KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
1
BAB I
PENDAHULUAN
Toleransi dalam Islam adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada
situasi saat ini ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam
adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak
memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, sebaliknya
Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari perdamaian,
kasih sayang dan persatuan.
Dari latar belakang masalah tersebut, kami dapat merumuskan masalah dalam
makalah ini, yaitu sebagai berikut ;
1. Apa pengertian toleransi?
2
3. Macam-macam toleransi?
1.3 Tujuan
3. Agar mengetahui manfaat dari toleransi dan akibat bila tidak ada toleransi
3
BAB II
PEMBAHASAN
Toleransi adalah kata serapan yang diambil dari bahasa inggris yaitu kata
tolerance yang memiliki arti membiarkan. Sehingga dari akar katanya, toleransi adalah
tindakan pembiaran. Jika dikaitkan dengan bahasa arab, toleransi sepadan dengan kata
tasamuh. Kata tasamuh artinya adalah mengizinkan atau bisa juga diartikan saling
memudahkan.
Jika ditarik kesimpulan dari kata tolerance dan tasamuh, maka toleransi adalah
tindakan yang membiarkan atau mengizinkan seseorang melakukan sesuatu. Toleransi
juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Toleransi diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai, atau
memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.
rmasuk agama Islam.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa
dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan
universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik
mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling
dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.
4
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan,
“irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di
bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran
universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini
menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan
dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep
keadilan,perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta melarang
semua keburukan.
Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh
Umar bin Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk
Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama
fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia
merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
5
bagi kami agama kami” (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi
dalam Islam.
Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan
mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk
mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari
komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal
bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan.
Adapun dalam tataran praktisnya toleransi dalam islam seperti yang telah
di contohkan oleh para Nabi, banyak sekali jenisnya, antara lain:
َويَ ا َق ْوِم أ َْوفُ وا الْ ِم ْكيَ َال َوالْ ِم َيزا َن بِالْ ِق ْس ِط ۖ َواَل َتْب َخ ُس وا
يندِ ض م ْف ِس
ِ َر ا يِف َّاس أَ ْشيَاءَ ُه ْم َواَل َت ْعَث ْوا
َ ُ ْ أْل َ الن
6
Artinya "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah
kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” [Hud : 85]
َ ُاس َي ْس َت ْوف
( ون ِ ِين إِ َذا ا ْك َت الُوا َع َلى ال َّن
َ ) الَّذ١( ِين َ َو ْي ٌل ل ِْلم
َ ُط ِّفف
َ ظنُّ أُو َل ِئ
ك ُ ) أَال َي٣( ُون َ ) َوإِ َذا َك الُو ُه ْم أَ ْو َو َز ُن و ُه ْم ي ُْخ ِس ر٢
ِّ) َي ْو َم َيقُ و ُم ال َّناسُ لِ َرب٥( ) لِ َي ْو ٍم َعظِ ٍيم٤( ون ُ أَ َّن ُه ْم َم ْبع
َ ُوث
)٦( ِين َ ْال َعا َلم
Terjemah Surat Al Muthaffifin Ayat 1-6
1. Celakalah
2. bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)
3. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi
4. dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka
mengurangi
5. pada suatu hari yang besar
6. Tidakkah orang-orang itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan,(yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit
“Artinya : Dahulu ada seorang saudagar yang biasa menghutangi orang, bila dia
melihat orang yang kesukaran (dalam membayar hutang), maka dia
memerintahkan para pegawainya : “Ma’afkanlah dia mudah-mudahan Allah
mema’afkan kita !” Maka Allah-pun mema’afkan dia …” [Hadits Riwayat
Bukhari 4/309- Al-Fath]
8
Termasuk keindahan keputusan hukum adalah bahwa orang yang
meminjam sesuatu lalu mengembalikannya dengan yang lebih baik atau lebih
banyak dengan tanpa syarat adalah orang yang berbuat baik, dan hal ini halal bagi
pihak yang meminjamkan.
“Artinya : Laut itu suci airnya lagi halal bangkainya” [Hadits Riwayat Ashabus
Sunan dan Malik, lihat takhrijnya secara rinci dalam Ash-Shahihah 480]
9
4. Toleransi Dengan Kehormatan
Tatkala Misthoh binasa bersama orang yang binasa dari kalangan ashabul
ifki (pembuat berita dusta), lalu dia tenggelam bersama orang yang tenggelam
menuduh As-Sayyidah Aisyah Radliyallahu ‘anha berbuat mesum, maka Abu
Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu bersumpah tidak akan memberi uang
belanja kepada Misthoh. Ash-Shiddiq ditegur, beliaupun bershodaqoh dengan
kehormatannya walau dosa Misthoh sedemikian besar.
