DISUSUN OLEH
KELOMPOK II XII DPIB :
MOHD.NAUVAL A.P
HASDANIA
MUHIBBIN ZIKRA
EVAN
GURU : NURJAENI, S, Ag
Makalah yang kami buat berisikan materi tentang “Meraih Kasih Allah Dengan
Ihsan “. Salam makalah ini akan dibahaspengertian Ihsan, wujud dan aspek Ihsan,
serta hikmah dan manfaat Ihsan.
Demikianlah sebagai pengantar kata dengan harapan semoga makalah ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat umum. Aamiin.
Kelompok II
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan makalah............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian ihsan.............................................................................................................3
2.2 Wujud atau aspek dalam ihsan......................................................................................5
2.3 Hikmah dan manfaat ihsan............................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
LATAR BELAKANG
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebalinya, seorang hamba yang tidak mampu
mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki
posisi terhormat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam
pun sangat menaruh perhatian akan hal ini,sehingga seluruh ajaran-ajarannya
mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang
mulia.
Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang
memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang seharusnya
dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena,
islam dibangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang
telah diterangkan oleh Rasulullah Saalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Perumusan masalah yang akan dibuat oleh kami selama pembuatan makalah
adalah sebagai berikut :
a) Apakah yang dimaksud dengan ihsan?
b) Apa sajakah wujud atau aspek dalam ihsan?
c) Apa hikmah dan manfaat ihsan?
PEMBAHASAN
Ihsan berasal dari kata َح ُسَنyang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya ِاْح َس ْن, yang artinya kebaikan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
dalam Al-Qur’an mengenai hal ini :
ِاْن َاْح َس ْنُتْم َاْح َس ْنُتْم َاِلْنُفِس ُك ْم ۗ َو ِاْن َاَس ْأُتْم َفَلَه ۗا َف ِاَذ ا َج ۤا َء َو ْع ُد اٰاْل ِخ َرِة ِلَيۤٗس ُٔـ ْو ا ُو ُج ْو َهُك ْم
)7( َو ِلَيْد ُخ ُلوا اْلَم ْس ِج َد َك َم ا َد َخ ُلْو ُه َاَّو َل َم َّر ٍة َّو ِلُيَتِّبُرْو ا َم ا َع َلْو ا َتْتِبْيًرا
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahataan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila dating
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untu
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-
habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S Al-Isra/17:7)
َو ٱْبَتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰى َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱْل َء اِخَر َةۖ َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ْنَياۖ َو َأْح ِس ن َك َم ٓا َأْح َس َن
ٱُهَّلل ِإَلْيَك ۖ َو اَل َتْبِغ ٱْلَفَس اَد ِفى ٱَأْلْر ِضۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْفِس ِد يَن
Artinya : “Dan carilah pada yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al-Qashash 28:77)
Ihsan adalah mashdar dari َاْح َس ُن ٌيْح ِس ُنyang memiliki dua makna :
1. Pertama, kata Ahsana itu bersifat transitif dengan sendirinya. Seperti ucapan
َاْح َس ْنُت َك َذ ا yang artinya adalah ( َح َّس ْنُتُهaku membaguskannya) dan َك َّم ْلُتُه ( aku
menyempurnakannya).
اإلْح سآ ُن َاْن َتْع ُبَد َهللا َك َاْنَك َتَر اُه َفإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفإّنُه َيَر اَك
“Ihsan yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika
kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” (H.R Muslim,
Kitab Iman 1/37).
2. Makna kedua adalah bersifat transitif dengan huruf jar إليseperti ucapan َاَس ْنُت
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam
ihsan.
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis
ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan
mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-
ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga
dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa
bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba
merasakan Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan
ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut
akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah
Salallahu’Alaihi Wasallam yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyebut nama Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah
luas. Maka, selain itu ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya
adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik
anak, menyenagkan istri, meniatkan setiap yang mubah untuk mendapatkan ridha
Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu’Alaihi
Wasallam menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu
senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada surah
An-Nisa ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut,
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan yaitu sebagai berikut :
Berbuat baik kepada kedua orang tua ialah dengan cara mengasihi, memelihara,
dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka
selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka telah
berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian
penuh dan belas kasih. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan anak-anak
ketika masih lemah. Jika demikian apakah tidak semestinya orang tua mendapat
perlakuan baik pula sebagai imbalan dari budi baiknya tulus itu? Sedangkan Allah
Menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk ihsan kepada mereka,
bahkan Allah Subhaahu Wa Ta’ala menyamakan seseorang yang memutuskan
hubungan silataturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Subhaahu Wa Ta’ala
berfirman, : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa di muka bumi ini daan
memutuskan hubungan kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22)
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara
hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim,
di antaranya adalah sabda Rasulullah Salallahu’Alaihi Wasallam : “Aku dan orang
yang memelihara anak yatim (kedudukannya) di surga kelak akan seperti ini…
(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengah beliau Salallahu’Alaihi Wasallam
serta agak merenggangka keduanya).” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud dan At-
Tirmizi).
Berbuat ihsan kepada fakir miskin ialah dengan memberikan bantuan kepada
mereka terutama ada saat mereka mendapatkan kesulitan. Rasulullah bersabda :
Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga
yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang
berada jauh dari rumah. Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar
pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had dan
sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam kategori tetangga. Seorang tetangga kafir
mempunyai hak sebagai tetangga saja tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak,
yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedangkan tetangga muslim dari kerabat
mempunyai tiga haak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan sebagai kerabat.
Ihsan kepada tamu, secara umum adalah dengan menghormati dan menjamunya.
Rasulullah Salallahu’Alaihi Wasallam bersabda : “Barangsiapa beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali
Nasa’i). Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil
(orang dalam perjalan jauh). Cara berbuat ihsan terhdap ibnu sabil dengan memenuhi
kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjuki jalan jika
ia minta dan sebagainya.
Kepala karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita,
termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayarr upah
mereka sebelum keringat mereka kering (segera), tidak membebani mereka dengan
sesuatu yang mereka tidak sanggup melakukannya. Secara umum kita juga harrus
menghormati dan menghargai profesi mereka.
Ihsan dalam aklah sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalh.
Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan
ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadis yang telah
dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya,
dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat
kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak
ihsan dalam ibadah Pada akhirnya, ia akan berubah akhlak atau perilaku, sehingga
mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam
perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat niali ihsan pada diri seseorang “Yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya” maka kita akan menemukannya dalam muamalah
kehidupannya. Bagaimana ia bermualah dengan sesame manusia, lingkungannya,
pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Raulullah mengatakan dalam sebuah hadis : ”Aku diutus hanyalahdemi
menyempurnakannya akhlak yang mulia.”
“Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan” adalah janji Allah dalam Al-Qur’an.
Berbuat ihsan adalah tuntunan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang
dapat hidup sendiri, maka Allah menjadian saling berbuat baik sebagai sebuah
keniscayaan, Berbuat baik (ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya
(balasan) dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Subhaahu Wa Ta’ala
membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua manusia diberi
“nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik.
Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan ihsan ialah
semua perbuatan baik kepada Allah Subhaahu Wa Ta’ala dan kepada sesame
makhluk ciptaany-Nya. Seecara ringkas perilaku tersebut ialah :
3.1 Kesimpulan
Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh keihklasan, yang digambarkan dalam
hadis seakan-akan kita melihat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau setidaknya merasa
dilihat Allah Subhanahu Wa Ta’ala ihsan mencakup ibadahritul dan berbuat baik
kepada semua makhluk hidup dengan ikhlas. Rasulullah menegaskan bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh kita berlaku ihsan dalam segala hal dan kepada
semua makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental, ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
Berbuat baik (ihsan) kepada siapapun, akan menjadi sebab terjadinya “balasan”
dari kebaikan yang dilakukan, karena demikianlah Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menjadikan aturan bagi makhluk-makhluk-Nya (sunnahtullah), bahwa kebaikan akan
dibalas kebaikan juga.
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjaid target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebab ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam ibadah,
muamalah dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada
tingkat tersebut. Siapapun kita, apapunprofesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih
mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh
sisi dan nilai hidupnya.
http://www.aldakwah.org/artikel-islam/manhaj/15-dasar-dasar-perilakubijak.html?
star=2
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091129234250AAUSb5G
http://www.dakwatuna.com/2008/02/385/ihsan/
http://ichapedeh.wordpress.com2012/01/25/pengertian-ihsan/