Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG

IBADAH SHOLAT 5 WAKTU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. KURNIATI
2. KUSMIATI
3. FA’ANI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) TAMAN SISWA BIMA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah
tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk
ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum
(Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’ (harap)
dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam
aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid menjadi
terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang akan dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian sholat &    Dasar hukum sholat?
2. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat?
3. Mengetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Sholat Dan dasar hukumnya
2. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat
3. Megetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sholat


Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan dan
ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Secara dimensi Fiqh
shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan
menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Agama
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu
musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak
menghadap ke Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi
meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap
Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan (makhluk) di bumi,
meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan
keteraturannya, dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan kesucian,
dengan penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya dan kewajiban-
kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan, yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ini semuanya maka shalat
mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa selamat (mengucap salam)
kepada makhluk bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi sesama
makhluk-Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir
dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.
Adapun dasar hukum shalat yaitu:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama
yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa
aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia
Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik
penolong”.
Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

َّ‫ش َها َد ِة اَنْ الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َو اَن‬ ٍ ‫سالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ :‫س‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫عَنْ َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬
ْ ‫ بُنِ َي ْا ِال‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬
،‫لم‬ZZ‫ارى و مس‬ZZ‫د و البخ‬ZZ‫ احم‬. َ‫ان‬Z‫ض‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬
َ ‫ت َو‬ َّ ‫ َو اِقَ ِام ال‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬
ِ ‫ َو َح ّج ْالبَ ْي‬،‫ َو اِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬،‫صالَ ِة‬ ُ ‫ُم َح َّمدًا َر‬
1 ‫فى نيل االوطار‬:

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri
atas lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya
Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke
Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz
1, hal. 333]
َّ ‫ر ُك‬Zْ Zَ‫ ِر ت‬Z‫ ِل َو َبيْنَ ْال ُك ْف‬Z‫ بَيْنَ ال َّر ُج‬:‫ ْو ُل هللاِ ص‬Z‫س‬
‫ل‬ZZ‫ فى ني‬،‫ائى‬ZZ‫ارى و النس‬ZZ‫ة اال البخ‬ZZ‫ الجماع‬.‫الَ ِة‬Z‫الص‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫عَنْ َجابِ ٍر قَا َل‬
340 :1 ‫االوطار‬
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang
dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

.‫ َر‬Z َ‫ ْد َكف‬Z َ‫ا فَق‬ZZ‫ فَ َمنْ تَ َر َك َه‬.ُ‫الَة‬Z ‫الص‬


َّ ‫ا َو َب ْينَ ُه ُم‬ZZَ‫ ُد الَّ ِذى بَ ْينَن‬Z‫ اَ ْل َع ْه‬:‫و ُل‬Z
ْ Zُ‫ ْو َل هللاِ ص َيق‬Z ‫س‬ َ :‫ا َل‬ZZَ‫ َدةَ رض ق‬Z‫عَنْ بُ َر ْي‬
ُ ‫ ِمعْتُ َر‬Z ‫س‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫الخمسة‬
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian
antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh
ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

ُ‫ض هللا‬َ ‫ اَ ْخبِ ْرنِى َما فَ َر‬،ِ‫س ْو َل هللا‬


ُ ‫ يَا َر‬:‫ فَقَا َل‬،‫س‬ِ ‫س ْو ِل هللاِ ص ثَاِئ َر ال َّرْأ‬ ُ ‫عَنْ طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللاِ اَنَّ اَع َْرابِيًّا َجا َء اِلَى َر‬
َ :‫ا َل‬ZZَ‫يَ ِام ! ق‬Z‫الص‬
‫ ْه ُر‬Z‫ش‬ ّ َ‫ض هللاُ َعلَ َّي ِمن‬ َ ‫ر‬Z َ Zَ‫ا ف‬Z‫رنِى َم‬Zْ ِ‫ اَ ْخب‬:‫ قَا َل‬.‫ش ْيًئا‬
َ ‫ اِالَّ اَنْ تَطَ َّو َع‬،‫س‬ َ ‫صلَ َواتُ ْا‬
ُ ‫لخ ْم‬ َّ ‫ ال‬:‫صالَ ِة ! قَا َل‬ َّ ‫َعلَ َّي ِمنَ ال‬
.‫سالَ ِم ُكلّ َها‬ ُ ‫ فَا َ ْخبَ َرهُ َر‬:‫ض هللاُ َعلَ َّي ِمنَ ال َّز َكا ِة ! قَا َل‬
ْ ‫س ْو ُل هللاِ ص بِش ََراِئ ِع ْا ِال‬ َ ‫ اَ ْخبِ ْرنِى َما فَ َر‬:‫ قَا َل‬.‫ش ْيًئا‬َ ‫ضانَ اِالَّ اَنْ تَطَ َّو َع‬َ ‫َر َم‬
‫ َل‬Z‫ق اَ ْو د ََخ‬َ ‫ َد‬Z‫ص‬َ ْ‫ اَ ْفلَ َح اِن‬.‫ ْو ُل هللاِ ص‬Z‫س‬
ُ ‫ا َل َر‬ZZَ‫ فَق‬.‫ ْيًئا‬Z‫ش‬َ ‫ض هللاُ َعلَ َّي‬ َ ‫ َر‬Zَ‫ص ِم َّما ف‬ َ ‫ الَ اَطَّ َّو ُع‬،َ‫ َو الَّ ِذى اَ ْك َر َمك‬:‫فَقَا َل‬
ُ ُ‫ش ْيًئا َو الَ اَ ْنق‬
َ ْ‫لجنَّةَ اِن‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.َ‫ص َدق‬ َ ‫ْا‬

Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW
dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-
shalat yang lima, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya,
“Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW
bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia
bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’.
Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat
Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan
engkau, saya tidak akan menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-
apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti
ia akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
‫ ثُ َّم‬.‫ا‬Z ‫س‬ َ ِ‫ ثُ َّم نُق‬، َ‫يْن‬Z ‫س‬
ً ‫تْ َحتَّى ُج ِعلَتْ َخ ْم‬Z ‫ص‬ ِ ‫ ِه َخ ْم‬Z ِ‫ي ب‬ ْ ُ‫صلَ َواتُ لَ ْيلَةَ ا‬
َ ‫س ِر‬ َّ ‫ضتْ َعلَى النَّبِ ّي ص ال‬ َ ‫ فُ ِر‬:‫س بْنَ َمالِ ٍك رض قَا َل‬ ِ َ‫عَنْ اَن‬
‫ل‬Z‫ فى ني‬،‫ححه‬Z‫ذى و ص‬Z‫ائى و الترم‬Z‫د و النس‬Z‫ احم‬. َ‫يْن‬Z‫س‬ ِ ‫س َخ ْم‬ ِ ‫لخ ْم‬َ ‫ ِذ ِه ْا‬Z‫ي َو اِنَّ لَكَ بِه‬
َّ ‫ يَا ُم َح َّم ُد اِنَّهُ الَ يُبَ َّد ُل ْالقَ ْو ُل لَ َد‬:‫ي‬
َ ‫نُ ْو ِد‬
334 :1 ‫االوطار‬

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam
Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi
dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku.
Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]

‫س ْو ُل هللاِ ص ْال َم ِد ْينَةَ زَ ا َد َم َع ُك ّل َر ْك َعتَ ْي ِن‬


ُ ‫ فَلَ َّما قَ ِد َم َر‬.َ‫صالَةُ َر ْك َعتَ ْي ِن َر ْك َعتَ ْي ِن ِب َم َّكة‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ قَ ْد فُ ِر‬: ْ‫شةَ قَالَت‬ َ ‫ش ْعبِ ّي اَنَّ عَاِئ‬ َّ ‫َن ال‬
ِ ‫ع‬
‫ احمد‬.‫صالَةَ ْاالُ ْولَى‬ َّ ‫صلَّى ال‬ َ ‫ َو َكانَ اِ َذا‬:‫ َقا َل‬.‫صالَةُ ْالفَ ْج ِر لِطُ ْو ِل قِ َرا َءتِ ِه َما‬
َ ‫سافَ َر‬ َ ‫ اِالَّ ْال َم ْغ ِر َب فَاِنَّها ِو ْت ُر النَّ َها ِر َو‬،‫َر ْك َعتَ ْي ِن‬
Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat itu
dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di Madinah
(Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali
shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat
Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah
Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana pada awalnya (dua
rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

َّ ‫َن النَّبِ ّي ص اَنَّهُ َذ َك َر ال‬


َ‫صالَة‬ ِ ‫عَنْ َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ِرو ْب ِن ْال َعا‬
ِ ‫صع‬
‫ َو َمنْ لَ ْم يُ َحافِ ْظ َعلَ ْي َها لَ ْم تَ ُكنْ لَهُ نُ ْو ًرا َو الَ بُ ْرهَانًا‬.‫ َمنْ َحافَظَ َعلَ ْي َها َكانَتْ لَهُ نُ ْو ًرا َو بُ ْرهَانًا َو نَ َجاةً يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة‬:‫يَ ْو ًما فَقَا َل‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد‬.‫ف‬ ٍ َ‫ َو َكانَ َي ْو َم ْالقِيَا َم ِة َم َع قَا ُر ْونَ َو فِ ْرع َْونَ َو هَا َمانَ َو اُبَ ّي ْب ِن َخل‬.ً‫َو الَ نَ َجاة‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari
menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka
shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan
barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak
sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari qiyamat
bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 343].
B. Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat
1. Pembagian Waktu Shalat.
Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;
 Waktu Fadlilah
Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya
awal waktu. Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan
diri dengan sebab-sebab sholat, mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian
segera mengerjakan sholat.
Sebab-sebab sholat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat,
menunggu jama'ah dan sebagainya.
 Waktu ikhtiyar
Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat tidak dikerjakan
pada waktu fadlilah.
 Waktu jawaz
Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan
kemakruhan dan terkadang tidak makruh.
 Waktu hurmah
Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan
sebagian dari sholat diluar waktu.
 Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat
bepergian atau sakit.
 Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti haidl dan
lainnya- dan waktu hanya tersisa sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.
Waktu sholat Fardhu
 Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu tengah hari.
Ada yang mengatakan dinamakan Dhuhur karena sholat Dhuhur adalah sholat
yang pertama kali muncul dalam islam.
 Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai
panjangnya selain bayangan istiwa' dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar ketika
matahari terbenam.
 Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar dengan
terbenamnya / hilangnya mega merah di ufuk.
 Sholat I’sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna merah.
Dan waktunya keluar dengan terbitnya fajar shodiq.
 Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar
dengan terbitnya sebagian dari sinar matahari
2. Syarat-syarat shalat
a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
c. Menutup aurat
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menghadap kiblat
f. Mengerti kefadhuan shalat
g. Tidak mengiktidalkan salah satu fardhu dari beberapa fardhu salat sebagai suatu
yang sunat
3. Rukun shalat
a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat
b. Berdiri, bagi orang yang kuasa
c. Takbiratul ihram
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Ruku’ dan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
i. Duduk untuk tasyahhud pertama
j. Membaca tasyahhud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi
l. Mengucap salam yang pertama
m. Tertib
4. Sunnah-Sunnah Shalat
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah
sunnah-sunnah shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun
wajib shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya:
membaca do’a iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al
Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a
setelah tasyahud akhir dan lainnya.
Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya:
mengangkat tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk,
meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat
berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan
antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.
C. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat
1. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak
mempunyai arti. Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya
shalat karena berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap
membatalkan shalat.Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan:
Shalat tidak batal di karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap
terpelihara. Ketika seseorang berdehem di dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah
dan Maliki hal tersebut tidak membatalkan shalat meskipun tanpa makksud. Tetapi
ualama mazhab yang lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada
maksud seperti membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.
2. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya
membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak
shalat. Para ulama mazhab menyepakatinya.
3. Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab
berbeda pendapat menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan
minum bisa membatalakan shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu
atau menghilankan syarat atau rukun dalam shalat seperti berkesinambungan. Mazhab
Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam shalat membatalkan shalat walaupun
makanan tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk air. Menurut
Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan dan minuman yang masuk kedalam
rongga perut itu membatalkan shalat jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan
sengaja dan tau keharamanya akan tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal tersebut
tidak membatalkan shalat. Sedangkan menurut Mazhab Hambali mengatakan : kalau
makanan dan minumannya banyak maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun
tidak akan tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.
4. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama mazhab
sepakat bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali Mazhab Hanafi mereka
mengatakan: shalat batal jika jika perkara tersebut datang sebelum selesai membaca
tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut datang sebelum salam (selesai membaca
tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan shalat.
5. Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan
batal. Masing-masing ulama memilki pandangannya masing-masing menganai batalnya
shalat salah satu contoh yakni pendapat Mazhab Mazhab Syafi'i dan Mazhab Maliki
adalah sebagai berikut.

hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:


1. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
2. sengaja berbicara
3. menangis
4. merintih
5. banyak bergerak
6. ragu-ragu dalam niat
7. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
8. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
9. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
10. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya
11. terkena najis
12. mengulang-ulang takbiratul ihram
13. meninggalkan rukun dengan di sengaja
14. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang lainnya.
15. menambah rukun dengan di sengaja
16. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
17. berpaling dari kiblat dengan dadanya
18. mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di
dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan
keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan
kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Selain itu sholat juga mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, untuk kesehatan
manusia itu sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal
yang pertama dihisab adalah sholat.

B. Saran
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan kebaikan
dalam segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan, sebagai
pembeda antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai syariat dari Allah
dalam kehidupan, semoga dapat difahami, diamalkan dan diaplikasikan dengan benar dalam
kehidupan kita. Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas
dari kami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha
untuk menjauhi segala yang menjadi larangannya dan melaksanakan segala perintahnya,
meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001).
Al-Hadrami, Salim bin Smeer, Terjemah Safinatun Najah, Pustaka Amani.
Haryono, Sentot, Psikologi Salat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003).
http://salampathokan.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-shalat-kewajiban-shalat.html.

Anda mungkin juga menyukai