Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SITOHISTOTEKNOLOGI

DISUSUN OLEH :

1.ARYA PUTRA.P
2.HIDAYATUL AZIZA
3.AMALIA ANANDA
4.NINDI ALDINI
5.IQBAL TOHIR
6.SALSABILA
7.TASYA DONIA.P

DOSEN PENGAMPU :
RITA PERMATA SARI M,BOMED

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2021/202

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah
SITOHISTOTEKNOLOGI.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. TOFRIZAL, Sp.PA, PhD Dan Ibuk
RITA PERMATA SARI, M.BIOMED selaku dosen mata kuliah Sitohistoteknologi
yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya terselesaikan
tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah sitohistoteknologi dan kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang
tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan
dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.

Padang, 25 maret 2021

Kelompok 3
BAB II

ISI

MAKALAH SITOHISTOLOGI

A. PENGERTIAN LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMIK

Patologi Anatomi Patologi Anatomi ialah spesialis medis yang berurusan dengan
diagnosis penyakit berdasarkan paada pemeriksaan makroskopik,mikroskopik, dan molekuler
atas organ, jaringan, dan sel. Di berbagai negeri,dokter yang berpraktik patologi dilatih dalam
patologi anatomi dan patologi klinik,diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada
cairan tubuh. Patologi Anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang
berguna secara klinis melalui pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis pada jaringan,
dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk
memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada sekeliling sel. Kini, Patologi Anatomi
mulai menggunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi klinis tambahan dari
spesimen yang sama. Secara garis besar ada 2 macam pemeriksaan dasar yang dilakukan
yaitu pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi. Pemeriksaan Histopatologi adalah
pemeriksaan dari jaringan tubuh manusia, dimana jaringan dilakukan pemeriksaan dan
pemotongan makroskopis, diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian
dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis. Pemeriksaan
Sitopatologi adalah pemeriksaan cairan tubuh manusia yang kemudian diproses, yaitu
dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian dilakukan pembacaan dengan mikroskop.
Perbedaan utama antara pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi adalah dimana
pemeriksaan Histopatologi akan tampak struktur jaringan, sedangkan pada pemeriksaan
Sitopatologi hanya tampak gambaran sel-selnya tanpa terlihat struktur jaringannya.

B. KOMPONEN LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMIK (SITOLOGI DAN


HISTOLOGI)

Pemeriksaan Patologi Anatomi;


1. Pemeriksaan Sitopalogi terbagi dalam 3 pemeriksaan, yaitu:
a. Pap Smear
b. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNA -B) / Aspirasi Jarum Halus (AJH)
c. Core Biopsy

Pada sediaan sitopatologi, sampel dilakukan dua jenis cara fiksasi, yaitu:

a. Fiksasi Basah Setelah sediaan selesai dibuat, sewaktu sediaan masih segar, sediaan
dimasukkan segera kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan
dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan kering terfiksasi atau dapat
pula dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksassi di dalam botol.
b. Fiksasi Kering Setelah sediaan selesai dibuat, sewaktu sediaan masih segar, semprot
segera dengan hair spray pada objeck glass yang mengandung secret tersebut, dengan
jarak kurang lebih cm dari objeck glass, sebanyak 2 3x semprotan. Kemudian sediaan
dikeringkan di udara terbuka selama 5 10 menit. Setelah kering, sediaan siap dikirim ke
laboratorium sitologi.

Adapun proses pengerjaan pemeriksaan sitopatologi adalah sebagai berikut:

1) Pap Smear Prosedur Pelaksanaan: Administrasi Penerimaan Sampel beserta blanko


permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim diterima oleh petugas administrasi
kemudiaan diserahkan kepada analis dilaboratorium.
2) Persiapan Sampel:
a) Dicocokkan nomer sampel pada slide yang diterima dengan blanko permintaan
pemeriksaan dari dokter pengirim.
b) Disusun sampel sesuai blanko permintaan pemeriksaan (jika sampel yang diterima
dalam jumlah yang banyak).
c) Sampel siap untuk tahap selanjutnya.
3) Proses Pengolahan Sediaan:
a) Diberi tanggal pemeriksaan pada blanko permintaan pemeriksaan.
b) Diskripsikan keadaan makroskopis sampel pada slide.
c) Diberi nomer pada slide dengan menggunakan pensil 2B.
d) Sampel siap dilakukan proses pewarnaan. Catatan : sebelum dilakukan pewarnaan
sediaan harus difiksasi terlebih dahulu.
4) Pewarnaan Pewarnaan pada pemeriksaan pap smear terbagi menjadi 2, yaitu :
 Pewarnaan Diffquick:
a) Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer.
b) Dicelupkan dalam pewarna : (1) Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan
hairdryer (2) Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (3) Harris
Hematoksilin ( 20 celup ), kemudian dicuci dengan air sampai bersih lalu
keringkan dengan hairdryer.
c) Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.
d) Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label.
e) Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
 Pewarnaan Papaniculou
Berdasarkan teori yang telah diberikan, proses pewarnaan dengan
teknik Papaniculou adalah sebagai berikut :
a) Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi denganalkohol 50-70%
selama 15 menit.
b) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir.
c) Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilinselama 3-5 menit,
dibilas dengan air mengalir sampai bersih.
d) Dimasukkan kedalam HCl sebannyak 2 celup, dibilasdengan air
mengalir.
e) Dimasukkan kedalam alkohol amoniak 1% sebanyak 2celup, dibilas
dengan air mengalir.
f) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10-20 celup.
g) Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 3-5menit.
h) Dimasukkan kedalamalkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%) masing-
masing 10-20 celup.
i) Dimasukkan kedalam larutan EA selama 3-5 menit.
j) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10-20 celup.
k) Dicocokkan Dimasukkan kedalam alkohol absolut.
l) Dimasukkan dengan blangko permintaan pemeriksaan.
m) Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
Berdasarkan pengerjaan di lapangan, prosespewarnaan teknik
Papaniculou adalah sebagai berikut :
a) Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi denganalkohol 50-70%
selama 10 menit.
b) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir.
c) Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilinselama 5 menit,
dibilas dengan air mengalir sampaibersih.
d) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10 celup.
e) Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 2 menit.
f) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10 celup.
g) Dimasukkan kedalam larutan EA selama 2 menit.
h) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10 celup, kemudiandikeringkan dengan hairdryer.
i) Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan.
j) Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
Catatan : Alasan pengerjaan di lapangan tidak sesuaidengan teori
yaitu :
Waktu pewarnaan lebih singkat karena hasil pada slideakan
terlihat lebih bagus pewarnaannya.
k) Tidak menggunakan HCl, alkohol absolute dan xylol karena dapat
menghilangkan sediaan pada slide.
5) Administrasi Hasil
Hasil yang telah didiagnosa oleh dokter PA diserahkankembali ke
bagian administrasi untuk diketik hasilnya dan ditandatangani oleh
dokter PA kemudian diarsipkan. Bagian administrasi menghubungi kontak
pasien untuk mengambil hasil dengan membawa blanko pengambilan hasil.
Sebelum hasildiserahkan, petugas terlebih dahulu mencocokkan blanko
hasil dengan blanko pengambilan hasil

FNA-B USG Guiding


Dilakukan diruangan radiologi bagian USG, dilakukankerjasama
dengan beberapa dokter (min. 3 dokter), biasanya menggunakan jarum
spinal dengan alat USG. Biasanya di daerah abdomen.
Prosedur Pelaksanaan :
a) Administrasi Penerimaan
- Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokterpengirim
beserta sampel ke bagian administrasi
- Penandatangan persetujuan dari pihak pasien
- Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya.
Persiapan Pasien
- Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang akandilakukan
FNA-B
- Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya
- Pasien siap untuk dilakukakan FNA-B
b) Pelaksanaan FNA-B
- Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik.
- Dilakukan pembiusan lokal jika diperlukan.
- Dilakukan tindakan FNA-B dengan menggunakan spuitoleh dokter
PA.
- Dilakukan penutupan bekas FNA-B
- Diproses sampel hasil FNA-B
c) Pengolahan Sediaan
- Diswab sampel di objek glass, bila ada endapan atau
kistadiolah di cyto scan terlebih dahulu.
- Diberi nomor sesuai blanko permintaan pemeriksaan
- Siap dilakukan pewarnaan
d) Pewarnaan
Pewarnaan pada pemeriksaan pap smear terbagi menjadi
2,yaitu :
 Pewarnaan Diffquick
- Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan
menggunakanhairdryer.
- Dicelupkan dalam pewarna :
(7) Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer
(8) Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer
(9) Harris Hematoksilin ( 20 celup ), kemudian dicucidengan
air sampai bersih lalu keringkan denganhairdryer.
- Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.
-Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberilabel.
- Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
 Pewarnaan Papaniculou
Berdasarkan teori yang telah diberikan, prosespewarnaan
dengan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut :
- Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi denganalkohol
50-70% selama 15 menit.
- Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir.
- Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilinselama 3-5
menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih.
- Dimasukkan kedalam HCl sebannyak 2 celup, dibilasdengan air
mengalir.
- Dimasukkan kedalam alkohol amoniak 1% sebanyak 2celup,
dibilas dengan air mengalir.
- Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10-20 celup.
- Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 3-5menit.
- Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10-20 celup.
- Dimasukkan kedalam larutan EA selama 3-5 menit.
- Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%,80%, 96%)
masing-masing 10-20 celup.
- Dimasukkan kedalam alkohol absolut.
- Dimasukkan kedalam xylol 1, 2, 3, dikeringkan dandiberi
label.
- Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan.
- Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
 Administrasi Hasil
Hasil yang telah didiagnosa oleh dokter PA
diserahkankembali ke bagian administrasi untuk diketik hasilnya
dan ditandatangani oleh dokter PA kemudian diarsipkan. Bagian
administrasi menghubungi kontak pasien untuk mengambil hasil
dengan membawa blanko pengambilan hasil. Sebelum hasil
diserahkan, petugas terlebih dahulu mencocokkan blanko hasil
dengan blanko pengambilan hasil.

FNA-B Cyto Scan


Prosedur Pelaksanaan :
1) Administrasi Penerimaan
- Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokterpengirim
beserta sampel ke bagian administrasi
- Penandatangan persetujuan dari pihak pasien
- Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya.
2) Persiapan Pasien
- Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang akandilakukan
FNA-B
- Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya
- Pasien siap untuk dilakukakan FNA-B
3) Pelaksanaan FNA-B
- Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik
- Dilakukan tindakan FNA-B dengan menggunakan alat cytoscan
oleh dokter PA
- Dilakukan penutupan bekas FNA-B
- Sampel siap diproses
4) Pengolahan Sediaan
- Diswab sampel di objek glass, bila ada endapan atau
kistadiolah di cyto scan terlebih dahulu.
- Diberi nomor sesuai blanko permintaan pemeriksaan
- Siap dilakukan pewarnaan

1. Pemeriksaan Histologi
Teknik pemeriksaa nhistopatologi berguna untuk mendeteksiadanya
komponen pathogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara
mikroanatomi. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis
penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah
melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang di duga terganggu. Oleh
karena itu, dengan proses diagnosis yang benar akan dapat ditentukan jenis
penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakanperventif dan kuratif.
Pemeriksaan histopatologi dilakukan melalui pemeriksaan
terhadapperubahan-perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Histopaltologi
dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam
penentuan kanker payudara) ataudengan mengamati jaringan setelah kematian
terjadi. Pemeriksaan histopatologi bertujuan untukmemeriksa penyakit
berdasarkan pada reaksi perubahan jaringan.
Pemeriksaan ini hendaknya disertai dengan pengetahuan tentanggambaran
histologi normal jaringan sehingga dapat dilakukan perbandingan antara
kondisi jaringan normal terhadap jaringan sampel(abnormal). Dengan
membandingkan kondisi jaringan tersebut maka dapat diketahui apakah suatu
penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak.

Perlengkapan yang digunakan dalam teknik histopatologi :


a. Alas dari bahan kayu / plastic untuk memotong jaringan
b. Scalpel untuk memotong jaringan menjadi ukuran yang lebih kecil.
c. Pensil dan kertas untuk memberi tanda/kode jaringan
d. Cassate berukuran kurang lebih 3 x 4 x 1 cm untuk menaruh jaringan
setelah di potong kecil-kecil
e. Tabung gelas berukuran 500-1000 cc sebanyak kurang lebih 10 buah untuk
proses dehidrasi, clearing dan bloking dengan paraffin
f. Microtom untuk memotong jaringan setebal 4-7
g. Waterbath untuk mengambangkan hasil potongan jaringan yang di taruh di
objek glass
h. Mesin pemanas (Incubator temp 56 C – 60 C) untuk mencairkan parafin
selama proses blocking
i. Kulkas untuk menyimpan bahan kimia dan hasil blocking
j. Gelas objek dan gelas penutup (cover)

Prosedur mendapatkan jaringan dalam histologi adalah sebagai


berikut :
a. Jaringan harus di duga tumor atau kelainan
b. Jaringan harus sudah di fiksasi sebelum 6 jam setelah kemudian, bisa terjadi
maserasi
c. Pemotongan menggunakan pisau tajam biasanya ( 1,5 x 1 x 0,5 ) m3
d. Mendapatkan jaringan.
e. Harus segera di masukkan kedalam larutan fiksasi (Volume 40x) selama
1 malam
f. Tidak boleh di cuci dengan air (terjadi perubahan tekanan osmotik)
g. Tidak boleh di simpan dalam NaCl 0,9 %
h. Tidak boleh di bekukan-pembentukan kristal es dalam sitoplasma
i. Jaringan berbentuk tulang harus didekalifikasi agar lunak dengan HCL
0,5 %

Fiksasi jaringan adalah proses melunakkan jaringan agar awet dan


kondisinya sama seperti hidup. Dilakukan dengan merendam jaringan dilarutan
fiksasi (volume minimal 20x lebih besar dari jaringan) selama 24 jam.

