Anda di halaman 1dari 17

TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Puji tak lupa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang
senantiasa mencurahkan nikmatnya kepada kita semua selaku umatNya. Atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa” ini tanpa menghadapi
kesulitan yang berarti. Sholawat beserta salam penulis curah limpahkan kepada
Nabi Besar Muhammad Saw. yang menuntun penulis dari kegelapan menuju jalan
yang lurus.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak H.


Nunuh Abdul Aziz, M.Pd selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa” ini. Penulisn
juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini baik dukungan moril maupun
dukungan materil. Tanpa dukungan tersebut, tentu makalah ini tidak dapat selesai
tepat pada waktunya.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk


itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas makalah yang masih jauh dari
kata sempurna ini. Masukan baik kritik maupun saran, penulis terima dengan
tangan terbuka. Semoga dengan makalah yang ala kadarnya ini, dapat
memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Akhir kata.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Cianjur, 18 Maret 2018

Penulis

i
Daftar Isi Halaman

Kata Pengantar……………………………………………………..……..i

Daftar Isi…………………………………………………………….........ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..………..1

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………..2

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………2

BAB II Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

2.1 Pengertian Sikap Toleransi………………………………………..…3

2.2 Pentingnya Perilaku Toleransi……………………………………….3

2.3 Jenis-Jenis Toleransi………………………………………………….5

2.4 Menghindarkan Diri Dari Perilaku Tindak Kekerasan……………….6

2.5 Bentuk-Bentuk Sikap Toleransi………………………………………8

2.6 Hikmah Sikap Toleransi………………………………………………10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………12

Daftar Pustaka……………………………………………………………..13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata toleransi bukanlah kata yang asing untuk didengar. Toleransi sering
dikaitkan dengan kehidupan bermasyarakat atau bersosial sehari-hari. Toleransi
menjadi kunci penting akan keharmonisan hubungan antar individu maupun antar
kelompok. Tanpa adanya toleransi, hubungan antar individu maupun antar
kelompok sukar untuk terjalin secara baik.

Akhir-akhir ini, nilai kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat
mulai terkikis, mengalami degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika sudah ada
gelaja mulai luntur dalam pemahaman dan pengamalan masyarakat. Ini bisa
dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah seperti kasus Poso,
Ambon, dan Sampang yang mengatasnamakan agama ini bahkan disinyalir telah
mengancam terjadinya disintegrasi (perpecahan) bangsa
(Kemendikbud,2014:187).

Sebagai umat Muslim, toleransi pun penting untuk diamalkan. Bukan saja
dengan yang berbeda keyakinan, ketika berkomunikasi dengan yang satu
keyakinan saja tidak dipungkiri dapat mengakibatkan konflik. Konflik yang
berkelanjutan dapat membuat perpecahan. Maka dari itu, toleransi sangat penting
untuk diamalkan oleh umat Muslim terhadap saudara Muslim lainnya dan juga
yang Non Muslim, demi menjaga persatuan dan kesatuan khususnya di negara
kita tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan di atas, penulis merumuskan uraian-uraian tersebut


menjadi beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1
2

1. Apa yang dimaksud dengan sikap toleransi?


2. Mengapa toleransi sangat penting untuk dilakukan umat Muslim?
3. Apa yang terjadi jika umat Muslim tidak melakukan sikap toleransi?

1.3 Tujuan Penelitian

Makalah yang berjudul “Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa” ini


memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan tersebut sebagai berikut.

1. Mengetahui arti penting dari sikap toleransi.


2. Mengetahui dalil yang memerintahkan umat Muslim untuk melaksanakan
sikap toleransi.
3. Sikap toleransi dapat menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
4. Memberi contoh sikap toleransi yang dapat dilaksanakan di kehidupan
sehari-hari.
5. Membiasakan diri untuk melaksanakan sikap toleransi terhadap saudara
Muslim maupun saudara Non Muslim.

1.4 Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, makalah yang berjudul “Toleransi Sebagai Alat


Pemersatu Bangsa” ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.

1. Menjadi sumber referensi penerapan sikap toleransi di kehidupan sehari-


hari.
2. Membiasakan diri dengan sikap toleransi sebagai sikap yang penting untuk
diamalkan di kehidupan sehari-hari.
3. Mewujudkan kemananan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan akibat
dari dilaksanakannya sikap toleransi.
BAB II

TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

2.1 Pengertian Sikap Toleransi

Toleransi adalah kelapangan dada dalam arti suka rukun kepada siapapun,
membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain tak mau mengganggu
kebebasan berpikir dan berkeyakinan lain (Desi,2002:391)

Toleran adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,


membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri (Desi,2002:391).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap toleransi adalah sikap tenggang ras
dengan cara membiarkan orang lain berpendapat maupun berkeyakinan yang
bertentangan dengan keyakinan yang kita anut.

