Anda di halaman 1dari 17

“SHOLAT”

Dosen Pembimbing: Ali Asmul, M.Pd


Disusun Oleh : OKTANIA HENDRAYANI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN D3 TLM B

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penyusun dapat menyelesaikan makalah agama
islam yang insyaallah tepat pada waktunya.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada Bapak Sumali, S.Ag selaku guru Mata
pelajaran agama islam, yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini.
Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penyusun tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan
pembaca
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB 1.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB 11...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
BAB 111.......................................................................................................................16
PENUTUP....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah
tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk
ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum
(Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’
(harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah
sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik
dalam aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap
masjid menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan
itu terwujud nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang
beriman, ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah.
Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang benar-
benar melaksanakannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang akan


dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.      Apakah pengertian sholat &    Dasar hukum sholat?


2.      Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat?
3.      Mengetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih?
C. Tujuan

1.      Mengetahui Pengertian Sholat Dan dasar hukumnya


2.      Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat
3.      Megetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih
BAB 11

PEMBAHASAN

A.      Pengertian dan Dasar Hukum Sholat

Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah


pekerjaan dan ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam.
Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan
perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang
dengannya kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah di
tentukan oleh Agama.i[i]
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah.
Yaitu musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya
bergerak menghadap ke Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara
musholi meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk
menghadap Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan
(makhluk) di bumi, meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan
keteraturannya, dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan
kesucian, dengan penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya
dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan
perbuatan-perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan
ini semuanya maka shalat mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya
berdoa selamat (mengucap salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan
kesejahteraan yang diperuntukkan bagi sesama makhluk-Nya. Sebab itulah shalat
berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir dengan salam,
‘Assalamu’alaikum’.
Adapun dasar hukum shalat yaitu:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595],
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah
merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia
Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-
baik pelindung dan sebaik- baik penolong”.

Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:


“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

ٍ ‫الَ ُم َعلَى َخ ْم‬F‫ بُنِ َي ْا ِال ْس‬:‫وْ ُل هللاِ ص‬F‫ا َل َر ُس‬Fَ‫ ق‬:‫ا َل‬FFَ‫ َر ق‬F‫ ِد هللاِ ْب ِن ُع َم‬Fْ‫ع َْن َعب‬
‫هَ اِالَّ هللاُ َو اَ َّن‬F‫هَا َد ِة اَ ْن الَ اِل‬F‫ َش‬:‫س‬
‫ فى نيل‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬. َ‫ضان‬
َ ‫صوْ ِم َر َم‬ ِ ‫ َو َح ّج ْالبَ ْي‬،‫ َو اِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬،‫صالَ ِة‬
َ ‫ت َو‬ َّ ‫ َو اِقَ ِام ال‬،ِ‫ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
1 ‫االوطار‬:
333
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri
atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ بَ ْينَ ال َّر ُج ِل َو بَ ْينَ ْال ُك ْف ِر تَر‬:‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل‬
َّ ‫ك ال‬
340 :1 ‫فى نيل االوطار‬
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara
seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali
Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

.‫ر‬F َّ ‫ اَ ْل َع ْه ُد الَّ ِذى بَ ْينَنَا َو بَ ْينَهُ ُم ال‬:‫ْت َرسُوْ َل هللاِ ص يَقُوْ ُل‬
َ Fَ‫ ْد َكف‬Fَ‫ا فَق‬FFَ‫ فَ َم ْن ت ََر َكه‬.ُ‫صالَة‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ع َْن بُ َر ْي َدةَ رض قَا َل‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫الخمسة‬
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa
meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 343]

ْ
ِ ‫رَّأ‬F‫ًّا َجا َء ِالَى َرسُوْ ِل هللاِ ص ثَائِ َر ال‬Fّ‫ع َْن طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللاِ اَ َّن اَ ْع َرابًِي‬
‫ا‬F‫رْ نِى َم‬Fِ‫ اَ ْخب‬،ِ‫وْ َل هللا‬F‫ا َر ُس‬Fَ‫ ي‬:‫ا َل‬Fَ‫ فَق‬،‫س‬
َّ َ‫ض هللاُ َعل‬
َ‫ي ِمن‬ َ ‫ر‬F َ Fَ‫ا ف‬F‫رْ نِى َم‬Fِ‫ اَ ْخب‬:‫ال‬F َ َ‫ اِالَّ اَ ْن ت‬، ُ‫ات ْالخَ ْمس‬
َ َ‫ ق‬.‫ ْيئًا‬F‫ َّو َع َش‬F‫ط‬ ُ ‫لَ َو‬F‫الص‬
َّ :‫ا َل‬Fَ‫الَ ِة ! ق‬F‫الص‬ َّ َ‫ي ِمن‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬َ ‫ َر‬Fَ‫ف‬
‫وْ ُل‬F ‫ا َ ْخبَ َرهُ َر ُس‬F َ‫ ف‬:‫ا َل‬FFَ‫ي ِمنَ ال َّز َكا ِة ! ق‬
َّ َ‫ض هللاُ َعل‬َ ‫ اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬:‫ قَا َل‬.‫ضانَ اِالَّ اَ ْن تَطَ َّو َع َش ْيئًا‬ َ ‫ َش ْه ُر َر َم‬:‫صيَ ِام ! قَا َل‬ ّ ‫ال‬
َّ َ‫ض هللاُ َعل‬
‫ا َل‬FFَ‫ فَق‬.‫ ْيئًا‬F ‫ي َش‬ َ ‫ر‬F ُ ‫ الَ اَطَّ َّو‬،َ‫ ك‬F‫ َو الَّ ِذى اَ ْك َر َم‬:‫ا َل‬FFَ‫ فَق‬.‫الَ ِم ُكلّهَا‬F ‫ َرائِ ِع ْا ِال ْس‬F ‫هللاِ ص بِ َش‬
َ Fَ‫ ْيئًا َو الَ اَ ْنقُصُ ِم َّما ف‬F ‫ع َش‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.‫ق‬ َ ‫ق اَوْ َدخَ َل ْال َجنَّةَ اِ ْن‬
َ ‫ص َد‬ َ ‫ اَ ْفلَ َح اِ ْن‬.‫َرسُوْ ُل هللاِ ص‬
َ ‫ص َد‬
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada
Rasulullah SAW dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah,
beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau
bersabda, “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia
bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari
puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau
melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang
Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW
memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang
Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak
akan menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang
telah diwajibkan oleh Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia
akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]

ْ َ‫جُعل‬
‫ت‬ ِ ‫ت َحتَّى‬ َ ِ‫ ثُ َّم نُق‬، َ‫ ْين‬F‫ ِه خَ ْم ِس‬Fِ‫ي ب‬
ْ F‫ص‬ َ ‫ ِر‬F‫ةَ اُ ْس‬Fَ‫ات لَ ْيل‬ َّ ‫ت َعلَى النَّبِ ّي ص‬
ُ ‫لَ َو‬F‫الص‬ ْ F‫ض‬ َ ‫ فُ ِر‬:‫ا َل‬FFَ‫ك رض ق‬ ٍ ِ‫َس ْبنَ َمال‬ ِ ‫ع َْن اَن‬
‫ذى و‬FF‫ائى و الترم‬FF‫د و النس‬FF‫ احم‬. َ‫ ْين‬F‫س خَ ْم ِس‬ ِ ‫ ِذ ِه ْال َخ ْم‬F‫ك بِه‬ َّ ‫ َد‬Fَ‫وْ ُل ل‬FFَ‫ َّد ُل ْالق‬Fَ‫ يَا ُم َح َّم ُد اِنَّهُ الَ يُب‬:‫ي‬
َ Fَ‫ي َو اِ َّن ل‬ َ ‫ ثُ َّم نُوْ ِد‬.‫َخ ْمسًا‬
334 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫صححه‬
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada
malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali,
kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah)
ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh
kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 334]

‫ ّل‬FF‫ زَ ا َد َم َع ُك‬Fَ‫ فَلَ َّما قَ ِد َم َرسُوْ ُل هللاِ ص ْال َم ِد ْينَة‬.َ‫صالَةُ َر ْك َعتَ ْي ِن َر ْك َعتَ ْي ِن بِ َم َّكة‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫ قَ ْد فُ ِر‬:‫ت‬
ِ ‫ض‬ ْ َ‫َع ِن ال َّش ْعبِ ّي اَ َّن عَائِ َشةَ قَال‬
َّ ‫صلَّى‬
َ‫الَة‬FF‫الص‬ َ َ‫ ق‬.‫صالَةُ ْالفَجْ ِر لِطُوْ ِل قِ َرا َءتِ ِه َما‬
َ ‫ َو َكانَ اِ َذا َسافَ َر‬:‫ال‬ َ ‫ اِالَّ ْال َم ْغ ِر‬F،‫ن َر ْك َعتَ ْي ِن‬Fِ ‫َر ْك َعتَ ْي‬
ِ َ‫ب فَاِنَّها ِو ْت ُر النَّه‬
َ ‫ار َو‬
‫ احمد‬.‫ْاالُوْ لَى‬
Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan
shalat itu dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba
di Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua
rekaat (lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu
witirnya siang, dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”.
Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau
shalat sebagaimana pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ِرو ْب ِن ْال َع‬


َّ ‫اص ع َِن النَّبِ ّي ص اَنَّهُ َذ َك َر ال‬
َ‫صالَة‬
ْ ِ‫ َو َم ْن لَ ْم ي َُحاف‬.‫َت لَهُ نُوْ رًا َو بُرْ هَانًا َو نَ َجاةً يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬
َ‫وْ رًا َو ال‬FFُ‫هُ ن‬Fَ‫ظ َعلَ ْيهَا لَ ْم تَ ُك ْن ل‬ ْ ‫ َم ْن َحافَظَ َعلَ ْيهَا َكان‬:‫يَوْ ًما فَقَا َل‬
ٍ Fَ‫انَ َو اُبَ ّي ْب ِن خَ ل‬FF‫وْ نَ َو هَا َم‬FF‫ارُوْ نَ َو فِرْ َع‬FFَ‫ َو َكانَ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َم َع ق‬.ً‫بُرْ هَانًا َو الَ نَ َجاة‬
:1 ‫ار‬FF‫ل االوط‬FF‫ فى ني‬،‫د‬FF‫ احم‬.‫ف‬F
343
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari
menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya,
maka shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat.
Dan barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan
cahaya, tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia
pada hari qiyamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”.
[HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343].ii[ii]

B. Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat

1.    Pembagian Waktu Shalat.

Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;


·      Waktu Fadlilah
Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya awal
waktu. Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan
diri dengan sebab-sebab sholat, mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian
segera mengerjakan sholat.
Sebab-sebab sholat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu
jama'ah dan sebagainya.
·      Waktu ikhtiyar
Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat tidak dikerjakan
pada waktu fadlilah.
·      Waktu jawaz
Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan
kemakruhan dan terkadang tidak makruh.
·      Waktu hurmah
·      Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan
sebagian dari sholat diluar waktu.
·      Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat bepergian
atau sakit.
·      Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti haidl dan
lainnya- dan waktu hanya tersisa sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.
Waktu sholat Fardhu
·        Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu tengah hari. Ada
yang mengatakan dinamakan Dhuhur karena sholat Dhuhur adalah sholat yang
pertama kali muncul dalam islam.
·        Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai
panjangnya selain bayangan istiwa' dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar
ketika matahari terbenam.
·        Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar dengan
terbenamnya / hilangnya mega merah di ufuk.
·        Sholat I’sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna merah. Dan
waktunya keluar dengan terbitnya fajar shodiq.
·        Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar dengan
terbitnya sebagian dari sinar matahari.iii[iii]
2.      Syarat-syarat shalat
a.       Suci dari hadas besar dan hadas kecil
b.      Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
c.       Menutup aurat
d.      Mengetahui masuknya waktu shalat
e.       Menghadap kiblat
f.       Mengerti kefadhuan shalat
g.      Tidak mengiktidalkan salah satu fardhu dari beberapa fardhu salat sebagai
suatu yang sunat.iv[iv]
3.      Rukun shalat
a.       Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat
b.      Berdiri, bagi orang yang kuasa
c.       Takbiratul ihram
d.      Membaca surat Al-Fatihah
e.       Ruku’ dan thuma’ninah
f.       I’tidal dengan thuma’ninah
g.      Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h.      Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
i.        Duduk untuk tasyahhud pertama
j.        Membaca tasyahhud akhir
k.      Membaca shalawat atas Nabi
l.        Mengucap salam yang pertama
m.    Tertib
4.      Sunnah-Sunnah Shalat
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah
sunnah-sunnah shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun
maupun wajib shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya:
membaca do’a iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al
Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali,
do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.
Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat
tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan
tangan kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri,
melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan
antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.

C.    Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat

1.   Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak


mempunyai arti. Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai
batalnya shalat karena berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja
keduanya tetap membatalkan shalat.Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I
dan Maliki mengatakan: Shalat tidak batal di karenakan lupa, kalau hanya
sedikit. Dan shalat seseorang tetap terpelihara. Ketika seseorang berdehem di
dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah dan Maliki hal tersebut tidak
membatalkan shalat meskipun tanpa makksud. Tetapi ualama mazhab yang
lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada maksud seperti
membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.
2.  Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya
membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang
tidak shalat. Para ulama mazhab menyepakatinya.
3.     Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab
berbeda pendapat menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan : makan
dan minum bisa membatalakan shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk
shalat itu atau menghilankan syarat atau rukun dalam shalat seperti
berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam
shalat membatalkan shalat walaupun makanan tersebut hanya sebiji kismis dan
yang diminum tersebut seteguk air. Menurut Mazhab syafi'i mengatakan: semua
makanan dan minuman yang masuk kedalam rongga perut itu membatalkan shalat
jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan tau keharamanya akan
tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal tersebut tidak membatalkan shalat.
Sedangkan menurut Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan dan
minumannya banyak maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak
akan tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.
4.  Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama
mazhab sepakat bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali Mazhab
Hanafi mereka mengatakan: shalat batal jika jika perkara tersebut datang sebelum
selesai membaca tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut datang sebelum
salam (selesai membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan
shalat.
5. Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi
menyatakan batal. Masing-masing ulama memilki pandangannya masing-masing
menganai batalnya shalat salah satu contoh yakni pendapat Mazhab Mazhab
Syafi'i dan Mazhab Maliki adalah sebagai berikut.
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
1. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
2. sengaja berbicara
3. menangis
4. merintih
5. banyak bergerak
6. ragu-ragu dalam niat
7. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
8. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
9. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
10. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya
11. terkena najis
12. mengulang-ulang takbiratul ihram
13. meninggalkan rukun dengan di sengaja
14. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang
lainnya.
15. menambah rukun dengan di sengaja
16. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
17. berpaling dari kiblat dengan dadanya
18. mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.
BAB 111

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah
menurut syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah
berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan
perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan
shalat sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai
dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga mempunyai
banyak manfaat bagi kehidupan manusia, untuk kesehatan manusia itu sendiri,
ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal yang pertama
dihisab adalah sholat.

B. Saran

Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan kebaikan
dalam segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan,
sebagai pembeda antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai
syariat dari Allah dalam kehidupan, semoga dapat difahami, diamalkan dan
diaplikasikan dengan benar dalam kehidupan kita. Kebenaran datang dari Allah
semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia yang
memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk menjauhi segala yang
menjadi larangannya dan melaksanakan segala perintahnya, meneladani Nabi kita
Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang,
2001).
Al-Hadrami, Salim bin Smeer, Terjemah Safinatun Najah, Pustaka Amani.
Haryono, Sentot, Psikologi Salat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003).
http://salampathokan.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-shalat-kewajiban-
shalat.html.
i
ii
iii
iv

Anda mungkin juga menyukai