Fiksasi jaringan dilakukan dengan menggunakan formalin 10 %,manfaat


fiksasi :
a. Sel dan jaringan keadaannya seperti hidup
b. Membunuh bakteri
c. Mematikan sel secara serentak
d. Mengeraskan jaringan
e. Melindungi sel dari proses selanjutnya
f. Mempermudah pengecatan
g. Melindungi sel atau jaringan dari autolysis atau putrefaction

Tahap-tahap dalam pemeriksaan pemeriksaan histopatologi adalah


sebagai berikut :
1) Administrasi
Administrasi merupakan bagian penting dalam pemeriksaanpada
laboratorium patologi anatomi, karena pada Administrasi setiap sampel
yang datang akan di berikan nomor urut sampel, dan apabila ada
kekeliruan dalam pemberian nomor sampel maka akan berakibat fatal,.
Oleh karena itu komunikasi anatara pasien/pembawa sampel dengan
bagian Administrator harus terjalin dengan baik dan benar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat Administrasi :


a. Menococokkan data pasien serta sampel yang di bawa dengan surat
pengantar dari dokter
b. Pemberian nomor urut sampel
c. Contoh : PA14106 untuk sampel dari RSUD Ulin Banjarmasin dan H1412009
untuk sampel rujukan dari rumah sakit lain
d. Pencactatan pada buku arsip laboratorium patologi anatomi
e. Pemberian bukti pengembalian hasil, yang biasanya selesai dalam waktu
10 hari kedepan
f. Setelah proses administrasi selesai, sampel dan blanko diserahkan
kepetugas laboratorium

2) Persiapan sampel
a. Cocokkan sampel dengan blanko
b. Dicek apakah sampel sudah difiksasi dengan formalin ataubuffer
formalin 10 % pH netral
c. Sampel di susun sesuai urutan nomor blanko
d. Sampel siap dilakukan di proses selanjutnya
3) Pemotongan sampel jaringan
a. Sebelum dilakukan pemotongan, tanggal pemotongan dicantumkan
b. Sampel dideskripsikan secara mikroskopis sebelum dan
sesudahpemotongan Contoh : Sampel mame
Sebelum pemotongan : sebuah jaringan mame dengan ukuran15 cm x 12 cm
x 3 cm, berkulit, berputing dan berlemak.
Sesudah pemotongan : didapat 2 buah KGB (kelenjar getahbening) 1
massa tumor
- Potong sampel pada massa yang dicurigai sesuai dengan kaset
- Diletakkan di dalam kaset dan kaset diberi nomer sesuai blanko
- Sampel di masukkan kedalam wadah atau mesin autoprocessing
- Sisa sampel dimasukkan kewadah dan di beri tanggalpemotongan.
4) Autoprocessing ( proses pematangan jaringan )
- Masukkan sampel kedalam mesin autoprocessing dengan :
a. Buffer formalin 10 % pH netral selama 2 jam
b. Buffer formalin 10 5 pH netral 1,5 jam
c. Alkohol 70 % selama 1,5 jam
d. Alkohol 80 % selama 1,5 jam
e. Alkohol 96 % selama 1,5 jam
f. Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam
g. Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam
h. Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam
i. Xylol selama 1,5 jam
j. Xylol selama 1,5 jam
k. Parafin selama 2 jam
l. Parafin selama 2 jam
5) Embedding
Embedding adalah proses memasukkan jaringan kadalamparafin cair
untuk di buat blok yang padat meliputi :
- Impregnation : Proses penggantian larutan toluen denganlarutan cair
- Blocking : memasukkan jaringan kedalam parafincair-dipadatkan
(menurunkan suhu parafin)-dicetak
- Trimming : Meratakan atau merapikan jaringan yangtelah di block
parafin dengan menggunakan pisau atau langsungdengan microtome,
sehingga pada saat pemotongan didapatkan potongan bentuk yang baik.

Tahap Embedding
- Setelah autoprosessing selesai, keset di keluarkan dan
dimasukkan kedalam mesin embedding dan di block
- Sampel di keluarkan dari kaset
- Diletakkan kedalam disc mol yang berisi parafin, kemudian
ditutup dengan kaset yang ada nomernya tadi
- Didinginkan hingga membeku pada mesin pendingin
- Block parafin yang berisi sampel dilepaskan dari disc mol
- Sampel siap dilakukan proses selanjutnya.
6) Proses pemotongan
a. Letakkan block parafin pada microtome
b. Potong perlahan dengan ketebalan 2-5 mikron
c. Diapungkan diatas air hangat di waterbath dengan suhu 40-
60derajat Celsius
d. Ditempelkan jaringan pada objek glass
e. Objek glass diberi nomor sesuai dengan nomor yang ada di
blokparafin dengan menggunakan pensil 2B atau menggunakan labeldan
ditulis dengan pensil 2B.
f. Ditiriskan sebentar agar air dari jaringan
g. Kemudian objek glass tersebut di letakkan diatas lempengpemanas
untuk melelehkan lilinnya
h. Dan siap untuk proses selanjutnya
7) Pewarnaan
8) Finishing
- Sediaan dikeringkan dibagian bawah dan sisi-sisinya dilapdengan
tisu
- Tetesi entelan (xylol dan ez-mounting)
- Tutup dengan deck glass
- Objek glass di beri nomor sesuai dengan nomor pada
blankopemeriksaan.

 Potong Beku / Press Cuve (PC)


Potong beku ialah pemeriksaan patologi anatomi pada
bagianhistopatology yang mana sampel yang diperiksa dilakukan saat
operasi berlangsung dan pasien dalam keadaan tidak sadar. Sampel
yang dicurigai kanker dikirim dalam keadaan segar ke laboratorium
PA atau tim dari teknisi PC yang berada diruang operasi dan
biasanya dilakukan dalam 15-20 menit. Pemeriksaan tersebut
bertujuan untuk ganas atau tidaknyamassa kanker sehingga dapat
ditentukan tindakan operasi selanjutnya.

Cara kerja potong beku adalah sebagai berikut.


a. Sampel yang datang tanpa pengawet atau fiksasi , didata di
administrasi diberi kode atau nama sampel
b. Dilakukan pemotongan oleh dokter PA
c. Pada bagian yang dicurigai ganas diambil dan dikenali ,
dibuathapusan buat dokter PA dan Histopatology
d. Jaringan ditempelkan pada alat PC dan dibekukan kurang lebih5
menit
e. Dipotong dalam alat PC dengan ketebalan 3-5 mikron
f. Dibuat slide dan dikeringkan dengan hair dryer atau hot plate
g. Dimasukkan dalam harris hematoksilin selama 4 menit
h. Bilas dengan air mengalir sampai bersih
i. Bilas dengan alcohol bertingkat 70%,80% dan 90% 10-20celup
j. Dimasukkan dalam eosin 1 celup
k. Dibilas dengan alcohol bertingkat 50%, 70% , 80% dan 90%10-20
celup
l. Dibersihkan dan dikeringkan bagian bawah dan sisi-sisinya
m. Diberi label dan entelan
n. Ditutup dengan deck glass
o. Diserahkan kedokter PA
p. Hasilnya ditelpon kedokter bedah

C. KELOMPOK SPESIMEN UMUM LABORATORIUM SITOLOGI DAN HISTOLOGI

1. Sitologi
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari morfologi sel-sel cairan tubuh. Cairan itu
bisa kita dapat dengan dua cara tergantung pada tujuan pemeriksaan :
a. Cairan-cairan yang sudah keluar lepas dari organ tubuh dan sewaktu-waktu bisa kita
siapkan dengan mudah.
Contoh : Urine, Sputum.
Cairan-cairan yang didapat secara aspirasi pada organ tubuh yang dicurigai. Contoh :
FNAB,Cairan ascites,Cairan pleura,Pap smear dll.
Pemeriksaan sitologi merupakan cara yang mudah, murah, sederhana dan hasilnya
cukup akurat.

Pemeriksaan SITOLOGIK adalah pemeriksaan yang sampelnya dari cairan tubuh


manusia yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian
dilakukan pembacaan dengan mikroskop. Sediaanyang baik adalah suatu sediaan yang
mampu menggambarkan kondisi sel atau jaringan layaknya ketika sel atau jaringan itu
masih di dalam tubuh.Untuk menghindari atau memperkecil kerusakan sel dan jaringan
ketika terlepas dari tubuh maka perlu dilakukan suatu tindakan yang membuatnya tidak
berubah.

a. Sitologi Manusia
Pemeriksaan sitologi: mencari dan menilai perubahan struktur dari setiap sel yang
ditemukan.
 Untuk deteksi kanker, misalnya pap test / pap smear/papanicolaou test/ cervical
smear yaitu deteksi dini Kanker Leher Rahim.
 Kelainan genetik
 Kelainan hormonal
b. Sitologi: - ginekologik
- Non ginekologik
Sitologi Ginekologik: hapusan dari dinding lateral vagina, serviks, endometrium.
Sitologi Non Ginekologik: tergantung dari organ yang akan diperiksa, misal sputum
untuk paru-paru,cairan ascites, cairan pleura.

