuhkab
daripada apa yang mereka pertanyakan.

Pintu-pintu toleransi banyak sekali dan contoh-contohnya berbilang serta


jalan-jalannya beragam hingga sulit menghitung detailnya dalam waktu singkat.
Cukup bagimu sebagai dalil, bahwa toleransi mencakup Islam baik dari segi
aqidah, ibadah, budi pekerti maupun pendidikan, bukanlah Islam itu agama yang
lurus dan penuh toleransi.

2. Toleransi Dengan Kehormatan

Toleransi ini menunjukkan keselamatan hati, ketenangan jiwa dan


kebersihan hati dari rasa permusuhan.
Dahulu, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu anhu memberi uang belanja kepada
Misthoh bin Utsatsah karena hubungan famili dan kefakirannya.

Tatkala Misthoh binasa bersama orang yang binasa dari kalangan ashabul
ifki (pembuat berita dusta), lalu dia tenggelam bersama orang yang tenggelam
menuduh As-Sayyidah Aisyah Radliyallahu ‘anha berbuat mesum, maka Abu
Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu bersumpah tidak akan memberi uang
belanja kepada Misthoh. Ash-Shiddiq ditegur, beliaupun bershodaqoh dengan
kehormatannya walau dosa Misthoh sedemikian besar.

3. Toleransi Dengan Kesabaran dan Menanggung Beban

Hal ini termasuk bab toleransi yang paling banyak manfaatnya, tidak ada yang
mampu bersikap seperti ini kecuali orang yang berjiwa besar. Barangsiapa yang
sulit bertoleransi dengan harta benda, maka dia harus memiliki kemuliaan dan
kedermawanan model ini, sebab ia dapat menghasilkan buah yang akibatnya
terpuji di dunia sebelum akhirat nanti.
Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Lemah lembut terhadap kaum mukminin” [Al-Maidah : 54]

Maksudnya, sikap mereka lembut dan lunak kepada saudara mereka kaum
mukminin, namun dia tidak menghinakan dirinya.

Allah yang Maha Mulia berfirman.

“Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari


kalangan orang-orang yang beriman” [Asy-Syu’ara : 215]
Maksudnya, hendaklah engkau bersikap lemah lembut, sebab : “Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu ….” [Ali Imran : 159]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Kaum mukminin adalah orang yang lemah lembut dan lunak, seperti
halnya onta jinak bila diikat dia terikat, bila dituntun dia tertuntun dan bila engkau
menambatkannya pada sebuah batu maka diapun tertambat” [Lihat Ash-
Shahihah : 936]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan seorang mukmin seperti


onta jinak yang tidak pernah menolak penuntunnya dalam perkara apapun, dia
menanggung beban dengan kesabaran bukan karena kebodohan dan kedunguan,
namun karena sifat kemuliaan, budi pekerti yang luhur dan kedermawanan karena
seorang mukmin adalah orang yang mulia sedangkan orang jahat (fajir) adalah
orang yang jelek lagi penipu.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri diserupakan seperti di atas, kemana-pun


beliau dibawa belaiu ikut.

6. Toleransi dalam beragama.

Toleransi ini adalah menyangkut dengan keyakinan atau aqidah. Loyalitas dan
keyakinan terhadap agama melahirkan dogma-dogma yang kebenarannya tidak
bisa di ganggu gugat, sekalipun bertentangan dengan rasio atau logika. Orang
sering menganggap bahwa apa saja yang dating dari agama bersifat mutlak, dan
kebenaran itu harus disampaikan kepada orang lain agar orang lain itu tidak sesat
dari anggapan inilah lahir pula anggapan bahwa keyakinan di luar keyakinan
dirinya itu adalah salah dan sesat

Prinsip-prinsip dasar dalam toleransi beragama

 Tidak ada pemaksaan dalam beragama

Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian, persaudaraan, dan persamaan.


Oleh karena itu, hal-hal yang dapat memicu lahirnya konflik anta kelompok harus
dihindari. Salah satu yang tidak diperkenankan adalah pemaksaan satu kelompok
terhadap kelompok lain. Agama bagi islam adalah keyakinan yang harus datang
dari kesadaran diri terhadap eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Dalam surat Al-
Baqarah ayat 256 Allah berfirman yang artinya,

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

 Kebebasan memilih dan menentukan keyakinan

Manusia, dalam perspektif islam adalah khalifah di muka bumi yang bebas
memilih dan menentukan pilihannya sesuai dengan keinginan hati nuraninya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 29, yang artinya

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa


yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir)
Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek.”

 Tidak melarang untuk bekerjasama dengan orang yang tidak sepaham

Islam mendorong umatnya untuk bekerjasama dalam berbagai segi kehidupan


dengan siapa saja, termasuk dengan agama lain sepanjang kerjasama mereka
dilakukan untuk kebaikan. Sebagaimana firman Allahdalam surat Al-Mumtahanah
ayat 8 yang artinya,

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.”

-Mengakui adanya keragaman

Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini dengan bermacam suku
bangsa, ras maupun bahasa. Keragaman ini merupakan sunnatullah yang tidak
dapat dihindari dan harus disikapi dengan wajar. Oleh karena itu, hak-hak hidup
bagi orang dan pengikut agama yang berbeda harus diberikan secara wajar dan
proporsional. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 99 yang artinya,

“Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di


muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”

Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil


(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan
toleransi sebagai landasannya.  Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-
Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada


berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)

Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah),


keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid).
Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan
masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna
yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu
membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar
(perspektif Islam) tersebut.

Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa
hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada
dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan:
“Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang
membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."

Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan


bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik
lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati,
dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk
menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun
spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-
samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum
minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).

Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil


(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan
toleransi sebagai landasannya.  Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-
Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)

Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah),


keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid).
Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan
masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna
yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu
membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karenaitu,hendaknya
pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif
Islam) tersebut.

2.3. Macam-macam Toleransi/Tasamuh

Toleransi / tasamuh terdiri dari dua macam yaitu : toleransi terhadap sesama
muslim dan toleransi terhadap selain muslim.

a.       Toleransi terhadap sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena di


samping sebagai tuntutan sosial juga merupakan wujud persaudaraan yang terikat
oleh tali aqidah yang sama. Bahkan dalam hadits nabi dijelaskan bahwa seseorang
tidak sempurna imannya jika tidak memiliki rasa kasih sayang dan tenggang rasa
terhadap saudaranya yang lain.

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya


sebagaimana mencintai dirinya sendiri. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap toleran dan baik hati terhadap sesama terlebih lagi dia seorang muslim pada
akhirnya akan membias kembali kepada kita yaitu banyak memperoleh
kemudahan dan peluang hidup karena adanya relasi, disamping itu Allah akan
membalas semua kebaikan kita di akhirat kelak.

b.      Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan tertentu selama


mereka mau menghargai kita, dan tidak mengusir kita dari kampung halaman.
Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya sama sebagai makhluk Allah
SWT.

Bersikap tasamuh bukan berarti kita toleran terhadap sesuatu secara membabi buta
tanpa memiliki pendirian, tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil
dan membela kebenaran. Kita tetap harus tegas dan adil jika dihadapkan pada
suatu masalah baik menyangkut diri sendiri, keluarga ataupun orang lain.
Walaupun keputusan tersebut akan berakibat pahit pada diri sendiri. Dalam ajaran
Islam  keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu baik rakyat jelata maupun raja
harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah SWT. Jika ia melanggar harus
menerima segala konsekwensinya.

Bentuk- bentuk tasamuh dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain :

1.      Tidak menggangu ketenangan tetangga

Rasulullah SAW bersabda :

Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman,.
Saat itu beliau ditanya “ Ya Rasullah siapakah yang tidak beriman itu “Rasulullah
saw Bersabda ‘ (yakni) orang yang tetangganya tidak merasa nyaman karena
gangguannya. (H.R. Bukhori)

Hadits tersebut  menjelaskan bahwa pengakuan iman seseorang tidak sempurna


apabila masih suka menganggu ketenagan tenangganya, baik dengan ucapan yang
jelek maupun perbuatan.