2.2 Pentingnya Perilaku Toleransi

Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-


kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati
dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di
antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi juga merupakan awal dari
sikap menerima bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan
harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan. Misalnya, perbedaan ras, suku,
agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaantersebut,
diharapkan manusia bisa mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan
yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan
kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat
yang lainnya (Kemendikbud, 2014:188).

3
4

Terkait pentingnya toleransi, Allah Swt. menegaskan dalam firman-Nya


Q.S Yunus/10 : 40-41 sebagai berikut.

Artinya : “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya


Al-Qur’ān), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman
kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (Q.S. Yūnus/10: 40)

“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah,


Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yūnus/10: 41)

Q.S. Yūnus/10: 40Allah Swt. menjelaskan bahwa setelah Nabi


Muhammad Saw. berdakwah, ada orang yang beriman kepada al-Qur’ān dan
mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang disampaikan, tapi ada
juga yang tidak beriman dan mereka mati dalam kekafiran.

Pada Q.S. Yūnus/10: 41Allah Swt. memberikan penegasan kepada rasul-


Nya, bahwa jika mereka mendustakanmu, katakanlah bahwa bagiku pekerjaanku,
dan bagi kalian pekerjaan kalian, kalian berlepas diri dari apa yang aku kerjakan
dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan. Allah Swt. Mahaadil dan
tidak pernah ẓalim, bahkan Dia memberi kepada setiap manusia sesuai dengan apa
yang diterimanya.

Dari penjelasan ayat tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut.

1. Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad. Saw.


terbagi menjadi 2 golongan. Ada umat yang beriman terhadap
5

kebenaran kerasulan dan kitab suci yang disampaikannya dan ada pula
golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi Muhammad Saw.
dan tidak beriman kepada Al-Qur’an.
2. Allah Swt. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang beriman
yang selama hidup di dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya.
3. Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya.
Ia tegar meskipun hidup di tengah-tengah orang yang berbeda/

Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan


toleransi. Cara menghargai perbedaan dan toleransi antara lain tidak mengganggu
aktivitas keagamaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda:

Artinya: Dari Ibn Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,


“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka
terhadap sesama saudaranya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang
paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.” (HR. Attirmizy)

2.3 Jenis-Jenis Toleransi

Dengan adanya sikap toleransi atau tasamuh, perbedaan baik suku, ras,
bangsa, gender, profesi, maupun agama dapat bersatu tanpa menimbulkan konflik
akibat perbedaan yang ada.

Berdasarkan kepercayaan beragama, toleransi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Toleransi inter umat beragama: yaitu sikap saling menghormati antara


sesama manusia yang sama agama dan keyakinannya. Contohnya adalah
6

toleransi sesama umat muslim atau tolerasi sesama umat Kristen. “Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri. ” (HR. Bukhari dan Muslim) (Info
Dakwah Islam, 2013).

2. Toleransi antar umat beragama: yaitu sikap saling menghormati dan


menghargai pemeluk agama lain atau penganut kepercayaan lain diluar
kepercayaan kita. Contohnya adalah toleransi umat islam dengan umat
Kristen (Guru Siaga,2017). Tidak disalahkan apabila umat Muslim
menjalin kerjasama bahkan bersahabat dengan umat Non Muslim. Namun,
tidak dibenarkan untuk bekerja sama dalam urusan ibadah sebagaimana
Q.S Al-Kafirun : 6 yang artinya “Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku.” (Doa Muslim, 2012)

2.4 Menghindarkan Diri Dari Perilaku Tindak Kekerasan

Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut,
manusia dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan
persahabatan dan permusuhan. Dengannya pula manusia bisa mencapai
kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan
oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan manusia kepada kesempurnaan.
Namun sebaliknya, jika nafsu di luar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan
manusia ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Permusuhan berasal dari
rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana cinta, benci pun
berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di antara
manusia terkadang karena kedengkian pada hal-hal duniawi seperti pada kasus
Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara-saudaranya.
Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.Islam
melarang perilaku kekerasan terhadap siapa pun. AllahSwt.
berfirman:
7

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh
orang lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua
manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara
mereka setelah itu melampaui batas di bumi.”(Q.S. al-Māidah/5: 32).

Allah Swt. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa


pembunuhan Qabil terhadap Habil, Allah Swt. menetapkan suatu hukum bahwa
membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh seluruh manusia. Begitu
juga menyelamatkan kehidupan seorang manusia, sama dengan menyelamatkan
seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial di mana masyarakat
bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu-individu masyarakat merupakan
anggota tubuh tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh
yang lainnya pun ikut merasakan sakit.

Begitu juga apabila seseorang berani mencemari tangannya dengan darah

orang yang tak berdosa, maka pada hakikatnya dia telah membunuh manusia
manusia lain yang tak berdosa. Dari segi sistem penciptaan manusia, terbunuhnya
Habil telah menyebabkan hancurnya generasi besar suatu masyarakat, yang bakal
tampil dan lahir di dunia ini. Al-Qur’ānmemberikan perhatian penuh terhadap
perlindungan jiwa manusia dan menganggap membunuh seorang manusia, sama
dengan membunuh sebuah masyarakat.
8

Pengadilan di negara-negara tertentu menjatuhkan hukuman qisas, yaitu


membunuh orang yang telah membunuh. Di Indonesia juga pernah dilakukan
hukuman mati bagi para pembunuh.

Dalam Q.S. al-Māidah/5: 32terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik.

1. Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan


orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling
berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata rantai akan
mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
2. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan
seorang manusia dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah
masyarakat, tetapi keputusan pengadilan untuk melakukan eksekusi
terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan sumber
kehidupan masyarakat.
3. Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan
penyelamatan jiwa manusia, seperti dokter, perawat, polisi harus
mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan
orang yang sakit dari kematian bagaikan menyelamatkan sebuah
masyarakat dari kehancuran.

Tugas kita bersama adalah menjaga ketenteraman hidup dengan cara


mencintai tetangga, orang-orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang
melakukan perilaku-perilaku yang dapat merugikan orang lain, termasuk
menyakitinya dan melakukan tindakan kekerasan kepadanya.Di Indonesia ada
hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan, termasuk
kekerasan kepada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002
dan UU No. 23 Tahun 2004.

2.5 Bentuk-Bentuk Sikap Toleransi

Bentuk- bentuk tasamuh dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain :


9

1. Tidak menggangu ketenangan tetangga, Rasulullah SAW bersabda :


“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah
tidak beriman.” Saat itu beliau ditanya “Ya Ya Rasullah siapakah yang
tidak beriman itu “Rasulullah saw Bersabda ‘ (yakni) orang yang
tetangganya tidak merasa nyaman karena gangguannya. (H.R.
Bukhori). Hadits tersebut  menjelaskan bahwa pengakuan iman
seseorang tidak sempurna apabila masih suka menganggu ketenagan
tenangganya, baik dengan ucapan yang jelek maupun perbuatan.

2. Tidak melarang tetangga apabila ingin memanam pohon dibatas


kebunnya Rasulullah saw Bersabda : “Janganlah seorang tetangga
melarang tetangganya apabila ia ingin menanam pohon dibatas
kebunnya.” (H.R. Bukhari).

3. Menyukai sesuatu untuk tetangganya, sebagaimana ia suka untuk


dirinya sendiri. Rasulullah Saw. bersabda “Demi Dzat yang aku berada
di dalam kekuasannya, tidaklah seorang beriman sehingga ia menyukai
buat tetangganya atau saudara sesuatu yang ia sukai buat dirinya
sendiri.” (H.R. Muslim).

Adapun dampak positif dari diamalkannya perilaku toleransi atau tasamuh


dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut.

1. Memuaskan batin orang lain karena dapat mengambil haknya


sebagaimana mestinya.

2. Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadikan


semakin eratnya hubungan persaudaraan dengan orang lain.

3. Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat memperlancar


terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
9

4. Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena


banyak relasi (Info Dakwah Islam,2013). 

Adapun cara untuk membiasakan diri bersikap tasamuh dalam kehidupan,


perlu memperhatian beberapa hal sebagai berikut :
10

1. Berusaha untuk menghormati orang lain, walaupun dirinya ingin


dihormati.

2. Berusaha menghargai kelebihan yang dimiliki orang lain


walaupunsendiri memiliki kelebihan.

3. Tidak selalu melihat kekurangan orang lain tanpa mengingat


kekurangan dirinya (Info Dakwah Islam,2013).

