Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU FIQIH

“TATA CARA SHOLAT JENAZAH”

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. ANWAR SADAT, M.Hum

DISUSUN OLEH :

DEBY FAZIRA ( 185114061 )

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA
T.A. 2019 – 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Pendaftaran Hak Atas Tanah” ini
dengan baik.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal dan telah mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turun turut
membantu.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Tata Cara Sholat Jenazah” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ……..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Jenazah dan Hukumnya........................................................2

B. Dasar Hukum Sholat Jenazah .........................................................................2


C. Tata Cara Sholat Jenazah………..………………………………………...........3
D. Syarat Sholat Jenazah……………....................................................................7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................8
B. Saran .................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA …..............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seringkali kita sebagai orang Islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai
makhluk yang paling sempurna yaitu salat, atau terkadang tau tentang kewajiban
tetapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukan. Dalam istilah lain salat adalah
suatu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu disertai ucapan-ucapan tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula.
Istilah salat ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa di atas,
karena didalamnya mengandung doa-doa, baik yang berupa permohonan, rahmat,
ampunan dan lain sebagainya.

            Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan di tengah-tengah


masyarakat adalah kajian masalah salat jenazah, kita memandang dari aspek teori salat
jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan
bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek
praktek masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam
masalah pengurusan jenazah. Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema
yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan
bagaimana seharusnya  menyolatkan jenazah dengan baik dan benar. Kemudian dalam
makalah ini juga membahas bagaimana pengertian salat jenazah itu sendiri, syarat dan
rukunnya termasuk kaifiat dalam salat jenazah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud salat jenazah?
2. Bagaiamana tata cara salat jenazah?
3. Apa saja syarat salat jenazah?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.  Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan salat jenazah
2. Menjelaskan apa saja yang menjadi syarat salat jenazah
3. Menjelaskan bagaimana tata sholat jenazah salat jenazah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Salat Jenazah dan Hukumnya

Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat muslim
jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat jenazah ini
adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan
pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia maka tidak ada lagi kewajiban
kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut
(Musthafa, 2003 hal: 94).

B. Dasar Hukum Salat Jenazah

Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan baik, maka terus
disalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa menyalati jenazah itu hukumnya
fardu kifayah. Kewajiban menyalati jenazah berdasarkan hadis Nabi SAW :

َ Hَ‫لُّوْ ا َو َرا َء َم ْن ق‬H‫ص‬


‫ال‬H َ َ‫لُّوْ ا َعلَى َم ْن ق‬H‫ص‬
َ ‫هَ اِاَّل هللاُ َو‬H‫ال اَل اِل‬H َ :‫ا َل‬HHَ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم ق‬ َّ ِ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َررضي هللا عنه اَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
)‫(رواه الطبران‬.ُ‫اَل اِلهَ اِاَّل هللا‬

Artinya:

“Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda, “Salatkanlah olehmu orang-orang
yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di belakang orang yang
mengucapkan kalimat Lailaha illallah.” (HR. At Tabrani)

Juga hadis Nabi SAW :

ْ‫ل‬HHَ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم َكانَ يُْؤ تى با ِ ل َّر ُج ِل ْال ُمتَ َوفَّى َعلَ ْي ِه ال ِّديْنُ فَيَ ْسا َ ُل ه‬َ ‫ي‬ َّ ِ‫ اَ َّن لنَّب‬:‫ب هُ َري َْرتَ رضي هللا عنه قَا َل‬ ِ َ‫ع َْن ا‬
)‫صا ِحبُ ُك ْم (رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫صلوْ ا َعلَى‬ ُّ ْ َ َ‫صلى َواِاَّل ق‬
َ َ‫ال لِل ُم ْسلِ ِم ْين‬ َّ َ ‫ك َوفَا ًء‬ َ ‫ِّث اَنَّهُ تَ َر‬
َ ‫تَ َركَ لِ ِد ْينِ ِه فَضْ الً؟ فَا ِ ْن حُ د‬

Artinya :

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya, “Bahwa seorang laki-laki yang meninggal dalam
keadaan berhutang dan hal itu disampaikan kepada Nabi SAW. Maka Nabi
menanyakan apakah ia meninggalkan kelebihan harta untuk membayar hutangnya. Jika
dikatakan orang bahwa ia meninggalkan harta untuk membayarnya, maka beliau akan
menyalati jenazah itu. Jika tidak beliau akan memesankan kepada kaum muslimin,
“Salatkanlah teman sejawatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika jenazah itu tidak utuh, misalnya tinggal sebagian anggota tubuhnya saja yang dapat
ditemukan, maka anggota tubuh yang ada itulah yang harus dimandikan, dikafani, dan
disalatkan.
Hal ini pernah dilakukan sahabat Nabi SAW. yang menyalatkan tangan Abdurrahman
yang dijatuhkan oleh seekor burung. Mereka mengenal tangan Abdurrahman dengan
melihat cincinnya.

Apabila jenazah itu berupa bayi yang gugur dalam kandungan tetapi tampak tanda-
tanda hidup sebelum gugur, hukum memandikannya sama seperti jenazah biasa. Tetapi
jika tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan hidup, maka tidak perlu disalatkan. Jadi,
yang wajib disalatkan adalah jenazah muslim, yaitu manusia yang hidup, memiliki roh
sekalipun masih dalam kandungan.

Adapun jenazah yang bukan muslim tidak boleh disalatkan hanya boleh dimandikan,
dikafani kemudian dikuburkan, karena Rasulullah SAW. Pernah menyuruh Ali bin Abi
Talib memandikan ayahnya dan mengkafaninya saja tanpa menyalatkan.

Firman Allah SWT. juga menegaskan sebagai berikut :

)84:‫(التوبة‬...‫صلِّ َع َل اَ َح ٍد ِم ْن ُح ْم َماتَ اَبَدًا َواَل تَ ُك ْم َع َل قَب ِْر ِه‬


َ ُ‫َواَل ي‬

Artinya :

“Dan janganlah engkau sekali-kali menyalatkan jenazah seseorang diantara mereka


yang mati (dalam keadaan kufur kepada Allah dan Rasul Nya) dan jangan engkau
berdiri dikuburnya...” (QS. At Taubah : 84)

Khusus bagi jenazah yang mati syahid karena gugur dalam peperangan melawan orang
kafir untuk meninggikan agama Allah SWT. maka ia tidak dimandikan dan tidak pula
disalatkan, hanyalah dikafani dengan pakaiannya yang berlumuran darahnya, kemudian
dimakamkan. Imam Syafi’i berkata dalam kitabnya al Um bahwa telah diterima berita
seolah-olah ia disaksikan secara mutawatir bahwa Nabi SAW. tidak menyalatkan
korban-korban perang uhud.

Dalam salat jenazah disunatkan membentuk tiga shaf yang masing-masing terdiri dari
dua orang minimal dan dalam shaf lurus. Imam ahmad berkata, “jika jumlah
pengikutnya sedikit, lebih baik mereka dibagi tiga shaf.“ Selanjutnya ia berkata, “jika
mereka hanya terdiri dari empat orang, maka dijadikan dua shaf yang masing-masing
shaf terdiri dari dua orang, kalau dibentuk tiga shaf hukumnya makruh, karena ada shaf
yang hanya terdiri dari satu orang.” Disunatkan pula dalam salat jenazah dengan
pengikut yang banyak jumlahnya.

C. Tata Cara Sholat Jenazah

Tata cara holat jenazah dibedakan antara jenazah laki-laki dan jenazah perempuan.
Yang harus diperhatikan di sini adalah sholat jenazah berbeda dengan sholat fardhu.
Perbedaan itu diantaranya adalah sholat jenazah tidak menggunakan adzan maupun
iqamah, tidak menggunakan ruku, tidak menggunakan sujud, tidak menggunakan I’tidal
dan tidak menggunakan tahiyat.Shalat jenazah terdiri dari 4 takbir, oleh sebab itu jika
dia tidak paham tentang tata cara sholat jenazah pada takbir kedua ada orang yang
langsung ruku’, takbir ketiga i’tidal dan takbir yang keempat melakukan sujud. Yang
benar adalah 4 takbir tersebut adalah takbiratul ikhram semua sehingga 4 takbir tetap
dilakukan dalam posisi berdiri dan membaca bacaan yang telah ditentukan.

Berikut ini adalah tata cara sholat jenazah yang harus diketahui :

1. Niat

Hal pertama yang dilakukan adalah niat. Niat sangatlah penting sebab dari niat lah
Allah tahu apa yang mau kita lakukan. Dari niat pulalah Allah tahu ketulusan dan tekat
hamba NYA dalam melakukan hal tersebut. Yang berbeda adalah niat untuk sholat
jenazah laki-laki dan shalat jenazah perempuan.

Niat juga merupakan syarat syahnya sholat sehingga setiap amalan yang akan dilakukan
harus diawali dengan niat.

Berikut ini adalah niat sholat jenazah yang harus diketahui :

1. Niat menjadi makmum jenazah laki-laki

Bunyi niat menjadi makmum dari jenazah laki-laki adalah :


‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى هَ َذ‬
ِ ِّ‫اال َمي‬ َ ُ‫ا‬
Usholli ‘alaa haadzalmayyiti arba’a takbiraatin fardhol kifaayati ma’muuman
lillaahi ta’aala.

Artinya: saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.

2. Niat menjadi makmum jenazah perempuan

Untuk niat menjadi makmum shalat jenazah perempuan adalah seperti ini :
‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ َ
Bunyi dari ayat tersebut adalah” usholli ‘alaa haadzihil mayyitati arba’a
takbiraatin fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aala.”

Artinya: Saya niat shalat di atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu
kifayah karena menjadi makmum karena Allah ta’ala.

3. Niat menjadi imam sholat jenazah


Untuk menjadi imam, kita juga harus mengucapkan niat. Ketika menjadi
imam, lafadz pada bacaan ma’muuman diubah menjadi lafadz imaa’man.
Berikut ini adalah niat yang harus dibaca ketika menjadi imam bagi jenazah :

‫ض ْال ِكفَايَ ِة ِإ َما ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬


َ ْ‫ت فَر‬ ْ ‫اصلِّى َعلَى هَ َذ‬
ِ ِّ‫اال َمي‬ َ

Bunyi dari ayat tersebut adalah “usholli ‘alaa haadzalmayyiti arba’a


takbiraatin fardhol kifaayati imaaman lillaahi ta’aala.”

Artinya: saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah
menjadi imam karena Allah ta’ala. Lafadz niat itu berlaku bagi jenazah
perempuan maupun jenazah laki-laki.

2. Takbir Pertama

Setelah membaca niat, kita akan melakukan takbir yang pertama. Takbir yang pertama
tersebut kita dianjurkan untuk membaca surat Al-fatihah.

3. Takbir Kedua

Takbir kedua masih dilakukan dalam posisi berdiri, jangan melakukan sujud sebab
dalam shalat jenazah tidak ada sujud. Pada saat takbir yang kedua ini kita diwajibkan
untuk membaca shalawat Nabi Muhammad SAW.

Bunyi shalawat yang lengkap adalah berikut ini:

ِ َ‫ َوب‬،‫صلَّيْتَ َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َم‬


‫ارك‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
ِ ‫ َو َعلَى‬،‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫ َك َما‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬

‫ َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬


ِ ‫ َو َعلَى‬،‫َعلَى ُم َح َّم ٍد‬

َ‫آ ِل ِإب َْرا ِهي َم فِي ْال َعالَ ِمين‬

‫ِإنَّكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬

Bunyi shalawat di atas adalah “Allahumma shalli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa ali
muhammad. kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim, wa ‘alaa ali ibraahiim. wabaarik ‘alaa
muhammad, wa ‘alaa ali muhammad. kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim, wa ‘alaa ali
ibraahiim. Fil ‘alaamiina innaka hamiidummajiid”.

Artinya:“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW, beserta


dengan keluarganya. Sebagaimana telah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim AS
dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkat atas Nabi Muhammad SAW beserta dengan
keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkat atas Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya. Di seluruh alam semesta, Engkaulah yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.

4. Takbir Ketiga

Takbir ketiga adalah membaca doa khusus jenazah. Pembacaan doa tersebut berbeda
tergantung dengan jenazahnya. Berikut ini adalah doa yang diucapkan berdasarkan
dengan jenazahnya :
1. Jenazah perempuan

Untuk jenazah perempuan bacaan doa yang harus dilafadzkan menggunakan


lafadz (haa). Berikut ini adalah bacaan doa lengkapnya :

‫اللهم اغفر لها وارحمها وعافيها واعف عنها‬

Bunyi bacaan tersebut adalah “Allaahummaghfir lahaa warhamhaa wa’aafihaa


wa’fu ‘anhaa.

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan
maafkanlah dia .”

2. Jenazah laki-laki

Untuk jenazah laki-laki bacaan ( haa ) diganti dengan bacaan ( hu ). Berikut ini
adalah bacaan doa yang harus dibaca ketika jenazahnya laki-laki:

‫اللهم اغفر له وارحمه وعافيه واعف عنه‬

Bunyi bacaan tersebut adalah “Allaahummaghfir lahu warhamhu wa’aafihu


wa’fu ‘anhu.

3. Jenazah anak-anak

Untuk jenazah yang masih anak-anak, bacaan yang harus dibaca adalah sebagai
berikut ini:

‫اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلهُ فَ َرطًَا اِل َبَ َو ْي ِه َو َسلَفًا َو ُذ ْخرًا‬

ِ ‫َو ِعظَةً َوا ْعتِبَارًا َو َشفِ ْيعًا َو ثَقِّلْ بِ ِه َم َو‬


‫از ْينَهُ َما‬

ُ‫َلى قُلُوْ بِ ِه َما َوالَ تَ ْفتِ ْنهُ َما بَ ْع َده‬ ِ ‫َواَ ْف ِر‬
َّ ‫غ ال‬
ٰ ‫صب َْرع‬

ُ‫َوالَ تَحْ ِر ْمهُ َما اَجْ َره‬

Bunyi dari ayat tersebut adalah : Allahummaj’alhu faratan li abawaihi wa


salafan wa dzukhro wa’idhotaw wa’tibaaraw wa syafii’an wa tsaqqil bihii
mawaa ziinahumawa-afri-ghish-shabra ‘alaa quluu bihimaa wa laa taf-tin-humaa
ba’dahu wa laa tahrim humaa ajrahu.”

Artinya:“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah


bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi
pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan
ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya.
Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan
janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orang tuanya.”

5. Takbir Keempat

Takbir keempat kita akan membaca doa khusus. Berikut ini adlaah bacaan yang harus
dibaca ketika takbir yang keempat :

ُ‫اَللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنا َ َأجْ َرهُ َوالَ تَ ْفتِنَا بَ ْع َدهُ َوا ْغفِرْ لَنا َ َولَه‬

Bunyi dari bacaan tersebut adalah “Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa
ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.”

Artinya:“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami ( janganlah
Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami fitnah
sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”

6. Salam

Tata cara yang terakhir adalah salam. Bacaan salam adalah :

ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

Arti dari bacaan salam adalah “keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu
sekalian.”

D. Syarat Salat Jenazah

Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya tidak
dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut.

Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-syaratnya pun sama dengan
yang telah diwajibkan pada salat-salat fardu lainnya, seperti :

1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadis atau najis
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita
auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan
6. Menghadap kiblat (Samsuri, 1998: 29).
BAB II
PENUTUP

A . Kesimpulan
1. Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat
muslim jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat
jenazah ini adalah fardhu kifayah.
2. Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya
tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut. Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-
syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat-salat fardu
lainnya. Syarat-syaratnya adalah: beragama Islam, sudah baligh dan berakal,
suci dari hadis atau najis suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat,
menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita
auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan,
menghadap kiblat.
3. Rukun salat jenazah yaitu: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Membaca takbir
empat kali, membaca surat al Fatihah, membaca salawat atas nabi Muhammad
SAW, Mendoakan jenazah, membaca membaca doa setelah takbir ke empat,
mengucapkan salam.

B . Saran-saran
1. Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan
diri untuk menyanbut kematian itu.
2. Pemakalah juga berharap dengan adanya pembahasan ini dapat dijadikan
pembelajaran bagi guru pendidikan Islam untuk mendidik dan memberitahukan
pada siswa sejak dini bagaimana cara menyalati jenazah dengan baik.
3. Dan juga kepada seluruh umat muslim dalam memperlakukan jenazah
hendaknya benar-benar memperhatikan aturan-aturan Islam yang berlaku agar ia
diterima di sisi Allah.

DAFTAR PUSTAKA
http://heri1992norfitrianto.blogspot.com/2019/04/shalat-jenazah.html
http://anggiriyan.blogspot.com/2016/06/makalah-shalat-jenazah.html

Anda mungkin juga menyukai