Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MERAIH KASIH ALLAH DENGAN IHSAN”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II XII DPIB :

MOHD.NAUVAL A.P
HASDANIA
MUHIBBIN ZIKRA
EVAN

GURU : NURJAENI, S, Ag

UPT SMKN 1 LUWU UTARA


Jln. Trans Sulawesi Lorong Tani Sawit, Bone-Bone, Kec. Bone-Bone, Kab.
Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan, Kode pos : 92966
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan pada kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam. Selain itu makalah ini
dibuat yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Sunhanahu
Wa Ta’ala.

Makalah yang kami buat berisikan materi tentang “Meraih Kasih Allah Dengan
Ihsan “. Salam makalah ini akan dibahaspengertian Ihsan, wujud dan aspek Ihsan,
serta hikmah dan manfaat Ihsan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik


pada teknis penulisan maupun materi yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik da saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah sebagai pengantar kata dengan harapan semoga makalah ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat umum. Aamiin.

Bone-Bone, 11 Januari 2024

Kelompok II

Meraih kasih Allah dengan Ihsan ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan makalah............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian ihsan.............................................................................................................3
2.2 Wujud atau aspek dalam ihsan......................................................................................5
2.3 Hikmah dan manfaat ihsan............................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

Meraih kasih Allah dengan Ihsan iii


BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebalinya, seorang hamba yang tidak mampu
mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki
posisi terhormat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam
pun sangat menaruh perhatian akan hal ini,sehingga seluruh ajaran-ajarannya
mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang
mulia.

Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang
memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang seharusnya
dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena,
islam dibangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang
telah diterangkan oleh Rasulullah Saalallahu ‘Alaihi Wasallam.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibuat oleh kami selama pembuatan makalah
adalah sebagai berikut :
a) Apakah yang dimaksud dengan ihsan?
b) Apa sajakah wujud atau aspek dalam ihsan?
c) Apa hikmah dan manfaat ihsan?

Meraih kasih Allah dengan Ihsan iv


1.3 Tujuan penulisan makalah

Tujuan penulisan makalah yang kami buat sebagai berikut :


a) Pembaca akan mengetahui tentang ihsan
b) Pembaca akan mengetahui wujud atau aspek dalam ihsan
c) Pembaca akan mengetahui hikmah dan manfaat ihsan

Meraih kasih Allah dengan Ihsan v


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ihsan

Ihsan berasal dari kata ‫ َح ُسَن‬yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya ‫ِاْح َس ْن‬, yang artinya kebaikan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
dalam Al-Qur’an mengenai hal ini :

‫ِاْن َاْح َس ْنُتْم َاْح َس ْنُتْم َاِلْنُفِس ُك ْم ۗ َو ِاْن َاَس ْأُتْم َفَلَه ۗا َف ِاَذ ا َج ۤا َء َو ْع ُد اٰاْل ِخ َرِة ِلَيۤٗس ُٔـ ْو ا ُو ُج ْو َهُك ْم‬
)7( ‫َو ِلَيْد ُخ ُلوا اْلَم ْس ِج َد َك َم ا َد َخ ُلْو ُه َاَّو َل َم َّر ٍة َّو ِلُيَتِّبُرْو ا َم ا َع َلْو ا َتْتِبْيًرا‬

Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahataan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila dating
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untu
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-
habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S Al-Isra/17:7)

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Q.S Al-Qashash ayat 77 :

‫َو ٱْبَتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰى َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱْل َء اِخَر َةۖ َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ْنَياۖ َو َأْح ِس ن َك َم ٓا َأْح َس َن‬
‫ٱُهَّلل ِإَلْيَك ۖ َو اَل َتْبِغ ٱْلَفَس اَد ِفى ٱَأْلْر ِضۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْفِس ِد يَن‬
Artinya : “Dan carilah pada yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al-Qashash 28:77)

Meraih kasih Allah dengan Ihsan vi


Ibnu katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah
Subhanau Wa Ta’ala. Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa
menjadi target seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan
kita yang sosok yang mendapakan kemuliaan dari-Nya.

Ihsan adalah mashdar dari ‫ َاْح َس ُن ٌيْح ِس ُن‬yang memiliki dua makna :
1. Pertama, kata Ahsana itu bersifat transitif dengan sendirinya. Seperti ucapan

‫َاْح َس ْنُت َك َذ ا‬ yang artinya adalah ‫( َح َّس ْنُتُه‬aku membaguskannya) dan ‫َك َّم ْلُتُه‬ ( aku
menyempurnakannya).

‫اإلْح سآ ُن َاْن َتْع ُبَد َهللا َك َاْنَك َتَر اُه َفإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفإّنُه َيَر اَك‬
“Ihsan yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika
kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” (H.R Muslim,
Kitab Iman 1/37).

Makna ini kembali kepada membaguskan ibadah dan menyempurnakannya,


melaksanakan ibadah sebagaimana yang dicintai Allah dalam bentuk yang paling
sempurna, dengan merasakan muraqabah Allah didalamnya, menghdirkan
keagungan-Nya disaat memulai dan mengakhirinya.

2. Makna kedua adalah bersifat transitif dengan huruf jar ‫ إلي‬seperti ucapan ‫َاَس ْنُت‬

‫ إَلي ُفألِن‬artinya saya telah menyampaokan kebaikan atau manfaat kepadanya.


Jadi maknanya adalah menyampaikan berbagai macam manfaat kepada makhluk,
masuk kedalam makna ini berbuat baik (ihsan) kepada hewan.

Meraih kasih Allah dengan Ihsan vii


2.2 Wujud atau aspek dalam ihsan

Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam
ihsan.

1. Ibadah

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis
ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan
mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-
ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga
dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa
bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba
merasakan Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan
ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut
akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah
Salallahu’Alaihi Wasallam yang berbunyi,

“Hendaklah kamu menyebut nama Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah
luas. Maka, selain itu ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya
adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik
anak, menyenagkan istri, meniatkan setiap yang mubah untuk mendapatkan ridha
Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu’Alaihi
Wasallam menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu
senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.

Meraih kasih Allah dengan Ihsan viii


2. Muamalah

Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada surah
An-Nisa ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutu-Nya dengan sesuatupun dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat maupun jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu.”

Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan yaitu sebagai berikut :

1. Ihsan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Yaitu berlaku ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah SubhanahubWa


Ta’ala, baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual),
seperti salat, puasa, dan sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut dengan
ibadah gairu mahdah (ibadah sosial), seperti belajar-mengajar, berdagang, makan,
tidur, dan semua perbuatan manusia yag tidak bertentangan dengan aturan agama.
Berdasarkan hadis tentan ihsan di atas, ihsan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
mengandung dua tingkatan berikut ini :

a. Beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala seakan-akan melihat-Nya. Keadaan


ini merupakan tingkatan ihsan paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan
diri kepada-Nya.
b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala
melihatnya. Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan pertama,
karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman. Kedua
jenis ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakuya kepada puncak keikhlasan
dalam beribadah kepada Allah Subhanhu Wa Ta’ala jauh dari motif riya.

Meraih kasih Allah dengan Ihsan ix


2. Ihsan kepada sesama makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Dalam Q.S Al-Qasash/28:77 Allah berfirman “…dan berbuat baiklah (kepada


orang lain) sebagaiman Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” Dari berbgai ayat dan hadis, berbuat kebajikan (ihsan)
kepada sesame makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala meliputi seluruh alam raya
Ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut :

a. Ihsan kepada orang tua

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Dan tuhanmu telah memerintahkan


supaya kamu tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah serang di antara keduanya atau
kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perketaan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” Dan
ucapkanlah : “Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua mendidik aku di waktu kecil.” (Q.S Al-Isra’/17:24). Dalam sebuah
hadisriwayat At-Tirmizi, dari Abdulah bin Umar, Rasuluullah Salallahu’Alaihi
Wasallam bersabda “Keridaan Allah berada pada keridaan orang tua, dan
kemurkaan Allah berada pada kemurkaan orang tua.” (HR At-Tirmizi).

Berbuat baik kepada kedua orang tua ialah dengan cara mengasihi, memelihara,
dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka
selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka telah
berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian
penuh dan belas kasih. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan anak-anak
ketika masih lemah. Jika demikian apakah tidak semestinya orang tua mendapat
perlakuan baik pula sebagai imbalan dari budi baiknya tulus itu? Sedangkan Allah

Meraih kasih Allah dengan Ihsan x


Subhanahu Wa Ta’ala telah menegeskan dalam firman-Nya : “Tidak ada balasan
kebaikan kecuali kebaikan (pula).”

b. Ihsan kepada kerabat karib

Menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk ihsan kepada mereka,
bahkan Allah Subhaahu Wa Ta’ala menyamakan seseorang yang memutuskan
hubungan silataturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Subhaahu Wa Ta’ala
berfirman, : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa di muka bumi ini daan
memutuskan hubungan kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22)

Silaturahmi merupakan kunci mendapatkan keridaan Allah Subhaahu Wa Ta’ala


sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah
karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam hadis Qudsi, Allah Subhaahu Wa
Ta’ala berfirman “Aku adalah Allah, akulah adalah Rahman, dan aku telah
menciptakan rahim yang kuberi nama bagian dari nama-Ku. Maka, barangsiapa
yang menyambungnya, akan kusambungkan pula bagiannya dan barangsiapa yang
memutuskannya,akan kuputuskan hubunganku dengannya.” (HR. At-Tirmizi).

c. Ihsan kepada anak yatim

Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara
hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim,
di antaranya adalah sabda Rasulullah Salallahu’Alaihi Wasallam : “Aku dan orang
yang memelihara anak yatim (kedudukannya) di surga kelak akan seperti ini…
(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengah beliau Salallahu’Alaihi Wasallam
serta agak merenggangka keduanya).” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud dan At-
Tirmizi).

d. Ihsan kepada fakir miskin

Berbuat ihsan kepada fakir miskin ialah dengan memberikan bantuan kepada
mereka terutama ada saat mereka mendapatkan kesulitan. Rasulullah bersabda :

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xi


“Orang-orang yang menolong janda dan fakir miskin, seperti orang yang berjuang
di jalan Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

e. Ihsan kepada tetangga

Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga
yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang
berada jauh dari rumah. Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar
pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had dan
sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam kategori tetangga. Seorang tetangga kafir
mempunyai hak sebagai tetangga saja tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak,
yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedangkan tetangga muslim dari kerabat
mempunyai tiga haak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan sebagai kerabat.

Rasulullah Salallahu’Alaihi Wasallam bersabda : “Demi Allah, tidak beriman,


demi Allah, tidak beriman.” Para sahabat bertanya : “Siapakah yang tidak beriman,
ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Seseorang yang tidak aman tetangganya dari
gangguannya.” (HR. Al-Syaikhani). Pada hadis yang lain, Rasulullah
Salallahu’Alaihi Wasallam bersabda : “Tida beriman kepadaku barangsiapa yang
kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, paahal ia
mengetahuinya.” ( HR. At-Tabrani).

f. Ihsan kepada tamu

Ihsan kepada tamu, secara umum adalah dengan menghormati dan menjamunya.
Rasulullah Salallahu’Alaihi Wasallam bersabda : “Barangsiapa beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali
Nasa’i). Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil
(orang dalam perjalan jauh). Cara berbuat ihsan terhdap ibnu sabil dengan memenuhi
kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjuki jalan jika
ia minta dan sebagainya.

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xii


g. Ihsan kepada karyawan/pekerja

Kepala karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita,
termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayarr upah
mereka sebelum keringat mereka kering (segera), tidak membebani mereka dengan
sesuatu yang mereka tidak sanggup melakukannya. Secara umum kita juga harrus
menghormati dan menghargai profesi mereka.

h. Ihsan kepada sesama manusia

Rasulullah Salallahu’Alaihi Wasallam bersabda : “Barangsiapa beriman kepada


Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim). Wahai manusia, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai
satu sama lain dalam pergaulan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah
kemungkaran, menunjuki jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang dia tidak bisa,
mengakui hak-hak mereka, dan tidak menganggu mereka dengan tidak melakukan
hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.

i. Ihsan kepada binatang/hewan

Berbuat ihsan kepada binatang/hewan adalah dengan memberinya makan jika ia


lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak
menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat
menyembelih, hendaklah menyembelihnya dengan cara baik.

j. Ihsan kepada alam sekitar

Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk


kepentingan kelestarian hidup alam dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan
secara bertanggungjawab. Allah Subhaahu Wa Ta’ala berfirman : “…dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qasas/28:77).

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xiii


3. Akhlak

Ihsan dalam aklah sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalh.
Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan
ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadis yang telah
dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya,
dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat
kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak
ihsan dalam ibadah Pada akhirnya, ia akan berubah akhlak atau perilaku, sehingga
mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam
perilaku dan karakternya.

Jika kita ingin melihat niali ihsan pada diri seseorang “Yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya” maka kita akan menemukannya dalam muamalah
kehidupannya. Bagaimana ia bermualah dengan sesame manusia, lingkungannya,
pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Raulullah mengatakan dalam sebuah hadis : ”Aku diutus hanyalahdemi
menyempurnakannya akhlak yang mulia.”

2.3 Hikmah dan manfaat ihsan

“Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan” adalah janji Allah dalam Al-Qur’an.
Berbuat ihsan adalah tuntunan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang
dapat hidup sendiri, maka Allah menjadian saling berbuat baik sebagai sebuah
keniscayaan, Berbuat baik (ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya
(balasan) dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Subhaahu Wa Ta’ala
membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua manusia diberi
“nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik.

Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan ihsan ialah
semua perbuatan baik kepada Allah Subhaahu Wa Ta’ala dan kepada sesame
makhluk ciptaany-Nya. Seecara ringkas perilaku tersebut ialah :

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xiv


1. Melakukan ibadah ritual (salat, zikir, dan sebagainya) dengan penuh kekhusyukan
dan keikhlasan.
2. Birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua) dengan mengikuti semua
keinginannya jika memugkinkan, dengan syarat tidak bertetangan dengan aturan
Allah Subhaahu Wa Ta’ala.
3. Menjalin hubungan baik dengan kerabat.
4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
5. Berbuat baik kepada tetangga dan berbuat baik kepada teman sejawat.
6. Berbuat baik dengan tamu dengan memberikan jamuan dan penginapan sebatas
kemampuan.
7. Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan membayarkan upah sesuai
perjanjian.
8. Membalas semua kebaikan dengan lebih baik.
9. Berlaku baik kepada binatang/hewan, dengan memelihara atau memperlakukannya
dengan baik. Jika menyembelih ataupun membunuh, lakukan dengan adab yang
baik dan tidak ada unsur penganiayan. Menjaga kelestarian lingkungan, baik
daratan maupun lautan dan tidak melakukan tindakan yang merusak.

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xv


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh keihklasan, yang digambarkan dalam
hadis seakan-akan kita melihat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau setidaknya merasa
dilihat Allah Subhanahu Wa Ta’ala ihsan mencakup ibadahritul dan berbuat baik
kepada semua makhluk hidup dengan ikhlas. Rasulullah menegaskan bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh kita berlaku ihsan dalam segala hal dan kepada
semua makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental, ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
Berbuat baik (ihsan) kepada siapapun, akan menjadi sebab terjadinya “balasan”
dari kebaikan yang dilakukan, karena demikianlah Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menjadikan aturan bagi makhluk-makhluk-Nya (sunnahtullah), bahwa kebaikan akan
dibalas kebaikan juga.
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjaid target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebab ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam ibadah,
muamalah dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada
tingkat tersebut. Siapapun kita, apapunprofesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih
mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh
sisi dan nilai hidupnya.

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xvi


DAFTAR PUSTAKA

http://www.aldakwah.org/artikel-islam/manhaj/15-dasar-dasar-perilakubijak.html?
star=2

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091129234250AAUSb5G

http://www.dakwatuna.com/2008/02/385/ihsan/

http://ichapedeh.wordpress.com2012/01/25/pengertian-ihsan/

Meraih kasih Allah dengan Ihsan xvii

Anda mungkin juga menyukai