2.      Kerukunan antar umat islam

Saat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham dan aliran.
Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya tetap
merupakan saudara. Munculnya aliran yang berbeda-beda dari perbedaan
penafsiran karena penguasaan ilmu yang mendukung penafsiran itu berbeda. Akan
tetapi umat Islam harus menjunjung tinggi persaudaraan karena yang mengikat
persaudaraan diatara mereka adalah Islam. Dalam hadits Rasulullah SAW
bersabda : “Perumpamaan orang Islam di dalam sayang menyayangi dan kasih
mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota yang
sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya yaitu tidak bisa tidur dan
merasa demam”(H.R. Muslim)

Salah satu wujud kerukunan adalah adanya kemauan untuk saling membantu,
menolong dan saling menghargai satu sama lain.

3.      Kerukunan umat Islam dengan umat beragama lain

Islam merupakan agama yang mempunyai tolerasi tinggi terhadap golongan yang
beragama lain. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan cara kekerasan
dan paksaan akan tetapi harus dengan cara yang damai Firman Allah SWT dalam
Q.S Al-Baqarah : 256 yang artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutb dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

4.      Menyukai sesuatu untuk tetangganya, sebagaimana ia suka untuk dirinya


sendiri.

Rasulullah SAW bersabda : “Demi Dzat yang aku berada di dalam kekuasannya,
tidaklah seorang beriman sehingga ia menyukai buat tetangganya atau saudara
sesuatu yang ia sukai buat dirinya sendiri” (H.R. Muslim).

2.4 Manfaat dari Toleransi

Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain:

1.      Menghindari terjadinya perpecahan

Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam


mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi
yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan
beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi
maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan
yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang
kembali.”(As-Syuro:13)

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak
terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan
antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

2.      Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang
baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima
perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu
sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama
adanya konflik antar sesama manusia.

Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi
beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual
agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi
beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima
adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.

3.      Memuaskan batin orang lain karena dapat mengambil haknya sebagaimana


mestinya.

4.      Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadikan semakin


eratnya hubungan persaudaraan dengan orang lain.

5.      Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat memperlancar terwujudnya


kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

6.      Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena banyak


relasi.

2.5 Akibat Toleransi Diabaikan

Hal-hal yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan adalah:

1.  Menimbulkan konflik di dalam masyarakat dikarenakan tidak adanya saling


menghormati satu sama lain.  Yang paling membahayakan dari konfllik adalah
menyebabkan lahirnya kekerasan dan adanya korban, dan hal ini dapat
berpengaruh pada keamanan dan stabilitas suatu negara.

2. Semakin maraknya pelanggaran HAM.  Hal ini disebabkan oleh reduksi


universalitas agama yang mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung yang
sempit dan mewujudkan angan-angan tersendiri bagi pengikutnya bisa dalam
bentuk fanatisme sempit yang tidak rasional bahkan menimbulkan ketakutan
terhadap agama atau kelompok yang bisa terkespresi dengan perilaku melanggar
HAM.
BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif.  Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa
mempersoalkan perbedaan keyakinan.  Prinsip yang mengakar paling kuat dalam
pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan
kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan
kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan


agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil.  Selama tidak berbuat aniaya
kepada umat Islam.

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.

3.2  Saran

Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari
perpecahan, menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.

Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan
mengeksistensi sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus
diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten.
Daftar Pustaka

http://sharetikel.blogspot.co.id/2015/04/makalah-toleransi-dalam-islam.html

http://milakucaya.blogspot.co.id/p/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html

https://aljaami.wordpress.com/2011/03/31/toleransi-as-samahah-dalam-pandangan-
islam/

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-toleransi/

https://rumaysho.com/5673-toleransi-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai