DISUSUN OLEH:
Rolis Kadama – 2131060069
Candra Andi Prasetyo – 213106015
DOSEN PENGAMPU:
Abd.Qohar, M.Si
KELAS D
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt, karena atas anugrah dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Thaharah & Istinja”. Makalah ini
diharapkan bisa memberikan wawasan dan informasi yang berguna bagi penulis juga berguna
bagi pembaca.
Penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu. Terkhusus untuk
Bapak Abd.Qohar, M.Si selaku dosen dari mata kuliah Fiqih, yang telah memberikan tugas
makalah ini kepada penulis. Dengan demikian, Penulis dan juga bagi para pembaca bisa
Dalam menyusun makalah ini, penulis berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber-sumber dan informasi, baik dari buku-buku yang telah direkomendasikan oleh dosen
Untuk itu saran dan kritik penulis harapkan berkenaan dengan pembuatan makalah ini,
Penulis
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................................................1
Kata Pengantar ......................................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................6
BAB 2 Pembahasan
2.1 Definisi...............................................................................................................................7
2.2 Hukum................................................................................................................................8
2.3 Jenis....................................................................................................................................9
2.4 Alat-alat Thaharah dan Istinja............................................................................................10
2.5 Tata Cara Thaharah dan Istinja..........................................................................................11
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan memiliki
obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan
perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan
materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung
jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin
banyak masalah-masalah muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu,
peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di
masyarakat sekitar.
Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui
dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil
naqli dan dalil aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Fiqih
merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan memiliki obyek dan
kaidah tertentu.
Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan
seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam
lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi
pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah
muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat
sekitar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Thaharah :
Kata Thaharah berasal dari bahasa Arab, secara bahasa kata Thaharah berarti
“kebersihan” atau “bersuci” Sedangkan menurut istilah kata Thaharah adalah mengerjakan
sesuatu yang dengannya kita boleh mengerjakan shalat seperti, wudhu, mandi, tayamum, dan
menghilangkan najis. Menurut syara’ Thaharah adalah suci dari hadast atau najis dengan cara
yang telah ditentukan oleh syara atau menghilangkan najis, yang dapat dilakukan dengan mandi
dan tayamum.
Istinja :
Istinja atau ber-istinja merupakan pengertian dari “menghilangkan bekas kotoran” yang
keluar melalui salah satu lubang baik itu dubur (anus) ataupun kubul (vagina atau penis) seperti
berak atau kencing. Istinja secara bahasa berarti “terlepas” atau “selamat”, sedangkan menurut
pengertian syariat adalah “bersuci” setelah buang air besar atau kecil. Ada lagi istilah istijmar,
yaitu menghilangkan najis dengan batu atau sejenisnya.
2.2 Hukum
Hukum thaharah
Hukum thaharah itu sendiri wajib dan telah disampaikan oleh Allah melalui firmanNya:
"Hai orang-orang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat, maka basuhlah muka dan
tangan kalian sampai siku, dan sapulah kepala kalian, kemudian basuh kaki sampai kedua mata
kaki." (Al-Maidah:6).
"Dan, pakaianmu bersihkanlah." (Al-Muddatstsir:4). "Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (Al-Baqarah:222).
Hukum Istinja
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi mengatakan istinja hukumnya fardhu. Ulama Hanafiyah berkata
bahwa hukum istinja atau aktivitas lain yang menggantikan kedudukannya seperti istijmar adalah
sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sementara itu, Hasan ibn Salim al-
Kaf dalam al-Taqrirat al-Sadidah sebagaimana dijelaskan Rosidin membagi hukum istinja
menjadi 6 jenis. Antara lain sebagai berikut:
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah najis yang kotor lagi basah. Seperti air
seni, madzi, dan kotoran manusia.
2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor. Contohnya
cacing.
3. Mubah: Jika beristinja dari keringat.
4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah kentut.
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab. Istinja hukumny haram
dan tidak sah jika beristinja dengan benda yang dimuliakan seperti buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air zam-zam.
2.3 JENIS
Macam-macam Thaharah :
1. Thaharah Ma’nawiyah
Thaharah Ma’nawiyah merupakan bersuci rohani misalnya membersihkan segala penyakit hati,
iri, dengki, riya, dan lainnya.
2. Thaharah Hissyiah
Thaharah Hissyiah merupakan bersuci Jasmani, atau membersihkan bagian tubuh dari
sesuatuyang terkena najis (segala jenis kotoran) maupun hadas (besar atau kecil).
3. Jenis Air untuk Thaharah
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air bersih (suci dan mensucikan) yang turun
dari langit atau keluar dari bumi dan belum pernah dipakai bersuci, di antaranya:
Air hujan
Air sumur
Air laut
Air sungai
Air salju
Air telaga
Air embun
2.4 ALAT-ALAT THAHARAH & ISTINJA
Alat-alat Thaharah :
1. Air Muthlaq
yaitu air suci yang menyucikan, maksudnya adalah air yang masih murni baik sifat, bau maupun
rasanya, dan dapat dikatakan sebagai air yang benar-benar bebas dari kotoran dan kuman, dalam
hukum fiqh air tersebut disebut dengan air suci yang menyucikan, artinya, air tersebut halal
diminum dan dapat untuk dipakai menghilangkan najis, baik mukhafafah, mutawasithah,
maupun mughaladzah.
2. Air Musyammas
yaitu air yang terjemur sinar matahari, hukumnya suci menyucikan pada benda lain akan tetapi
makruh menggunakannya.
3. Air Musta’mal
yakni air yang sudah dipakai, artinya air yang sudah dipakai untuk menghilangkan hadats kecil
maupun hadats besar. Hukumnya tidak dapat menyucikan dari hadats atau najis , kecuali lebih
dari dua kullah.
4. Air Mutaghayar
yakni air mutlaq yang sudah berubah salah satu dari bau, rasa atau warnanya. Perubahan tersebut
terkadang berubah karena bercampur dengan benda suci, dan terkadang bercampur dengan benda
najis. Apabila air itu berubah karena benda najis maka menjadi air mutanajis.
5. Tanah atau Debu
Tanah atau debu yang suci sebagai pengganti mandi atau wudhu apabila dalam keadaan darurat
yaitu dengan cara tayamum.
6. Batu atau Benda keras
yang suci yang disamakan hukumnya dengan batu, kecuali benda keras yang asalnya dari
kotoran binatang atau manusia. Untuk istinjak atau menyucikan kotoran atau najis.
Alat-alat Istinja :
1. Air
2. Batu
3. Kain
4. Kayu
5. Kertas
6. Daun
7. Kulit kayu atau yang semacamnya.
Yang terpenting adalah benda-benda yang keras, suci dan mampu menghilangkan kotoran
2. Berwudu
Sementara itu, thaharah dengan berwudu menurut syara' adalah untuk menghilangkan hadas
kecil ketika akan salat.Orang yang hendak melaksanakan salat sudah wajib hukumnya
melakukan wudu, karena berwudu merupakan syarat sahnya salat.
Thaharah berwudu juga sama halnya dengan mandi wajib yang diawali dengan membaca niat
wudu seperti ini:
ضاِهللِ تَ َعالَى ِ ث ْاالَصْ غ
ً َْر فَر ِ ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد
ُ نَ َوي
"Nawaitul wudhuu'a liraf'il-hadatsil-ashghari fardhal lillaahi ta'aalaa."
Artinya: Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah.
Kemudian melaksanankan fardu wudu enam perkara, di antaranya:
Niat
Membasuh seluruh muka
Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
Mengusap sebagian rambut kepala
Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
Tertib, artinya mendahulukan mana yang harus dahulu dan mengakhirkan yang harus
diakhiri.
Thaharah merupakan perintah agama untuk bersuci dari hadas dan najis. Kedudukan bersuci
dalam hukum Islam termasuk amalan yang penting lantaran salah satu syarat sah salat
adalah diwajibkan suci dari hadas dan najis.
Thaharah tak sekadar bersih-bersih badan. Tak setiap yang bersih pun pasti sudah suci.
Lebih dari itu, suci dari hadas adalah melakukannya dengan berwudu, mandi, ataupun
tayamum.
Sementara suci dari najis yaitu menghilangkan kotoran yang ada di badan, pakaian, dan
tempat.Agar ibadah dapat diterima oleh Allah SWT sekaligus terhindar dari berbagai
penyakit, simak pengertian thaharah dan pembagiannya menurut syara' atau peraturan Allah.
3. Tayamum
Thaharah tayamum ini merupakan cara yang menggantikan mandi dan wudu, apabila dalam
kondisi tidak ada air.Syarat tayamum adalah menggunakan tanah yang suci tidak tercampur
benda lain. Lalu diawali niat
َّ ْت التَّيَ ُّم َم ِال ْستِبَا َح ِة ال
صالَ ِة فَرْ ضً ِهللِ تَ َعالَى ُ نَ َوي
"Nawaitut tayammuma lisstibaahatishsholaati fardhol lillaahi taala."
Artinya: Saya niat tayamum agar diperbolehkan melakukan fardu karena Allah.
Setelah membaca niat, dilanjut dengan meletakkan dua belah tangan ke atas debu misalnya
debu pada kaca atau tembok dan usapkan ke muka sebanyak dua kali.Dilanjut mengusap dua
belah tangan hingga siku sebanyak dua kali juga, dan memindahkan debu kepada anggota
tubuh yang diusap.
Yang dimaksud mengusap bukan sebagaimana menggunakan air dalam berwudu, tatapi
cukup menyapukan saja bukan mengoles-oles seperti memakai air.Dengan begitu pengertian
thaharah dan pembagiannya ini wajib dipahami sebagai mana mestinya, karena sewaktu-
waktu sudah pasti diperlukan.
4. Tata Cara Istinja
Pertama, menggunakan air dan batu. Cara ini merupakan cara yang paling utama. Batu dapat
menghilangkan bentuk fisik najis. Sementara itu, air yang digunakan harus suci dan
menyucikan. Air tersebut dapat menghilangkan bekas najis.Jika ingin beristinja dengan batu,
ada sejumlah syarat yang perlu diperhatikan, yaitu:
Menggunakan tiga batu
Batunya bisa membersihkan tempat keluarnya najis
Najis belum kering
Najis belum pindah dari tempat keluarnya
Najis tidak terkena benda najis yang lain
Najis tidak melewati shafhah dan hasyafahnya (bagian sisi tempat keluarnya najis)
Najis tidak terkena air
Semua batunya suci
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan memiliki
obyek dan kaidah tertentu.
Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Tujuan
pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami
pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil
aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan memiliki
obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan
perasaan.
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Journal : Dra. Hj. Aisyah Maawiyah, M.Ag (Suad Ibrahim shalih, ,2011:83) (Utsaimin,
2007:12) (Ahsin W Al-Hafidz, : . 70)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201207113219-284-578834/pengertian-thaharah-
dan-pembagiannya Tim,CNN Indonesia
https://www.republika.co.id/berita/q8bnof430/thaharah-dan-pembagiannya Rep: Zahrotul
Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil (Ahad 05 Apr 2020 22:43 WIB)
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8632/5/BAB%20II.pdf (Hidayat. Risqi, Penggunaan Toilet
Jongkok dan Duduk dalam Perspektif Hukum Islam dan Kesehatan, Undergraduate
Thesis, (Palangkaraya: IAIN Palangkaraya, 2016) hal. 28)
https://baitsyariah.blogspot.com/2019/09/alat-alat-sifat-dan-cara-ber-istinja.html Eka Wahyu
Hestya Budianto (September 05,2019)
1 H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif,1987), hal. 9
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201207113219-284-578834/pengertian-thaharah-
dan-pembagiannya/amp#
https://news.detik.com/berita/d-5657528/istinja-pengertian-hukum-dan-tata-caranya/amp
https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/istinja-pengertian-adab-dan-tata-caranya-dalam-
syariat-islam-1vGkZvUEHia