BERAGAMA
Segala puji bagi Allah SWT sebagai sumber ilmu prngetahuan yang dengan
berkat karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Nasir selaku Dosen kami pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Toleransi dalam Islam dan kebebasan beragama adalah topik yang penting
ketika dihadapkan pada situasi saat ini ketika Islam dihadapkan pada banyaknya
kritikan bahwa Islam adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam
dituduh tidak memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat,
sebaliknya Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari
perdamaian, kasih sayang dan persatuan.
Memang tidak dapat dipungkiri kesimpulan keliru oleh para pengkritik Islam
tersebut terbentuk dari fakta-fakta sebagian kecil umat Islam yang melakukan
tindakan yang mengatasnamakan jihad Islam yang tidak tepat. Tetapi meski
demikian kita akui juga bahwa kekuasaan yang sewenang-wenang yang diterapkan
oleh negara-negara adidaya terhadap negara-negara miskin dan negara berkembang
serta standar ganda yang mereka terapkan ketika terjadi kesepakatan antara mereka
dengan negara-negara berkembang yang juga termasuk negara-negara Islam-
adalah penyebab alami reaksi kekerasan yang timbul. Tentu saja ini bukanlah cara-
cara Islam dan benar-benar bertentangan dengan ajaran Islam.
Islam adalah agama yang mengajarkan untuk menghormati para utusan
Allah, meyakini bahwa mereka adalah para utusan Allah yang benar yang bertugas
menyampaikan ajaran-ajaran yang benar sesuai dengan situasi pada masing-masing
zaman. Dari hal ini bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa agama seperti ini
tidak mengajarkan toleransi terhadap agama lain? Bagaimana bisa dikatakan
agama Islam tidak mengajarkan persatuan dan kerukunan dengan agama lain?
Bagaimana bisa agama Islam mengajarkan kebiasaan intoleransi agama dan
menganjurkan hidup dengan orang lain tanpa cinta dan kasih sayang? Tidak
mungkin. Menyatakan bahwa dalam agama Islam tidak ada nilai-nilai kesabaran
dan kebebasan berpendapat atau berbicara adalah suatu tuduhan yang tidak
berdasar.
Kata makna Islam sendiri mengandung makna antidote dari kekejaman,
disharmonisasi dan intoleransi. Salah satu artinya adalah damai, penyerahan diri
dan ketataatan, dan juga berarti menciptakan kerukunan dan perdamaian. Salah
satu makna lainnya adalah menghindari orang yang menyakiti, arti lainnya adalah
hidup bersama secara harmonis. Tujuan dari penjelasan tentang kata Islam yang
diberikan oleh Allah taala pada agama Islam ini adalah karena seluruh ajaran-
ajaran dan hukum-hukum yang dibawa oleh Rasulullah saw penuh dengan cinta,
Toleransi, kesabaran, dan kebebasan hati nurani dan berbicara dan hak untuk
mengungkapkan pendapat.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun dalam Islam, toleransi (samahah) merupakan ciri khas dari ajaran
Islam. Ketoleranan Islam mencakup berbagai segi, baik dari segi akidah, ibadah,
maupun muamalah. Dari segi aqidah, Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat
Al-Qur’an yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun
kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam. Dakwah dalam Islam
bersifat mengajak, bukan memaksa. Dari kaidah inilah maka ketika non-muslim
(khususnya kaum dzimmi) berada di tengah-tengah umat Islam atau di negara
Islam, maka mereka tidak boleh dipaksa masuk Islam bahkan dijamin
keamanannya karena membayar jizyah sebagai jaminannya.
Ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan
peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam
dosa yang sudah jelas diharamkan. Allah SWT telah melarang perbuatan tersebut
sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat (yang artinya), Tolong
menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan (Qs Al-Ma’idah 2). Dalam memahami ayat
ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan
orang beriman untuk tolong menolong dalam kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran. Allah juga melarang umat Islam saling tolong menolong dalam
kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram. Ritual non-Muslim adalah suatu amalan
batil yang diharamkan oleh Allah SWT yang menjadikan pelakunya berdosa. Oleh
karena itu, keikutsertaan seorang Muslim dalam ritual non-Muslim termasuk dalam
kategori tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang diharamkan.
Selain itu, keikutsertaan ritual non-muslim dengan alasan toleransi juga
tidak bisa dibenarkan secara syar’i karena seseorang tersebut tergolong telah
mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil.
Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari ayat di atas dalam memahami
sikap toleransi antar umat beragama yang benar dalam Islam. Dalam memahami
ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “Allah tidak melarang kamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu”
maksudnya, Dia tidak melarang kamu berbuat baik kepada orang-orang kafir yang
tidak memerangimu karena masalah agama, seperti berbuat baik dalam masalah
perempuan dan orang lemah.
Oleh karena itu, Nabi SAW bermuamalah dengan orang Yahudi di Madinah
dengan muamalah yang sangat baik. Dalam masalah perdagangan, Beliau SAW
pernah menggadaikan baju perangnya kepada seorang Yahudi yang bernama Abu
Syahm. Rasulullah juga menetapkan perjanjian antara kaum Muhajirin dan kaum
Anshar dengan kaum Yahudi. Perjanjian itu antara lain berisi tentang perdamaian
dengan kaum Yahudi, sumpah setia mereka, serta mengakui keberadaan agama
(bukan kebenaran agama selain Islam) dan harta-harta mereka. Beliau SAW juga
meminta jaminan kepada mereka untuk menepati perjanjian mereka. Namun
demikian, sikap toleransi, harmonis, tolong menolong dan kerjasama antara umat
Islam dengan non-Muslim di sini hanyalah dalam masalah muamalah keduniaan
yang tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah.
Namun anehnya, saat ini proses overlapping doktrin toleransi mulai muncul
ke permukaan sehingga mengakibatkan kerancuan dalam memahami makna
toleransi yang benar menurut Islam. Dari sinilah maka tidak tepat kalau ada umat
Islam yang menggunakan kata toleransi untuk mendukung eksistensi aliran sesat
apalagi untuk mendukung gerakan kristenisasi, karena toleransi semacam ini
adalah toleransi ala Barat yang tidak dibenarkan dalam Islam. Wallahu a’lamu bis-
shawab.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah toleransi yang lahir dari paham barat berbeda jauh dengan
toleransi dalm islam.
Tasammuh dalam islam merupkan cirri khas dari ajaran islam.
Toleransi antara umat islam dengan non-islam hanyalah sebatas
hubungan muamalah duniawi (tidak mencakup akidah dan ibadah).
3.2 Saran
Kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini sangat
kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA