Pendekatan Emotif
Sebelum kita bahas pengertian pendekatan emotif, perlu kita mengajukan
beberapa pertanyaan. Apakah Anda merasa senang pada saat membaca puisi
atau membaca karya sastra lainnya? Kalau ya, bagaimana bentuk keindahan
yang Anda rasakan itu? Tentu kita berharap bahwa Anda merasa senang saat
membaca atau mendengarkan pembacaan puisi/karya sastra lainnya sekaligus
dapat mengungkapkan bentuk kidahan yang dirasakan.
Apa yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan emotif? Tidak lain
karena karya sastra adalah salah satu bagian dari karya seni yang sarat berbagai
nilai-nilai estetis. Nilai estetis tersebut diharapkan dapat dinikmati oleh
masyarakat luas termasuk murid SD dalam berbagai media cetak dan elektronik
agar mereka dapat memperoleh hiburan yang mendidik.
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu
karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Kaitannya
dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa:
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penu seluruh
...........................................
Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan terasa
nilai keindahan bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi akhirnya.
Selanjutnya, kita cermati keindahan penggalan puisi W.S. Rendra yang
berjudul Sajak Sebatang Lison berikut.
...........................................
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi suatu jalan panjang.
tanpa pilihan
tanpa pepohonan.
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya.
.............................................
8 - 4 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
tinggi; kita harus memiliki ide-ide yang tidak cukup 100 –200-300 tahun untuk
merampungkannya melainkan 1000 tahun lamanya, alangkah akbar dan
tingginya ide itu!
Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca puisi
berikut lalu kemukakan nilai keindahan (emotif) yang Anda rasakan sebagai
latihhan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan
emotif.
DESAKU
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Di relung qalbuku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Agar selamanya dekat di sisimu
Pendekatan Didaktis
Mengapa ada pendekatan didaktis?” Pertanyaan itu mungkin muncul
dalam hati Anda, bukan! Pendekatan tersebut ada karena mutu karya sastra
antara lain ditentukan oleh ada tidaknya nilai kemanfaatan didaktis yang
terkandung di dalamnya. Semakin banyak mengandung nilai kemanfaatan
didaktis-humanistik semakin tinggi pula mutu karya sastra itu .
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai
amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-
nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin
(2004:47) mengemukakan bahwa:
Nasihat apa yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di atas? Paling
kurang ada tujuh macam: (1) sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main
pada pada Sabtu sore bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan
dengan baik, (2) hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, (3) kalau shalat
diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain jangan
sendiri tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika mengalami
8 - 6 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Latihan.
Bacalah puisi berikut lalu kemukakan minimal 5 pesan yang terkandung di
dalamnya!
KAKEKKU
Carollah Indah C.
Kakekku
Aku sayang padamu
Aku suka dongengmu
Aku senangi penampilanmu
Aku bangga kepribadianmu
Ya Allah, ya Rabbi
Ampunilah dosa kakekku
Balaslah amal ibadahnya
Dengan surgamu-Mu
Pendekatan Analitis
Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya dalam
mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif adalah Pendekatan
Analitis. Pendekatan ini membimbing Anda untuk memahami secara lebih
lengkap dibanding pendekatan emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44)
mengungkapkan bahwa:
“Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya
membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang
menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan
hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk
keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas
bentuk dan maknanya.
1. Tema cerita
Sebagai langkah awal yang harus ditempuh oleh pengarang dalam
mencipta-kan sebuah karya sastra prosa adalah menentukan tema. Hal ini
karena tema oleh Sumardjo (1984:57) adalah pokok pembicaraan dalam
sebuah cerita”. Tentu saja pokok pembicaraan artau ide tersebut melandasi
lahirnya karya sastra mulai dari awal sampai akhir.
Apabila kita memperhatikan dengan cermat, dalam sebuah karya
sastra prosa, maka akan nampak pada kita dengan jelas bahwa tema tersebut
akan terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman awal hingga
akhir. Dengan demikian, tema cerita dapat dikatakan bahwa tema adalah
permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita
8 - 8 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
8 - 10 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
6. Gaya Pengungkapan
Gaya merupakan teknik pengarang menyampakain gagasanya lewat
cerita dengan untaian kalimat atau kata- kata yang khas. Pengungkapan
tersebut dengan jelas tercermin pada pengolahan persoalan yang ditampilkan,
tema yang dicairkan dalam cerita. Gaya tersebut relatif tidak ditemukan pada
pengarangan yang lain.
Berbicara tentang gaya pengarang dalam bercerita, ada yang bersifat
lemah lembut, kata-kata yang indah, rangkaian kalimat yang penuh cinta
kasih. Sebaliknya, ada pula yang bergaya keras, pemberontakan terhadap hal
yang telah ada, ingin melihat perubahan sesuatu secara cepat atau secara
revolusioner. Di samping itu, ada pula yang bergaya moderat, tidak terlalu
lembut dan tidak terlalu keras dalam menyampaikan gagasannya. Intinya
gaya merupakan teknik penyampaian gagasan pengarang tertentu dalam
bercerita sebagai karakteristik tersendiri bagi dirinya yang tidak ditemukan
pada pengarang yang lain.
8 - 12 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
“Anak itu harus diberi pelajaran, biar dia tahu sia kita,”kata Agil
menambah.
“Teng...teng...!” lonceng tanda pulang telah berbunyi, anak-anak
pun bersorak kegirangan. Mereka segera berhamburan dari kelas
masing-masing setelah memberi penghormatan kepada guru. Danang
dan komplotannya pun tak ketinggalan, mereka segera melesat
meninggalkan temannya. Kelihatannya ada suatu yang akan dilakukan
oleh mereka.
Di tengah jalan, Dedet yang diwarnai canda ria bersama
temannya saat itu mendadak berhenti. Tiba-tiba Danang dan
komplotannya sudah ada di depan Dedet.
“Hei pengecut!” Kau mengadu kepada Bu Dita, ya?” kata Agil
sambil menarik kerah baju Dedet de-ngan keras.
“Dasar banci! Berani-berani-nya kamu mengadukan kami ke Bu
Dita, ha!” Danang menimpali.
“Mengadu apa? Aku tak katakan apa-apa pada Bu Dita,
sungguh!” kata Dedet meyakinkan Danang dan komplotannya. Dan
memang Dedet tak mengadukan apa pun ke Bu Dita. Mungkin temannya
yang telah mengadukannya. Mungkin saja temannya tak tega melihat
Dedet terus dipermainkan oleh Danang dan komplotannya.
“Alasan!” Baru kali ini ada orang yang berani kepada kami. Ayo
teman segera kita beresin!” kata Agil sambil menendang tubuh Dedet.
Dedet terhunyung-hunyung ke belakang. Baru saja akan berdiri tegak
Dedet menerima lagi sebuah tendang dari Danang yang bersarang di
perutnya. Dedet menjadi limbung lalu tersungkur jatuh.
“Anak-anak yang melihat kejadian itu hanya terpaku bagai
patung. Mereka tidak berani melerai, karena takut ancaman dari Danang
dan komplot-annya. Sementara itu, Dedet yang tadi tersungkur kini
sudah berdiri tegap.
“Kesabaran seseorang ada batasnya! Kalian ini memang perlu di
beri pelajaran!” Dedet berkata demikian sambil bersikap kuda-kuda.
“Hei kawan! Lihat dia mau berlagak!” Seru Bondan
“Udah sana pulang, cuci kaki dan tidur!” Agil menambahi.
“Mungkin ia ingin pil pengantar tidur! Nih pil tidurnya!” Bondang
yang sedari tadi tadi belum berperan, kini berusaha melayangkan
tinjunya ke tubuh Dedet. Pukulan Bondang yang keras itu dengan mudah
dapat dielakkan oleh Dedet. Sambil mengelak, Dedet sempat juga
8 - 14 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Kartini Oh Kartini
Mama kaget luar biasa ketika Ocha mengutarakan keinginannya
meng-ikuti Pemilihan Putri Kartini Cilik ‘97 di Super Market terbesar di
Bandung. Bukan lantaran tajkut tidak menang, tetapi lebih karena
pembawa-an Ocha yang tomboy.
“Kamu hanya bercanda, kan?” tanya Mama masih terkaget-kaget.
“Ya, enggak dong, Ma. Ocha sudah menginginkannya dari tahun ke-
marin. Lagi pula Ocha sudah belajar berjalan di atas cat walk pada Sisil.”
Jawabnya.
“Sisil yang mana? Tanya Mama lagi.
“Putri Bu Dewi, yang rumahnya di Blok P. Dia kerap menang lom-ba
putri-putrian sampai jadi bin-tang iklan segala,” Ocha berusaha
meyakinkan.
“Tap kamu.....”Mama meng gantungkan kalimatnya. “Ah, sudah-lah,
lupakan pemilihan itu”” Mama menepis tangan.
“Tapi, ma, meskipun tomboy, Ocha juga ingin sesekali tampil lemah
lembut!” Ocha tetap ngotot.
Mama terdiam beberapa jenak. Ocha yang jago Tae Kwondo,
pmegang ban hitam, sering mengan di kejuaraan karate, dan paling suka
pakai celana dibanding rok, mau ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak
salah dengar?
8 - 16 Unit 8
Materi ini dikutip seluruhnya dari buku berjudul "Kajian Bahasa Indonesia SD" (2008) oleh Muh. Faisal dan Abd. Halik.
Diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
“Ma biar jago tea kwondo, tapi ocha bisa tampil lemah lembut kalau
mama mengizinkan”, Ucap ocha membaca pikiran Mama. “Kata Sisil,
Ocha sudah punya modal keperca-yaan diri, tinggal belajar
membawakannya sebaik mungkin,” lanjutnya.
Melihat kesungguhan yang ter-pancar dari mata putri semata wa-
yangnya, akhirnya Mama mengiyakan. Hari itu juga, dia mengajak Ocha
mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang tidak jauh dari
rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah Jawa Tengah.
Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman sekolahnya yang
selalu tampil cantik dan se-ring mengikuti pemilihan putri-put-rian itu juga
mendaftar. Di sekolah diceritakan pada teman-temannya.
“Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah de-
ngar?” Sindir Oni, saat Ocha berjalan di depan mereka.
“Kalau pun tidak salah de-ngar, pasti dia sudah tidak waras!” kali ini
suara Teni, sipembuat ulah dan pembual besar.
Karuan membuat telinga Ocha merah. “kamu bilang apa?” tanya
Ocha mendekati mere-ka. Keempat teman Ocha yang memang jago
ngerumpi dan ngomongin orang itu langsung diam.
“Hei, anak-anak manis, kalau ngo-mong jangan sembarangan, ya.
Kena batunya baru tahu rasa!” ujar Ocha memperingatkan, sebelum masuk
ke-las dan membiarkan mereka bungkam.
Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan Puti
Kartini Cilik 97 itu ternyata banyak sekali. Ocha, yang duduk di kelas IV
mnasuk kategori C. antara kelas IV sampai kelas VI SD.
Di daerah bangku tengah, Mama melihat penampilan Ocha dengan
haru campur senang. Sesekali dia mengisap mata yang tiba-tiba lembab
dengan sapu tangan.
Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa berjalan di atas pentas
dengan luwes, seperti layaknya putri Solo. Tidak sia-sialah dia belajar
berjalan selama sebulan lebih pada Sisil.
“Itu putri Ibu?” tunjuk seorang penonton yang duduk di samping
Mama Ocha. Mama mengangguk.
“Penampilannya sempurna se-kali. Saya yakin, dia pasti dapat salah
satu juara,” komentar penon-ton tadi.
Mama semakin haru. Dan, keharuan mama berubah jadi tangis
kegembiraan yang teramat sangat, ketika para pemenang diumumkan. Ocha
terpilih sebagai The Best Putri Kartini Cilik ‘97, sementara Silly hanya
meraih juara harapan.
Selamat, ya” salah seorang penonton memberikan ucapan selamat
pada Mama Ocha.
Ternayata dia seorang wartawan. Dia tanya macam-macam pada
Mama Ocha. Saat sedang asyik nya difoto, dari arah belakang tiba-tiba ada
seorang ibu yang berteriak minta tolong. Dia kecopetan.
Secepat kilat, Ocha meng-angkat kain tinggi-tinggi, lantas tanpa
menghiraukan penampilannya me-nerjang seorang laki-laki bertopi yang
ditunjuk Ibu yang berteriak-teriak tadi.
Laki-laki itu terjengkang dan seketika ditangkap Pak Satpam. Tapi
konde Ocha ikut juga terjeng-kang, lepas dari rambutnya. Orang- yang
sedang belanja dan melihat kejadian itu tertawa cekikikan..
“Aduh, konde kamu, Ocha” jerit Mama terus memungutnya. Ocha
tidak merasa malu atau merasa ditertawakan. Dengan cueknya, dia
meminta mamanya membetulkan konde-nya seperti semula.
Om wartawan geleng kepala. “Ocha-Ocha, kamu memang Kartini
zaman sekarang” gumamnya pelan.
Rangkuman
8 - 18 Unit 8
Glosarium
reseptif : bersifat menerima atau memahami suatu gagasan secara tepat dan komprehensif
8 - 38 Unit 8
Daftar Pustaka
Badriyah, Ratu. 2000. Apresiasi Puisi dan Cerita Anak secara Produktif.. Jakarta:
Universitas Terbuka
Liothe, Wimanjaya. 1991. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rendra. W.S. 1980. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta Lembaga Studi
Pembangunan
Pramuki, Esti. 2000. Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif. Jakatra. Universitas
Terbuka.