c. SITOLOGI GINEKOLOGIK
Kegunaan:
1) Evaluasi hormonal
2) Deteksi kanker dini
3) Pemeriksaan radang
Sediaan diambil dari sediaan apus:
1) Dinding lateral vagina 1/3 bagian dalam
2) Serviks
3) Endometrium

d. PAP-SMEAR / CERVICAL SMEAR


Defenisi: adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan dari serviks terutama
kanker serviks. Sediaan papsmear diambil dari daerah forniks posterior
/squamocolumnar junction.

e. SITOLOGI NON – GINEKOLOGI


1) Traktus Respiratorius
Sitologi paru
- Sputum – fiksasi alkohol 90%, dikirim 3x, 3 hari berturut-turut
- Bronchoscopi
- Cucian / sikatan bronchus
- Aspirasi
2) Traktus digestivus
- Cairan lambung dengan endoskopi
- Colon / rektum
- Kolonoskopi / rektoskopi
3) Traktus urinalisa
- Sitologi urine
4) Rongga Pleura
- Rongga Pericard
- Rongga Sinovia
- Rongga Abdoman (asites)
- Cairan serebro spinalis

f. SITOLOGI IMPRINT
Dilakukan pada waktu operasi, bersama dengan frozen section. Jaringan yang
diambil ditempelkan pada kaca benda, kemudian diwarnai dan di diagnosa.

2. Histologi
Jaringan adalah kumpulan sel yang sejenis dan substansi yang mengelilinginya.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam satu kerangka struktur atau
matriks yang mempunyai satu kesatuan organisasi yang mempu mepertahankan keutuhan
dan penyesuain terhadap lingkungan diluar batas dirinya.
Jaringan diklasifikasikan berdasarkan struktur sel, komposisi cairan eksraseluler dan
fungsi sel.
Ada 4 jenis jaringan :
1. Epitel: melapisi,melindungi
2. Jaringan ikat : penyokong
3. Otot : pergerakan
4. Saraf: mengendalikan,mengkontrol
SISTEM ADMINISTRASI PATOLOGI ANATOMI ATAU ALUR KERJA SITOLOGI
DAN HISTOLOGI
Komponen yang terdapat di laboratorium patologi anatomi berbeda
dengan laboratorium klinik. Di laboratorium patologi anatomi, kita akan
mengenal yang namanya dokter spesialis patologi anatomi (dr.Sp.PA.) atau
ahli patologi, asisten ahli patologi, sitoteknologis dan histoteknologis,
sedangkan untuk di laboratorium patologi klinik kita telah mengenal yang
namanya dokter spesialis patologi klinik (dr.Sp.PK.), teknisi laboratorium
kesehatan dan plebotomis. Ahli patologi atau dokter spesialis patologi
anatomi (dr.Sp.PA.) merupakan seorang dokter dengan keahlian khusus dalam
diagnosis dan deteksi penyakit khususnya di bidnag histopatologi dan
sitopatologi. Asisten ahli patologi adalah seorang yang membantu ahli
patologi dengan kompetensi untuk menggambarkan secara kasar terhadap hasil
pembedahan dan biopsi, yang diawasi dan dimbimbingoleh ahli patologi.
Asisten ahli patologi juga dapat membantu dalam aspek teknis penilaian
intraoperatif seperti bagian beku dan pemilihan jaringan untuk penelitian
dan uji klinis. Ahli sitoteknologi adalah Orang-orang yang ahli dalam
teknik pembuatan sediaan sitologik dan dapat pula membantu dalam skrining
spesimen yang terdiri dari spesimen sel kecil, misalnya spesimen Pap smear
(sitoskriner). Setelah dilakukan skrining dan menandai sel untuk diagnostik
dalam kaca objek, ahli sitologi merujuk kasus tersebut pada ahli patologi
untuk ditinjau secara makna patologis. Sedangkan ahli histologik adalah
orang-orang yang mengelola pemrosesan jaringan di laboratorium dan
melakukan penilian komponen teknis dalam membuat sediaan histologik untuk
dievaluasi oleh ahli patologi. Komponen-komponen kompetensi dari ahli
histologik meliputi proses fiksasi jaringan, pematangan jaringan ke
parafin, pemotongan jaringan hingga pewarnaan jaringan pada kaca objek.
Dalam pengelolaan laboratorium patologi anatomi khususnya di dalam
system administrasi sedikit berbeda antara laboratorium sitologi dan
laboratorium histologi. Spesimen yang diterima oleh laboratorium sitologi
maupun histologi memiliki alur yang sedikit
berbeda.
Adapun alur kerja di laboratorium sitologi pada umumnya dapat dilihat
Gambar 1.1 dan alur kerja di laboratorium histologi tampak pada Gambar 1.3.
Gambar 1.1 menunjukkan spesimen yang diterima oleh laboratorium sitologi
dapat berupa spesimen yang belum diolah maupun yang sudah dalam bentuk
sediaan sitologik yang kurang dilakukan pewarnaan. Hal itu bisa saja
didapatkan dari laboratorium yang melakukan pembuatan sediaan tanpa
melakukan pewarnaan terlebih dahulu (contoh: cervical smear, aspirasi
biopsi jarum halus (FNA), dan lain sebagainya). Setelah spesimen diterima
maka maka bagian administrasi melakukan pendataan dari spesimen tersebut.
Pada saat pendataan, seorang administrasi wajib mengetahui kelayakan dari
suatu spesimen. Spesimen yang telah layak untuk dilakukan pembuatan sediaan
sitologik kemudian dikirim ke bagian pembuatan sediaan dan dilakukan
pewarnaan. Pada laboratorium tertentu dilakukan skrining awal oleh asisten
ahli patologi untuk melihat gambaran secara teknis dan gambaran umum sel
yangditemukan serta memisahkan antara sediaan yang patologis dan normal.
Hasil skrining dilaporkan kepada ahli patologi (dr. Sp. PA), kemudian
dokter pengirim menyerahkan kepada
pasien.
Laboratorium patologi anatomi kadang melakukan pengambilan spesimen
baik spesimen ginekolog (pap smear) maupun non ginekolog (FNAC). Adapun
hal-hal yang harus minimal harus diisikan oleh seorang pasien secara umum
adalah namapasien, no rekam medis, no pendaftaran, usia pasien, jenis
kelamin pasien, dokter pengirim. Sedangkan untuk jenis pemeriksaan baik
ginekolog maupun non-ginekolog adalah sebagai berikut.

1. Pemeriksaan Pasien Ginekolog


a. Persiapan pasien
 Pemeriksaan dilakukan idealnya 2 minggu setelah hari pertama
menstruasi
terakhir. Sebaiknya hindari pemeriksaan selama menstruasi
karena darah
dapat mengaburkan temuan. Jika terjadi pengaburan temuan
(temuan tidak
jelas) karena sesuatu, tetap harus dituliskan/dicatat agar
teknisi mengetahui
cara memperlakukan spesimen.
 Jangan menggunakan obat vagina, alat kontrasepsi vagina,
atau “douching”
(pencucian vagina menggunakan alat khusus) selama 48 jam
sebelum
pengambilan spesimen.
 Tidak dianjurkan berhubungan badan sehari sebelum
pengambilan
spesimen.
Tidak dianjurkan berhubungan badan sehari sebelum pengambilan
spesimen.

b. Sumber spesimen
Sumber atau letak pengambilan spesimen (vagina, endoservik,
gabungan atau bagian servik) menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Hal
ini berkaitan dengan sel minimal yang ditemukan untuk menilai kelayakan
suatu sediaan.

c. Status homonal
Status hormonal yang dimaksud di sini adalah seorang
administrasi wajib menanyakan status pasien, apakah dalam masa subur,
menstruasi, ataumenopause.

3. Pasien pemeriksaan non-ginekolog

Pada pemeriksaan non ginekolog hal yang harus didapat dalam


adminitrasi tidak sebanyak dari yang pemeriksaan ginekolog. Namun hal yang
menjadi penting dalam pemeriksaan akhir baik penentuan patologis ataupun
kemungkinan artifak yang muncul dalam sediaan. Adapun data yang harus
didapatkan adalah sumber sediaan, waktu pengambilan, teknik pengambilan dan
fiksasi tambahan.