10
bahwa Allah mengampunimu ? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” [An-Nur : 22]
Abu Bakr mengatakan : “Ya ! Demi Allah sungguh aku suka Allah
mengampuniku” beliaupun kembali membantu Misthoh seperti sebelumnya, dan
menyatakan : “Demi Allah aku tidak akan mencabutnya dari dia selamanya”
[Hadits Riwayat Bukhari 8/455- Fath dan Muslim 17/113-Nawawi]
Maksudnya, sikap mereka lembut dan lunak kepada saudara mereka kaum
mukminin, namun dia tidak menghinakan dirinya.
“Artinya : Kaum mukminin adalah orang yang lemah lembut dan lunak, seperti
halnya onta jinak bila diikat dia terikat, bila dituntun dia tertuntun dan bila engkau
11
menambatkannya pada sebuah batu maka diapun tertambat” [Lihat Ash-
Shahihah : 936]
Dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu dia menceritakan : “Sungguh ada
seorang budak wanita dari Madinah ‘mengambil tangan’ Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, lalu ia mengajak beliau sekehendaknya” [Dikeluarkan oleh Bukhari
10/489 secara mu’allaq dan disambungkan oleh Ahmad 3/98, dia memiliki jalan
lain dari Anas semisalnya, dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4177 dan Ahmad 3/174,
215, 216 padanya terdapat Ali bin Zaid bin Jad’an dia lemah namun dapat
dijadikan penguat]
12
Orang sering menganggap bahwa apa saja yang dating dari agama bersifat mutlak,
dan kebenaran itu harus disampaikan kepada orang lain agar orang lain itu tidak
sesat dari anggapan inilah lahir pula anggapan bahwa keyakinan di luar keyakinan
dirinya itu adalah salah dan sesat
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Manusia, dalam perspektif islam adalah khalifah di muka bumi yang bebas
memilih dan menentukan pilihannya sesuai dengan keinginan hati nuraninya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 29, yang artinya
13
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek.”
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.”
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini dengan bermacam suku
bangsa, ras maupun bahasa. Keragaman ini merupakan sunnatullah yang tidak
dapat dihindari dan harus disikapi dengan wajar. Oleh karena itu, hak-hak hidup
bagi orang dan pengikut agama yang berbeda harus diberikan secara wajar dan
proporsional. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 99 yang artinya,
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa
hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada
dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan:
“Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang
membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
14
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk
menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-
meliputi, baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak
lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan
ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material
maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi
(as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah
(hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).
15
tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”.
Ditanyakan: “Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang
yang membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
16
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar
(perspektif Islam) tersebut.
Sikap toleran dan baik hati terhadap sesama terlebih lagi dia seorang
muslim pada akhirnya akan membias kembali kepada kita yaitu banyak
memperoleh kemudahan dan peluang hidup karena adanya relasi, disamping itu
Allah akan membalas semua kebaikan kita di akhirat kelak.
17
maupun raja harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah SWT. Jika ia
melanggar harus menerima segala konsekwensinya.
Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak
beriman,. Saat itu beliau ditanya “ Ya Rasullah siapakah yang tidak beriman itu
“Rasulullah saw Bersabda ‘ (yakni) orang yang tetangganya tidak merasa nyaman
karena gangguannya. (H.R. Bukhori)
Saat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham dan aliran.
Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya tetap
merupakan saudara. Munculnya aliran yang berbeda-beda dari perbedaan
penafsiran karena penguasaan ilmu yang mendukung penafsiran itu berbeda. Akan
tetapi umat Islam harus menjunjung tinggi persaudaraan karena yang mengikat
persaudaraan diatara mereka adalah Islam. Dalam hadits Rasulullah SAW
bersabda : “Perumpamaan orang Islam di dalam sayang menyayangi dan kasih
mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota yang
sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya yaitu tidak bisa tidur dan
merasa demam”(H.R. Muslim)
Salah satu wujud kerukunan adalah adanya kemauan untuk saling membantu,
menolong dan saling menghargai satu sama lain.
18
3. Kerukunan umat Islam dengan umat beragama lain
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan
pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
19
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang
kembali.”(As-Syuro:13)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak
terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan
antar umat beragama maupun sesama umat beragama.
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang
baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima
perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu
sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama
adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi
beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual
agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi
beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima
20
adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong
tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan. Prinsip yang mengakar paling kuat
dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah
keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua
manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
3.2 Saran
Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari
perpecahan, menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.
Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan
mengeksistensi sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus
diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten
22
Daftar Pustaka
http://www.romadecade.org/pengertian-toleransi/#!
http://sharetikel.blogspot.co.id/2015/04/makalah-toleransi-dalam-islam.html
http://milakucaya.blogspot.co.id/p/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html
https://aljaami.wordpress.com/2011/03/31/toleransi-as-samahah-dalam-pandangan-
islam/
http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-toleransi/
https://rumaysho.com/5673-toleransi-dalam-islam.html
23