2.6 Hikmah Sikap Toleransi

Berikut ini beberapa hikmah atau manfaat dari sikap toleransi yang diamalkan
di masyarakat:

1. Meghindari Peperangan atau Perpecahan

Belajar menghargai setiap pendapat antar individu bisa menjadi modal


penting untuk menghindarkan perpecahan di dalam kehidupan masyarakat.
Toleransi beragama adalah satu wujud nyata dari sikap menghargai dan
toleransi di kehidupan bermasyarakat. Unsur agama memang menjadi satu hal
yang krusial di mata msyarakat dan sering terjadi konflik.

2. Mempererat Hubungan Antar Manusia

Tidak hanya menghidarkan gejolak perpecahan, sikap toleransi juga bisa


membuat hubungan antar manusia menjadi lebih erat. Kegiatan bertukar
pikiran dan pendapat untuk menghasilkan satu keputusan adalah tanda bahwa
masyarakat sudah bisa menjalankan hidup bertoleransi.

3. Memperkuat Iman
10

Setiap agama mengajarkan sikap toleransi antar umat lain yang beragama
berbeda. Iman adalah satu tonggak dalam menciptakan masyarakat
11

bertoleransi. Menerapkan Iman dalam setiap tindakan juga satu tanda bahwa
sikap toleransi berhasil diaplikasikan.

4. Menimbulkan Rasa Cinta Terhadap Negara

Manfaat Dari Sikap Toleransi Dalam Kehidupan Sehari-Hari lainnya


adalah bisa meningkatkan rasa cinta kepada negeri sendiri. Landasan utama
negara besar dan kuat adalah adanya sikap rasa toleransi antar masyarakat.
Nantinya sikap nasionalisme akan mengikuti muncul dari belakang setelah
sikap toleransi berhasil diterapkan dalam hidup.

5. Dapat Menyelesaikan Masalah Dengan Cara Musyawarah

Masyarakat Indonesia sudah mengenal kata musyawarah, namun dalam


kenyataannya masih ada beberapa masalah yang sulit diselesaikan dengan
musyawarah. Kurangnya sikap menghargai dan toleransi menjadi pemicu
terjadinya konflik. Maka dari itu dibutuhkan sikap toleransi di kehidupan
sehari-hari supaya pemutusan satu masalah bisa melalui langkah musyawarah
mufakat.

6. Dapat Mengendalikan Sikap Egois

Kurangnya sikap toleransi antar manusia bisa diakibatkan adanya rasa


egois yang terlalu tinggi. Dibutuhkan pengendalian rasa egois disetiap insan
manusia agar nantinya tidak terjadinya konflik atas nama persoalan pribadi
(Pengayaan,2015).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah yang berjudul “Toleransi


Sebagai Alat Pemersatu Bangsa” ini adalah sebagai berikut.

1. Toleransi adalah sikap tenggang ras dengan cara membiarkan orang lain
berpendapat maupun berkeyakinan yang bertentangan dengan keyakinan
yang kita anut.
2. Toleransi sangat penting untuk diamalkan karena dapat mempersatukan
perbedaan yang ada sehingga mencegah terjadinya konflik dan
perpecahan.
3. Toleransi dapat dilakukan kepada umat interagama dan antar beragama.
4. Toleransi dengan sesama umat Muslim sangat penting untuk dilakukan
karena dapat menjaga keutuhan agama Islam.
5. Toleransi antar umat beragama dapat dilakukan baik dengan menjalin
kerja sama bahkan bersahabat, namun tidak dibenarkan untuk bekerja
sama dalam urusan ibadah.
6. Sikap toleransi dapat mencegah dari perbuatan tindak kekerasan.
7. Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk bertoleransi dengan tetangga
salah satunya dengan cara tidak mengganggu ketenangan tetangga.
8. Sikap toleransi dapat memperluas peluang mencari rizki.
9. Toleransi dapat dilakukan dengan cara menghargai perbedaan orang lain
dengan diri sendiri.
10. Sikap toleransi dapat menghilangkan sifat egois dalam diri setiap orang

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Desi. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Modern Untuk: SD, SLTP, SMU,

dan Umum. Surabaya: Amelia.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Pendidikan

Agama Islam Dan Budi Pekerti SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas XI. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

http://www.doamuslim.com/bacaan-surat-al-kafirun/

https://gurusiaga.com/qa/sebutkan-jenis-jenis-toleransi/

https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/25/macam-macam-tasamuh-

atau-toleransi/

http://pengayaan.com/manfaat-dari-sikap-toleransi-dalam-kehidupan-sehari-hari/

http://www.surat-yasin.com/2015/04/surat-yunus-ayat-40-41-dan-artinya.html

13

Anda mungkin juga menyukai