4. Spesimen berupa bentuk sediaan siap warna

Jika spesimen dikirimkan ke laboratorium dalam bentuk sediaan, maka


hal-hal yang harus diperhatikan seorang adminitrasi adalah jenis fiksasi
yang digunakan (fiksasi basah atau kering), waktu pengambilan spesimen dan
formulir dasar (poin 1). Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengiriman
dalam bentuk sediaan siap warna adalah sediaan tersebut gagal dalam fiksasi
kering maupun basah, debu dan kotoran menempel pada sediaan. Hal tersebut
dapat menyebabkan nilai negatif palsu dari hasil pemeriksaan.
Sistem adminitrasi yang ada di laboratorium patologi anatomi
khususnya histology sedikit berbeda dengan laboratorium sitopatologi,
walaupun adakalanya kedua laboratorium itu disatukan. Skema dasar dari
sistem laboratorium khusus histologi adalah sebagai berikut.
Pada Gambar 1.3 di atas, spesimen yang diterima akan dilakukan
pemeriksaan awal untuk melihat kelayakan suatu sediaan histologik. Hal ini
kadangkala disebabkan karena spesimen yang didapatkan kurang layak untuk
dibuat sediaan karena satu dan lain hal.
Pengoleksian spesimen dan transportasi spesimen yang benar untuk
pemeriksaan histopatologis penting untuk dilakukan karena sejumlah alasan
berikut ini:
 Kesalahan identifikasi dan pelabelan pada spesimen pasien yang
salah dapat menyebabkan dikeluarkannya laporan yang keliru.
 Arsitektur jaringan dan khususnya detail dari sel dapat menjadi
sulit diidentifikasi ketika pengirim memberikan spesimen yang
telah dimasukkan larutan fiksasi yang tidak semestinya, sehingga
diagnosis jaringan yang tepat hampir tidak mungkin. Hal ini
terkadang menyebabkan kebutuhan pada biopsi ulang.
 Orientasi spesimen yang salah dari pengiriman, kurangnya
identifikasi yang sesuai dalam formulir permintaan, atau
kekurangan margin yang jelas (misalnya mesorektum). Hal ini dapat
mempersulit ahli patologi dalam mengomentari margin eksisi bedah.
 Hasil pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan untuk membuat
diagnosis histopatologis yang akurat seperti radiologi,
laboratorium klinik dan lain-lain.
 Jika laporan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, harus
ditunjukkan dalam formulir permintaan dengan identifikasi khusus
(warna formulir atau tulisan CITO). Dalam praktik histopatologis,
mungkin ada penundaan dalam pengambilan spesimen, pengolahan atau
pelaporan.
 Beberapa jenis spesimen mungkin memerlukan fiksatif khusus, atau
perlu dikirim dalam kondisi tidak terfiksasi untuk penyelidikan
tertentu.
 Mungkin perlu menginformasikan laboratorium sebelum mengirim
spesimen untuk penyelidikan khusus atau mendesak (misalnya potong
beku).
Dari alasan-alasan di atas maka rincian yang harus ada dalam formulir
permintaan
adalah sebagai berikut:
 Jenis dan lokasi specimen.
 Rincian identifikasi pasien (serupa dengan yang ada pada wadah
spesimen).
 Rincian klinis yang relevan (temuan radiologi untuk tumor tulang,
tes fungsi hati untuk
biopsi hati, tes fungsi ginjal untuk biopsi ginjal, kadar PSA
untuk prostat biopsi dan lain-lain) dan bila tersedia ditambahkan
diagnosis klinis sebgai pembanding.
 Nomor referensi dan diagnosis laporan aspirasi jarum halus yang
relevan sebelumnya
(FNA) atau histologik sebelumnya, jika ada.
 Jika jahitan orientasi ditempatkan, margin yang diwakilinya harus
ditunjukkan dengan jelas.
Sebuah indikasi jika laporan tersebut sangat dibutuhkan.
Sebuah formulir dapat saja berbeda dari tiap laboratorium, namun tetap
harus dipertimbangkan nilai-nilai yang wajib terisi sebagai penunjang
diagnosis dan lain sebagainya.
Berikut adalah seuah contoh formulir dari laboratorium yang digunakan.
Berikut ini adalah contoh forrmulir penerimaan spesimen jaringan.

Adapun contoh formulir penerimaan spesimen sitologik adalah sebagai


berikut.
Setelah spesimen diterima, maka alur pengolahan spesimen-pun harus
berjalan dengan
baik mulai dari penerimaan spesimen hingga pelaporan hasil. Berikut ini
contoh alur
perpindahan spesimen di laboratorium patologi anatomikadalah sebagai
berikut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Patologi Anatomi (PA) berasal dari kata “Pato” yang artinya


kelainan, “logi” artinya ilmu, dan Anatomi artinya susunan organ tubuh.
Sehingga Patologi anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang kelainan pada susunan atau bagian dari organ-organ tubuh.
2. Ada 3 pemeriksaan patologi anatomi, yaitu :
1) Sitopatologi : Pap Smear, FNA-B, Core Biopsi
2) Histopatologi : jaringan dengan pengawet dan jaringan dengan
tanpa
pengawet atau segar (PC)
3) Imunohistokimia

3.2 Saran
Disarankan untuk lebih menyempurnakan makalah ini agar kedepannnya
memiliki manfaat yang besar untuk akademik mahasiswa dan masyarakat yang
membacanya.

Anda mungkin juga menyukai