Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP TOLERANSI DALAM


ISLAM MATA KULIAH AGAMA
ISLAM

Disusun oleh :
Kelompok 11

Ayu primayanti masdar_O12122066


Septi rahmawati_O12122085
Fajrun_O12122084
Vrigrian A.samad_O27122131

PROGRAM STUDI PERTERNAKAN DAN


PERIKANAN JURUSAN PETERNAKAN DAN
PERIKANAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN
PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang
telah memberi rahmat serta hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik ukhwah.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pendidikan agama
islam.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kami dengan
terbuka akan menerima kritik dan saran yang hersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kami dan para pembaca khususnya.

Palu, 01 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN....................................................................................................4

1.1 Latar belakang..............................................................................................4


1.2 Rumusan masalah........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

2.1 Pengertian Toleransi....................................................................................5


2.2 Toleransi Dalam Islam...............................................................................5
2.2.1 Toleransl Dalam Jual Beli dan Hukum-Hukumya................................8
2.2.2 Toleransi dalam berhutang......................................................................8
2.2.3 Toleransi Dengan Ilmu.............................................................................9
2.2.4 Toleransi Dengan Kehormatan................................................................9
2.2.5 Toleransi Dengan Kesabaran dan Menanggung Beban......................10
2.2.6 Toleransi dalam beragama.....................................................................10
2.3 Macam-macam Toleransi/Tasamuh........................................................14
2.4 Manfaat dari Toleransi.............................................................................16
2.5 Akibat Toleransi Diabaikan.....................................................................17
BAB III...................................................................................................................19

PENUTUP..............................................................................................................19

3.1 Kesimpulan..................................................................................................19
3.2 Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Toleransi dalam Islam adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada
situasi saat ini ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam
adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak
memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, sebaliknya
Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari perdamaian,
kasih sayang dan persatuan.
Padahal dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki
konsep yang jelas. "Tidak ada paksaan dalam agama", "Bagi kalian agama kalian,
dan bagi kami agama kami" adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga
sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu
menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.
Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya
kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka.
Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan
pengayaan- pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam
masyarakat Islam.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian toleransi?
2. Bagaimana toleransi dalam pandangan Islam?
3. Macam-macam toleransi?
4. Apa saja manfaat toleransi ?
5. Bagaimana akibat jika toleransi diabaikan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna toleransi.
2. Untuk memahami makna toleransi dalam Islam.
3. Agar mengetahui manfaat dari toleransi dan akibat bila tidak ada toleransi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu "tolerare" yang berarti bertahan
atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari
kata "toleran", yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan. membolehkan). pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan.
Toleran diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak
disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak
tidak sependapat. Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut "tasamuh", sikap
saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok
masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun
agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang
sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama
Islam.
2.2 Toleransi Dalam Islam
Bagaimana toleransi dalam islam yang bersumber kepada Al-Qur'an dan Al-
Hadist. Islam diturunkan oleh Allah ke dunia bukan hanya bertujuan untuk
mempertahankan eksistensi sebagai agama, tetapi juga mengakui eksistensi
agama- agama lain dan juga memberinya hak untuk hidup berdampingan sambil
menghormati pemeluk-pemeluk agama lain. Saling menghargai dalam iman dan
keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari
prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada
Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju'la
dengan amat menarik mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah,
dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
tanggungannya". Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga
menyatakan, "irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil sama" (sayangilah
orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit
5
kepadamu).

6
Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam.
Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya
perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga
terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan
serta menegasikan semua keburukan. Fakta historis toleransi juga dapat
ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai
prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad
SAW pada awal pembangunan Negara Madinah.
Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap
saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta
saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Contoh lain
wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin Khattab.
Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci
itu ditaklukan oleh kaum Muslimin. Di sini, saling tolong-menolong di antara
sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu
kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu
sama lain. Tolong-menolong, sebagai hagian dari inti toleransi, menjadi prinsip
yang sangat kuat di dalam Islam. Namun, prinsip yang mengakar paling kuat
dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah
keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua
manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam konteks toleransi antar- umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.
"Tidak ada paksaan dalam agama", "Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami
agama kami" (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam
Islam.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam
mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak
berbuat aniaya kepada umat Islam. Al-Qur'an juga mengajarkan agar umat Islam
mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang
diantara umat Islam dengan umat beragama lain. Kerjasama dalam bidang
kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan
penyakit sosial. pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah

7
beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain. Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan
dengan mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan
kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan
dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa
menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Saling menghargai dalam iman dan
keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari
prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalamberagama. Karena taqwa kepada
Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju'la
dengan amat menarik mengemukakan, "Semua makhluk adalah tanggungan Allah,
dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
tanggungannya".
Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh
Umar bin Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk
Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin. Di sini, saling
tolong- menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa
umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya
bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti
toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam. Namun, prinsip yang
mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi
toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam
diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari
prinsip ini. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep
yang jelas. "Tidak ada paksaan dalam agama", "Bagi kalian agama kalian, dan
bagi kami agama kami" (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi
dalam Islam. Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam
mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak
berbuat aniaya kepada umat Islam. Al-Qur'an juga mengajarkan agar umat Islam
mengutamakanvterciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang
diantara umat Islam dengan umat beragama lain. Kerjasama dalam bidang
kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan

8
penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah
beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain. Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan
dengan mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan
kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan
dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa
menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Adapun dalam tataran praktisnya
toleransi dalam islam seperti yang telah di contohkan oleh para Nabi, banyak
sekali jenisnya, antara lain:
2.2.1 Toleransl Dalam Jual Beli dan Hukum-Hukumya.
Allah Ta'ala berfirman: yang artinya "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan
timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat
kerusakan." Hud: 85]
2.2.2 Toleransi dalam berhutang
Allah yang Maha Agung berfirman. Yang artinya : “Dan jika (orang
berhutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguhlah sampai dia berkelapangan.
Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu) labih baik bagimu, jika
kamu mengetahui" [Al-Baqarah: 280].
Sungguh peletak syari'ah (Allah) yang Maha Hikmah telah menghasung
untuk memberi tangguh orang yang kesulitan hutang dan memberikan
keistimewaan agung sebagaimana yang akan dijelaskan dalam pasal Keutamaan
Toleransi", cukuplah bagimu untuk sekedar tahu, bahwa memberi tangguh orang
yang kesukaran dan memaafkannya termasuk penghapus dosa dan sebab Allah
memaafkan kesalahan-kesalahannya.
Lafadh "sambun" artinya "sahlun" yakni mudah, dia adalah sifat
musyabbahah yang menunjukkan penetapan, oleh sebab itu, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengulangi keadaan jual-beli dan keputusan hukum.
Hal ini menunjukkan sikap mempermudah dalam hubungan sosial dan membuang
sikap kikir serta memberikan hak-hak menusia dengan segera (tidak terlambat).
Termasuk keindahan keputusan hukum adalah bahwa orang yang meminjam

9
sesuatu lalu mengembalikannya dengan yang lebih baik atau lebih banyak dengan
tanpa syarat adalah orang yang berbuat baik, dan hal ini halal bagi pihak yang
meminjamkan.
2.2.3 Toleransi Dengan Ilmu
Toleransi dengan ilmu di sini yaitu dengan cara menyebarkan ilmu dan ini
termasuk pintu toleransi yang paling utama dan lebih baik daripada toleransi
dengan harta, sebab ilmu lebih mulia daripada harta.
Maka seorang menyebarkan ilmu kepada setiap orang yang bertanya
tentangnya bahkan mengeluarkannya secara keseluruhan, bila ia ditanya tentang
suatu masalah. Maka dia memperinci jawabannya dengan perincian yang
memuaskan dan menyebutkan sisi-sisi dalilnya, dia tidak cukup menjawah
pertanyaan si penanya, namun dia menyebutkan contoh kasus serupa dengan
kaitan- kaitannya serta faedah-faedah yang dapat memuaskan dan mencukupinya.
2.2.4 Toleransi Dengan Kehormatan
Takala Misthoh binasa bersama orang yang binasa dari kalangan ashabul
ifki (pembuat berita dusta), lalu dia tenggelum bersama orang yang tenggelam
menuduh As-Sayyidah Aisyah Radliyallahu 'anhu berbuat mesum, maka Abu
Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu 'anhu bersumpah tidak akan memberi uang
belanja kepada Misthoh. Ash-Shiddiq ditegur, beliaupun bershodaqoh dengan
kehormatannya walau dosa Misthoh sedemikian besar. Sungguh indah ucapan
penyair. "Sesungguhnya kadar dosa Misthoh dapat meruntuhkan hintang-bintang
dari ufuknya Sunnguh telah terjadi apa yang terjadi Ash-Shiddiq ditegur tentang
haknya (Si Misthoh) Biarlah,.
Radliyallahu anhu pun menyatakan: Dan dia dulunya memberi uang
belanja kepada Misthoh bin Utsatsah karena kefamilian dan kefakirannya" Demi
Allah! Aku tidak akan memberi uang belanja sedikit pun kepada si Misthoh
selamanya setelah tuduhannya kepada Aisyah" maka Allah menurunkan (ayat),
"Artinya : Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan
diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada
kaum kerabatnya, orang-orang miskin dan orang-orang .

10
2.2.5 Toleransi Dengan Kesabaran dan Menanggung Beban
Hal ini termasuk toleransi yang paling banyak manfaatnya, tidak ada yang
mampu bersikap seperti ini kecuali orang yang berjiwa besar. Barangsiapa yang
sulit bertoleransi dengan harta benda, maka dia harus memiliki kemuliaan dan
kedermawanan model ini, sebab ia dapat menghasilkan buah yang akibatnya
terpuji di dunia sebelum akhirat nanti.
Allah Ta'ala berfirman yang artinya : Lemah lembut terhadap kaum
mukminin" [Al-Maidah : 54]. Maksudnya, sikap mereka lembut dan lunak kepada
saudara mereka kaum mukminin, namun dia tidak menghinakan dirinya.
Allah yang Maha Mulia berfirman yang artinya : Dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang
beriman" [Asy-Syu'ara: 215] Maksudnya, hendaklah engkau bersikap lemah
lembul, sebab : "Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakan seorang mukmin
seperti onta jinak yang tidak pernah menolak penuntunnya dalam perkara apapun,
dia menanggung beban dengan kesabaran bukan karena kebodohan dan
kedunguan, namun karena sifat kemuliaan, budi pekerti yang luhur dan
kedermawanan karena seorang mukmin adalah orang yang mulia sedangkan orang
jahat (fajir) adalah orang yang jelek lagi penipu.
2.2.6 Toleransi dalam beragama.
Toleransi ini adalah menyangkut dengan keyakinan atau aqidah. Loyalitas
dan keyakinan terhadap agama melahirkan dogma-dogma yang kebenarannya
tidak bisa di ganggu gugal, sekalipun bertentangan dengan rasio atau logika.
Orang sering menganggap bahwa apa saja yang dating dari agama bersifat mutlak,
dan kebenaran itu harus disampaikan kepada orang lain agar orang lain itu tidak
sesat dari anggapan inilah lahir pula anggapan bahwa keyakinan di luar keyakinan
dirinya itu adalah salah dan sesat
Prinsip-prinsip dasar dalam toleransi beragama terbagi menjadi 4 yaitu :
1. Tidak ada pemaksaan dalam beragama
Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian, persaudaraan, dan

11
persamaan. Oleh karena itu, hal-hal yang dapat memicu lahirnya
konflik anta kelompok harus dihindari. Salah satu yang tidak
diperkenankan adalah pemaksaan satu kelompok terhadap kelompok
lain. Agama bagi islam adalah keyakinan yang harus datang dari
kesadaran diri terhadap eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Dalam surat
Al- Baqarah ayat 256 Allah berfirman yang artinya, "Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu Barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat
yang tidak akan putus, dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui."
2. Kebebasan memilih dan menentukan keyakinan
Manusia, dalam perspektif islam adalah khalifah di muka bumi yang
bebas memilih dan menentukan pilihannya sesuai dengan keinginan
hati nuraninya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat
29, yang artinya "Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu: Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka,
yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi
yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
3. Tidak melarang untuk bekerjasama dengan orang yang tidak sepaham.
Islam mendorong umatnya untuk bekerjasama dalam berbagai segi
kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan agama lain sepanjang
kerjasama mereka dilakukan untuk kebaikan. Sebagaimana firman
Allahdalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 yang artinya, "Allah tidak
melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

12
orang yang

13
berlaku adil."
4. Mengakui adanya keragaman
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini dengan bermacam
suku bangsa, ras maupun bahasa. Keragaman ini merupakan
sunnatullah yang tidak dapat dihindari dan harus disikapi dengan
wajar. Oleh karena itu, hak-hak hidup bagi orang dan pengikut agama
yang berbeda harus diberikan secara wajar dan proporsional. Allah
berfirman dalam surat Yunus ayat 99 yang artinya. "Dan Jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?"
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: "Sebaik-baik
orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur", ditanyakan:
"Apa hati yang mahmum itu?" Jawabnya: "Adalah hati yang bertaqwa, bersih
tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki".
Ditanyakan: "Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?". Jawabnya: "Orang-orang
yang membenci dunia dan cinta akhirat". Ditanyakan: "Siapa lagi setelah itu?",
Jawabnya: "Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk
menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-
meliputi, baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak
lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan
ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material
maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi
(as- samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan muamalah
(hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallah).
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan
toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-
Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi

14
Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah dating pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisah-Nya". (QS.Ali Imran: 19).
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-
Rahmah), keadilan (al-'Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-
Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam.
Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki
makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang
mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar
(perspektif Islam) tersebut.
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: "Sebaik-baik
orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur", ditanyakan:
"Apa hati yang mahmum itu?" Jawabnya: "Adalah hati yang bertaqwa, bersih
tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki".
Ditanyakan: "Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?". Jawabnya: "Orang-orang
yang membenci dunia dan cinta akhirat". Ditanyakan: "Siapa lagi setelah itu?",
Jawabnya: "Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil
hathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat
dilarangdilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama
dengan toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat
Al- Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada herselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab kecuali sesudah datang. pengetahuan kepada mereka karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-
ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya". (QS.Ali Imran: 19)
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-
Rahmah), keadilan (al-Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-
Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam.

15
Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki
makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang
mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar
(perspektif Islam) tersebut.
2.3 Macam-macam Toleransi/Tasamuh
Toleransi/tasamuh terdiri dari dua macam yaitu: toleransi terhadap sesama
muslim dan toleransi terhadap selain muslim.
a. Toleransi terhadap sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena di
samping sebagai tuntutan sosial juga merupakan wujud persaudaraan yang
terikat oleh tali aqidah yang sama. Bahkan dalam hadits nabi dijelaskan
bahwa seseorang tidak sempurna imannya jika tidak memiliki rasa kasih
sayang dan tenggang rasa terhadap saudaranya yang lain."Tidak sempurna
iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim) Sikap
toleran dan baik hati terhadap sesama terlebih lagi dia seorang muslim
pada akhirnya akan membias kembali kepada kita yaitu banyak
memperoleh kemudahan dan peluang hidup karena adanya relasi,
disamping itu Allah akan membalas semua kebaikan kita di akhirat kelak.
b. Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan tertentu
selama mereka mau menghargai kita, dan tidak mengusir kita dari
kampung halaman. Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya
sama sebagai makhluk Allah SWT. Bersikap tasamih bukan berarti kita
toleran terhadap sesuatu secara membabi buta tanpa memiliki pendirian,
tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil dan membela
kebenaran. Kita tetap harus tegas dan adil jika dihadapkan pada suatu
masalah baik menyangkut diri sendiri, keluarga ataupun orang lain.
Walaupun keputusan tersebut akan berakibat pahit pada diri sendiri.
Dalam ajaran Islam keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu baik
rakyat jelata maupun raja harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah
SWT. Jika ia melanggar harus menerima segala konsekwensinya.

16
Bentuk-bentuk tasamuh dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain: 1.
Tidak menggangu ketenangan tetangga. Rasulullah SAW bersabda:
Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak
beriman.. Saat itu beliau ditanya "Ya Rasullah siapakah yang tidak beriman itu
"Rasulullah saw Bersabda (yakni) orang yang tetangganya tidak merasa nyaman
karena gangguannya. (H.R. Bukhori).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa pengakuan iman seseorang tidak
sempurna apabila masih suka menganggu ketenagan tenangganya, baik dengan
ucapan yang jelek maupun perbuatan.
2. Kerukunan antar umat islam
Saat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham dan aliran.
Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya
tetapmerupakan saudara. Munculnya aliran yang berbeda-beda dari perbedaan
penafsiran karena penguasaan ilmu yang mendukung penafsiran itu berbeda. Akan
tetapi umat Islam harus menjunjung tinggi persaudaraan karena yang mengikat
persaudaraan diatara mereka adalah Islam Dalam hadits Rasulullah SAW
bersabda: "Perumpamaan orang Islam di dalam sayang menyayangi dan kasih
mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota yang
sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya yaitu tidak bisa tidur dan
merasa demam"(HR. Muslim).
Salah satu wujud kerukunan adalah adanya kemauan untuk saling
membantu, menolong dan saling menghargai satu sama lain.
3. Kerukunan umat Islam dengan umat beragama lain
Islam merupakan agama yang mempunyai tolerasi tinggi terhadap golongan
yang beragama lain. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan cara
kekerasan dan paksaan akan tetapi harus dengan cara yang damai Firman Allah
SWT dalam QS Al-Baqarah: 256 yang artinya: "Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutb dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali
yang amat Kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui.

17
4. Menyukai sesuatu untuk tetangganya, sebagaimana ia suka untuk
dirinya sendiri.
Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang aku berada di dalam
kekuasannya, tidaklah seorang beriman sehingga ia menyukai buat tetangganya
atau saudara sesuatu yang ia sukai buat dirinya sendiri" (HR. Muslim).
2.4 Manfaat dari Toleransi
Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain:
1. Menghindari terjadinya perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam
mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi
yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan
beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi
maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini. Dalam kaitanya ini Allah
telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal,
berikut firman Allah SWT:
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan- Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-
orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya orang
yang kembali."(As-Syuro:13).
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara:
dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk." (Al-Imran:103).
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak
terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan

18
antar umat beragama maupun sesama umat beragama.
2. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang
baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima
perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu
sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama
adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa
dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan
sikap toleransi heragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran
dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya
toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan
menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian,
ketentraman, dan kesejahteraan.
3. Memuaskan batin orang lain karena dapat mengambil haknya
sebagaimana mestinya.
4. Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadikan
semakin cratnya hubungan persaudaraan dengan orang lain.
5. Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat memperlancar
terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat,
6. Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena
banyak relasi.
2.5 Akibat Toleransi Diabaikan
Hal-hal yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan
adalah:
1. Menimbulkan konflik di dalam masyarakat dikarenakan tidak adanya
saling menghormati satu sama lain. Yang paling membahayakan dari
konflik adalah menyebabkan lahirnya kekerasan dan adanya korban, dan
hal ini dapat berpengaruh pada keamanan dan stabilitas suatu negara.
2. Semakin maraknya pelanggaran HAM. Hal ini disebabkan oleh reduksi

19
universalitas agama yang mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung
yang sempit dan mewujudkan angan-angan tersendiri bagi pengikutnya
bisa dalam bentuk fanatisme sempit yang tidak rasional bahkan
menimbulkan ketakutan terhadap agama atau kelompok yang bisa
terkespresi dengan perilaku melanggar HAM.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang
amat komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong
tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan. Prinsip yang mengakar paling kuat
dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah
keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua
manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan
agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya
kepada umat Islam.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
3.2 Saran
Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari
perpecahan, menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi. Toleransi
dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi
sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus diimplementasikan
dan dipraktikkan secara konsisten.

21
DAFTAR PUSTAKA
Sharetikel 2015. http://sharetikel.blogspot.co.id/2015/04/makalah-toleransi-dalam-
islam.html (Diakses pada: Rabu, 30 November 2022 pukul 20.30 WIB)
Milakucava. http://milakucava.blogspot.co.id/p/toleransi-umat-beragama-dalam-
islam.html (Diakses pada: Rabu, 30 November 2022 pukul 20.30 WIB)
Aljaami. https://aljaami.wordpress.com toleransi-as-samahah- dalam-pandangan-
islam. (Diakses pada: Rabu, 30 November 2022 pukul 20.30 WIB)
Rumaysho. https://rumaysho.com/5673-toleransi-dalam-islam.html. Rabu, 30
November 2022 pukul 20.30 WIB)

22

Anda mungkin juga menyukai