Anda di halaman 1dari 5

NAMA : YUMNA TAHANI TSAMARAH

KELAS/ABSEN : B / 50

NIM : P07134117102

PRODI : D IV ANALIS KESEHATAN

JAWABAN UTS SITOHISTOTEKNOLOGI

1. A. Menurut Permenkes RI No. 411/Menkes/Per/III/2010, Laboratorium Klinik adalah


laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, dan memulihkan kesehatan. Jenis laboratorium tersebut yaitu :

Laboratorium klinik umum adalah laboratorium yang melaksanakan pelayanan


pemeriksaan spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, dan imunologi klinik. Contohnya adalah Laboratorium Rumah Sakit.
Laboratorium klinik umum diklasifikasikan menjadi :

a) Laboratorium klinik umum pratama, yaitu laboratorium yang melaksanakan


pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan terbatas dengan
teknik sederhana. Contohnya Laboratorium Puskesmas.
b) Laboratorium klinik umum madya, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan tingkat laboratorium
klinik umum pratama dan pemeriksaan imunologi dengan teknik sederhana.Contohnya
Laboratorium Rumah Sakit type C.
c) Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih lengkap dari
laboratorium klinik umum madya dengan teknik automatik. Contohnya adalah
Laboratorium Rumah Sakit Type A dan B.

Laboratorium klinik khusus diklasifikasikan menjadi :

a) Laboratorium mikrobiologi klinik, yaitu laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan


mikroskopis, biakan, identifikasi bakteri, jamur, virus, dan uji kepekaan.
b) Laboratorium parasitologi klinik, yaitu laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan
identifikasi parasit atau stadium dari parasit baik secara mikroskopis dengan atau tanpa
pulasan, biakan atau imunoesai.
c) Laboratorium patologi anatomi, yaitu laboratorium yang melaksanakan pembuatan
preparat histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologi, dan
pembuatan preparat dengan teknik potong beku.

Sumber : https://www.infolabmed.com/2018/11/pengertian-jenis-dan-klasifikasi.html Mardiana


& Rahayu, Ira Gustiara. (2017). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis ; Pengantar
Laboratorium Medik. Hal : 15-18. BPPSDMKes : Jakarta.

1. B
▪ Menjaga Sediaan hingga 10 tahun kedepan dan dapat dijadikan untuk referensi,
pengajaran atau penelitian.
• Menjaga formulir permintaan atau memindahkannya dalam bentuk digital dan
menyimpannya selama kurun waktu minimal 10 tahun.
• Spesimen yang tersisa dapat dilakukan sebagai berikut :
a. memisahkan untuk keperluan penyimpanan, pengajaran, penelitian bahkan museum,
b. menjadikan referensi hingga 1 tahun ke depan,
c. membuang sisa spesimen jika dianggap tidak perlu.

sumber : Buku Sitohistoteknologi

2. - alur kerja lab sitologi

spesimen yang diterima oleh laboratorium sitologi dapat berupa spesimen yang belum diolah
maupun yang sudah dalam bentuk sediaan sitologik yang kurang dilakukan pewarnaan. Hal itu
bisa saja didapatkan dari laboratorium yang melakukan pembuatan sediaan tanpa melakukan
pewarnaan terlebih dahulu (contoh: cervical smear, aspirasi biopsi jarum halus (FNA), dan lain
sebagainya). Setelah spesimen diterima maka maka bagian administrasi melakukan pendataan
dari spesimen tersebut. Pada saat pendataan, seorang administrasi wajib mengetahui kelayakan
dari suatu spesimen. Spesimen yang telah layak untuk dilakukan pembuatan sediaan sitologik
kemudian dikirim ke bagian pembuatan sediaan dan dilakukan pewarnaan. Pada laboratorium
tertentu dilakukan skrining awal oleh asisten ahli patologi untuk melihat gambaran secara teknis
dan gambaran umum sel yang ditemukan serta memisahkan antara sediaan yang patologis dan
normal. Hasil skrining dilaporkan kepada ahli patologi (dr. Sp. PA), kemudian dokter pengirim
menyerahkan kepada pasien.

- alur kerja lab Histologi


Sistem adminitrasi yang ada di laboratorium patologi anatomi khususnya histologi sedikit
berbeda dengan laboratorium sitopatologi, walaupun adakalanya kedua laboratorium itu
disatukan.

spesimen yang diterima akan dilakukan pemeriksaan awal untuk melihat kelayakan suatu
sediaan histologik. Hal ini kadangkala disebabkan karena spesimen yang didapatkan kurang
layak untuk dibuat sediaan karena satu dan lain hal. Pengoleksian spesimen dan transportasi
spesimen yang benar untuk pemeriksaan histopatologis penting untuk dilakukan karena sejumlah
alasan berikut ini.
• Kesalahan identifikasi dan pelabelan pada spesimen pasien yang salah dapat
menyebabkan dikeluarkannya laporan yang keliru.
• Arsitektur jaringan dan khususnya detail dari sel dapat menjadi sulit diidentifikasi
ketika pengirim memberikan spesimen yang telah dimasukkan larutan fiksasi yang
tidak semestinya, sehingga diagnosis jaringan yang tepat hampir tidak mungkin. Hal
ini terkadang menyebabkan kebutuhan pada biopsi ulang.

sumber : buku Sitohistoteknologi


3. a. Pemrosesan jaringan yang dimulai dari dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin,
pengeblokan, pemotongan slide preparat, pewarnaan hingga perekatan. Tahap pembuatan
preparat jaringan harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan akibat kesalahan pemrosesan
seperti sobekan, goresan, lipatan, penumpukan warna dan penyaringan larutan yang kurang
bersih sehingga akan dapat menyebabkan kesalahan dalam penafsiran diagnosis. Tujuan Tujuan
penyusunan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah pembuatan
sediaan preparat histologi dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin serta mengevaluasi hasil
pembuatan dan pewarnaan preparat
b. - potong kasar
Proses potong kasar atau trimming merupakan proses awal pemotongan blok jaringan yang
bertujuan untuk membuang kelebihan paraffin yang menutupi jaringan sehingga permukaan
jaringan dapat terbuka dan bisa dihasilkan pita jaringan yang utuh. Dikatakan potong kasar,
dikarenakan pada proses ini mikrometer diatur pada ketebalan yang cukup tinggi yaitu pada 15-
30µm. Pada proses ini perlu dilakukan dengan teliti karena jika tidak dapat mengakibatkan
artefak pada pita jaringan. Pastikan blok jaringan sudah diseting di belakang pisau sehingga blok
tidak langsung terpotong tebal, karena dapat menyebabkan blok pecah dan merusak jaringan di
dalamnya.
- potong halus
Proses potong halus ini bertujuan untuk menghasilkan pita jaringan dengan ketebalan tertentu.
Blok jaringan yang akan dipotong harus didinginkan terlebih dahulu untuk memberikan suhu
yang stabil pada blok paraffin dan jaringan. Ketebalan pita jaringan untuk jaringan hasil
pembedahan rutin ialah 3-4µm. Idealnya hasil pemotongan yang baik akan saling menempel
satu sama lain membentuk pita dengan ketebalan yang sama. Namun pita yang terbentuk dapat
memiliki ketebalan yang bervariasi meskipun dipotong pada skala yang sama. Variasi ketebalan
pita jaringan ini dipengaruhi banyak factor seperti suhu, sudut penempatan pisau, dan kecepatan
pemotongan, juga pengalaman teknisi. Perlu dilakukan pelatihan berulang-ulang untuk dapat
konsisten meghasilkan pita jarigan yang baik secara dan efisien.

4. Larutan fiksasi basah dapat terdiri dari :


a. Alkohol 95-96%.
Larutan ini merupakan lariutan fiksatif yang ideal yang dianjurkan di sebagian besar
laboratorium sitologi. Hasil dari fiksasi ini menghasilkan karakteristik inti yang ideal. Alkohol
95-96 ini adalah larutan dehidrasi dan dapat menyebabkan penyusutan sel karena akan
menggantikan air di dalam sel. Penggunaan ethanol absolutpun sebenarnya dapat dilakukan,
namun biaya yang dikeluarkan relatif lebih besar. Dalam teori lain menyebutkan bahwa dengan
pemberian alkohol 9596% ini akan membuat sel menjadi lebih kuat merekat dengan kaca sediaan
dibandingkan ketika sediaan basah dimasukkan ke dalam konsentrasi yang lebih rendah.
b. Methanol absolut.
Methanol absolut ini merupakan larutan fiksasi yang digunakan untuk sediaan berbasis cairan
seperti Thin prep, Sure prep dan lain sebagainya. Penggunaan larutan ini sebenarnya baik karena
menghasilkan sediaan yang tidak begitu menyusut jika dibanding dengan alkohol 95-96%.
c. Eter: alkohol 95%
Fiksasi basah menggunakan campuran eter : alkohol 95% = 1:1 merupakan fiksasi awal yang
digunakan untuk fiksasi sediaan pap smear. Hasil dari fiksasi menggunakan campuran ini
menghasilkan sediaan yang lebih baik dibanding dengan alkohol 95-96%. Namun eter yang
digunakan memiliki sifat yang berbahaya, berbau dan mudah mengikat air di sekitar
(higroskopis).
d. Propanol dan isopropanol 80%
Propanol dan isopropanol menyebabkan penyusutan sel lebih sedikit dari eteretanol atau
metanol. Dengan menggunakan persentase lebih rendah dari alkohol ini penyusutan diseimbangi
oleh efek pembengkakan akibat air yang ada dalam laritan fiksasi. Oleh karena itu 80% propanol
atau isopropanol merupakan pengganti etanol 95-96% yang direkomendasikan.
e. Denaturasi alkohol
Denaturasi alkohol ini merupakan etanol yang telah diubah dengan penambahan aditif sehingga
tidak cocok untuk dikonsumsi oleh manusia. Ada banyak formula yang berbeda untuk denaturasi
alkohol. Namun dari semua denaturasi alkohol, pada dasarnya semua mengandung etanol
sebagai bahan utama, dan karenanya ini dapat digunakan pada konsentrasi 95% atau 100%.
Salah satu formulasi yang telah digunakan adalah campuran dari 90 bagian etanol 95% + 5
bagian 100% methanol + 5 bagian 100% isopropanol.
f. Formalin Based
Formalin Based yang digunakan untuk sediaan sitologik yang ditargetkan pada pemeriksaan
imunologi

b. Tujuan proses hidrasi

5. Pada gambar 1 di atas menunjukkan sediaan ginjal yang terfiksasi dengan baik. Dimana
terlihat morfologi tubulus dan gromerulus yang baik tanpa ada pengerutan. Selain itu warna dari
inti maupun sitoplasma terlihat kekontrasan yang baik.
Kerusakan Ginjal. Pada gambar 2 terlihat morfologi struktur ginjal yang tidak beraturan dan
terjadi penyusutan pada gromerulus. Pada sel penyusun tubulus terlihat vakuolasi yang
disebabkan karena buruknya fiksasi dan pada gromerulus terbentuk celah yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai