Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KELOMPOK 1

“SALAT”

Disusun oleh:

Dinda Putri Olivia


Ela Fatmawati A.
Hadi Priatna
Nurhanaroh Setiyani
Tya Nurrafifah

Jl. Angkrek Situ No. 19 Sumedang 45323 Jawa Barat


2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Keberhasilan makalah
ini tidak lain disertai berbagai referensi dan bantuan dari pihak yang bersangkutan. Namun
makalah ini masih memiliki kekurangan dalam konteks penyusunan, maka dari itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan serta memenuhi nilai tugas Pendidikan Agama Islam.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

SALAT
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN SALAT.........................................................................................................................5
B. DALIL-DALIL YANG MEWAJIBKAN SALAT.........................................................................................5
C. HUKUM ORANG YANG MENINGGALKAN SALAT..............................................................................7
D. SYARAT-SYARAT SALAT....................................................................................................................8
E. RUKUN SALAT................................................................................................................................10
F. SUNAH-SUNAH SALAT....................................................................................................................10
G. MACAM-MACAM SALAT................................................................................................................10
H. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SALAT.........................................................................................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN..................................................................................................................................19
B. SARAN............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sudah kita ketahui bersama bahwa ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia
terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di
Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Salat, puasa,
naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Salat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh berakal, dan harus
dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.
Salat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang)
salah satunya adalah Salat, sehingga barang siapa yang mendirikan Salat, maka dia telah mendirikan
agama, dan barang siapa yang meninggalkan Salat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Salat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali, berjumlah 17 raka’at.
Salat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat
mapun sakit, dalam keadaan susah maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain Salat wajib yang
lima ada juga Salat sunat.
Untuk membatasi masalah bahasan, maka penulis hanya membahas tentang Salat wajib yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Salat?
2. Dalil-Dalil Yang Mewajibkan Salat?
3. Hukum Orang Yang Meninggalkan Salat?
4. Syarat-Syarat Salat?
5. Rukun Salat?
6. Sunnah-Sunnah Salat?
7. Macam-Macam Salat?
8. Hal-Hal Yang Membatalkan Salat?
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SALAT
Salat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, Salat menurut Bahasa (Etimologi) berarti Do'a dan
secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah Salat
berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan yang telah ditentukan (Sidi
Gazalba,88).

Adapun scara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan
takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nya atau mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
perkerjaan atau dengan kedua-duannya (Hasbi AsySyidiqi, 59).

Dalam pengertian lain Salat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya
sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara (Imam Bashari Assayuthi, 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Salat adalah merupakan ibadah
kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga Salat merupakan penyerahan diri
(lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-Nya.   Salat dalam agama islam
menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadat manapun juga, ia merupakan tiang
agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.

B. DALIL-DALIL YANG MEWAJIBKAN SALAT


Salat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah syahadat dalam rukun
islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak sekali dijelaskan mengenai kewajiban untuk
mengerjakan Salat. Diantara dalil Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai kewaiban salat adalah:

Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan Salat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:

Artinya: “Maka apabila kamu Telah menyelesaikan Salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah Salat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya Salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban Salat antara lain adalah:

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima rukun.
Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan
Allah,  mendirikan Salat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

َّ ‫ بَيْنَ ال َّر ُج ِل َو بَيْنَ ْال ُك ْف ِر ت َْر ُك ال‬:‫س ْو ُل هللاِ ص‬


340 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫صالَ ِة‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫عَنْ َجابِ ٍر قَا َل‬
Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran
adalah meninggalkan Salat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
340]

:1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬.‫ فَ َمنْ تَ َر َك َها فَقَ ْد َكفَ َر‬.ُ‫صالَة‬


َّ ‫ اَ ْل َع ْه ُد الَّ ِذى بَ ْينَنَا َو بَ ْينَ ُه ُم ال‬:‫س ْو َل هللاِ ص يَقُ ْو ُل‬ َ :‫عَنْ بُ َر ْي َدةَ رض قَا َل‬
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬
343

Dari Buraidah RA, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian antara kami dan
mereka adalah Salat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. [HR.
Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

:‫صالَ ِة ! قَا َل‬َّ ‫ض هللاُ َعلَ َّي ِمنَ ال‬ َ ‫ اَ ْخبِ ْرنِى َما فَ َر‬،‫هللا‬ ِ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ فَقَا َل‬،‫س‬ ِ ‫س ْو ِل هللاِ ص ثَاِئ َر ال َّرْأ‬ ِ ‫عَنْ طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد‬
ُ ‫هللا اَنَّ اَ ْع َرابِيًّا َجا َء ِالَى َر‬
ْ َ
‫اَخبِ ْرنِى َما‬ :‫ قا َل‬.‫ش ْيًئا‬ َ
َ ‫ضانَ اِالَّ اَنْ تَط َّو َع‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
َ :‫قا َل‬ ! ‫صيَ ِام‬ َ
ّ ‫ض هللاُ َعل َّي ِمنَ ال‬ َ ْ َ
َ ‫ اَخبِ ْرنِى َما ف َر‬:‫ قا َل‬.‫ش ْيًئا‬ َ
َ ‫ اِالَّ اَنْ تَط َّو َع‬،‫س‬ َ ‫صلَ َواتُ ْا‬
ُ ‫لخ ْم‬ َّ ‫ال‬
‫ض‬َ ‫ص ِم َّما فَ َر‬ ُ ُ‫ش ْيًئا َو الَ اَ ْنق‬
َ ‫ع‬ ُ ‫ الَ اَطَّ َّو‬،‫ َو الَّ ِذى اَ ْك َر َم َك‬ :‫ فَقَا َل‬.‫سالَ ِم ُكلّ َها‬ْ ‫س ْو ُل هللاِ ص بِش ََراِئ ِع ْا ِال‬ ُ ‫فَا َ ْخبَ َرهُ َر‬ :‫ض هللاُ َعلَ َّي ِمنَ ال َّزكَا ِة ! قَا َل‬ َ ‫فَ َر‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.َ‫ص َدق‬ َ ْ‫لجنَّةَ اِن‬ َ ‫ق اَ ْو د ََخ َل ْا‬ َ ‫ص َد‬َ ْ‫ اَ ْفلَ َح اِن‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬.‫ش ْيًئا‬
َ ‫هللاُ َعلَ َّي‬
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW dalam
keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah
wajibkan kepadaku dari Salat?”. Beliau bersabda, “Salat-Salat yang lima, kecuali kamu mau melakukan
yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa?”.
Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia
bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah
berkata: Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya.
Lalu orang Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan
menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh
Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan
masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
335]

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata: Diwajibkan Salat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’, lima puluh
kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad,
sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama
dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 334]

Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata: Sungguh telah difardlukan Salat itu dua rekaat dua
rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di Madinah (Allah) menambah pada
masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali Salat Maghrib, karena sesungguhnya
Salat Maghrib itu witirnya siang, dan pada Salat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-
Sya’bi berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau Salat sebagaimana pada
awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6: 241]
C. HUKUM ORANG YANG MENINGGALKAN SALAT
Seluruh ummat Islam sepakat bahwa orang yang mengingkari wajibnya Salat, maka dia kafir dan
keluar dari Islam. Tetapi mereka berselisih tentang orang yang meninggalkan Salat dengan tetap
meyakini kewajiban hukumnya. Sebab perselisihan mereka adalah adanya sejumlah hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menamakan orang yang meninggalkan Salat sebagai orang kafir, tanpa
membedakan antara orang yang mengingkari dan yang bermalas-malasan mengerjakannya.

Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya:

 “Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan Salat.”

Dari Buraidah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya: Perjanjian antara kita dan mereka adalah Salat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah
kafir.”

Namun yang rajih dari pendapat-pendapat para ulama’, bahwa yang dimaksud dengan kufur di sini
adalah kufur kecil yang tidak mengeluarkan dari agama. Ini adalah hasil kompromi antara hadits-hadits
tersebut dengan beberapa hadits lain, di antaranya:

Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

‘Lima Salat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-
nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian de-ngan Allah untuk
memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki perjanjian
dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Atau jika Dia berkehendak, maka Dia
mengampuninya.”

Kita menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan Salat masih di bawah derajat kekufuran dan kesyirikan.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan perkara orang yang tidak mengerjakannya
kepada kehendak Allah.

Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang muslim pada hari
Kiamat adalah Salat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan sempurna (maka ia selamat). Jika tidak,
maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki Salat sunnah? Jika dia memiliki Salat sunnah maka Salat
wajibnya disempurnakan oleh Salat sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan wajibnya dihisab seperti
halnya Salat tadi.”

Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi diketahui apa
itu puasa, Salat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam, hingga tidak
tersisalah satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang tua dan renta.
Mereka berkata, ‘Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah dan kami pun
mengucapkannya.” Shilah berkata kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallaah tidak bermanfaat
untuk mereka, jika mereka tidak tahu apa itu Salat, puasa, qurban, dan shadaqah?”

Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali itu pula
Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah menoleh dan berkata, “Wahai Shilah,
kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga kali.”

D. SYARAT-SYARAT SALAT
Para ulama membagi syarat Salat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke
dua syarat sah.  Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan Salat.
Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan Salat seseorang diterima secara syara’ di samping
adanya kriteria lain seperti rukun.

Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:

Islam, Salat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak diwajibkan
bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak dituntut untuk melaksanakan Salat, namun mereka
tetap menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila masuk Islam tidak
diwajibkan membayar Salat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian menurut kesepakatannya para
ulama. Allah SWT berfirman:  Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu [609]: "Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah
lalu. (QS 8:38)

‫ رو ا ه احمد و ا لطبرا نى و ا لبيهقي‬.‫ ا ال سال م يجب ما قبله‬:‫عن عمر و بن عا ص ا ن ا لنبي صلو ا هلل عليه و سلم قا ل‬

Dari Amr bin Ash bahwa Nabi SAW bersabda: islam memutuskan apa yang sebelumnya (sebelum masuk
islam). HR Ahmad, Al-Thabrani dan Al-baihaqi).

Baligh, anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban Salat berdasarkan sabda Nabi SAW, yang artinya:

Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena (tidak ditulis dosa) dalam tiga perkara: Orang
gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia bangun dan dari anak-anak
sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

 Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh)  dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang
sedang kambuh tidak diwajibkan Salat, karena akal merupakan prinsip dalam menetapkan kewajiban
(taklif),  demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a.
yang artinya:

“dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”

Namun demikian menurut Syafi’iyah disunatkan meng-qadha-Nya apabila sudah senbuh. Akan tetapi
golongan Hanabilah berpendapat, bagi orang yang tertutup akalnya karena sakit atau sawan (ayan)
wajib mneg-qadha Salat. Hal ini diqiyaskan kepada puasa, Karena puasa tidak gugur disebabkan penyakit
tersebut.
1.  Suci dari hadats
2. Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat
3. Menutup aurat
4. Masuk waktu yang telah ditentukan
5. Menghadap kiblat
6. Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.

Adapun syarat sah Salat adalah sebagai berikut:

Mengetahui masuk waktu. Salat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya tidak mengetahui
secara pasti atau dengan persangkaan yang berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata dia
Salat dalam waktunya. Demikian juga dengan orang yang ragu, Salatnya tidak sah. Allah SWT
berfirman:  “Sesungguhnya Salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”. (QS. An-Nisa:103).

Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan wudu’ dan penyucian hadas besar
dengan mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW
bersabda: Allah tidak menerima Salat seseorang yang tidak suci.  (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).

“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima Salat seorang kamu  apabila
berhadas hingga dia bersuci.  (HR. Bukhari dan Muslim).

Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan Salat disyariatkan suci badan,
pakaian dan tempat dari na’is yang tidak dimaafkan, demikian menurut pendapat jumhur ulama tetapi
menurut pendapat yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunnah muakkad.

Menutup aurat. Seseorang yang Salat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri dalamkeadaan terang
maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt berfirman:  “pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid”. (QS. 4:31).

Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah Salat. Allah SWT berfirman:  “Dan dari
mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
(sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)

Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yang melaksanakan Salat Al-khauf dan Salat sunat
diatas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan Malikiyah mengaitkan dengan situasi
aman dari musuh, binatang buas dan ada kesanggupan. Oleh karena itu tudak wajib mengahadao kiblat
apabila ketakutan atau tidak sanggup (lemah) setiap orang sakit.

Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke ka’bah sendir secara
tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena jauh di luar kota makkah, hanya wajib
menghadapakan muka kea arah ka’bah, demikian pendapat junhur ulama. Sedangkan Imam Syafi’I
Berendapat mesti menghadapkan muka ke ka’bah itu sendiri sebagaimana halnya orang yang berada di
kota mekah.  Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa menghadap itu tepat pada ka’bah.

Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sah Salat, demikian juga
pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.
E. RUKUN SALAT
1. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan Salat
2. Berdiri, bagi orang yang kuasa
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Al-Fatihah
5. Ruku’ dan thuma’ninah
6. I’tidal dengan thuma’ninah
7. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
9. Duduk untuk tasyahhud pertama
10. Membaca tasyahhud akhir
11. Membaca shalawat atas Nabi
12. Mengucap salam yang pertama
13. Tertib

F. SUNAH-SUNAH SALAT
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam Salat adalah sunnah-sunnah Salat,
yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib Salat. Sunnah Salat ada dua jenis,
ucapan maupun perbuatan.

Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a iftiftah,
ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, do’a
antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.

Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat tangan saat
takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan
meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat
rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.

G. MACAM-MACAM SALAT
Salat Fardhu

Yang tergolong jenis Salat fardhu yang hukumnya fardhu ain adalah:

1)      Salat lima waktu: Perintah untuk mengerjakan Salat lima waktu bermula dari peristiwa penting isra’
dan mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang terjadi pada tanggal 27
Rajab 621 M, atau sekitar 3 tahun sebelum hijrah.

Dalam hal ini adalah Salat 5 waktu dalam sehari semalam, yaitu:

Dzuhur (‫)الظُ ْه ُر‬: waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai panjang bayangan dua kali
lipat dari panjang benda aslinya

Ashar (ُ‫)ال َعصْ ر‬: waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya sampai
tenggelamnya matahari.

Magrib ( ُ‫)ال َم ْغ ِرب‬: waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung merah dilangit.

Isya' (k‫)العشَا ُء‬:


ِ waktunya dari hilangnya mendung merah dilangit sampai munculnya fajar shodiq.
Fajar (‫ )الفَجْ ُر‬atau Shubuh (‫)الصُّ ْب ُح‬: waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari.

2)      Salat Jum’at

Salat jum’at adalah Salat yang dikerjakan pada hari jum’at sebanyak 2 rakaat secara berjamaah. Salat ini
dikerjakan setelah penyampaian khutbah yang dilakukan oleh khotib. Hukum Salat jum’at adalah fardhu
ain bagi setiap muslim / mukallah laki-laki yang sehat dan bermukim. Allah SWT telah berfirman:

َ‫صالَ ِة ِمن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْسعَوْ ا ِإلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع َذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا نُو ِدي لِل‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan Salat pada hari Jum’at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui”  (Q.S. Al- Jum’ah ayat 9)

Syarat syahnya Salat jum’at:

1. Sunnah mengikuti Salat jum’at


2. Dilakukan di tempat-tempat tertentu
3. Diikuti setidaknya oleh 40 orang laki-laki
4. Dilaksanakan pada waktu dzuhur
5. Didahului dengan dua khutbah

Niat Salat Jum’at:

‫ض ال ُج ْم َع ِة َر ْك َعتَ ْي ِن ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَدَا ًء َماْ ُموْ ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬
Artinya: “Aku berniat melakukan Salat jum’at 2  rakaat, dengan menghadap qiblat, saat ini, menjadi
mamum, karena Allah ta’ala.”

b.      Fardhu Kifayah: Ini merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim / mukallaf yang telah dianggap
cukup atau sah meskipun dikerjakan oleh sebagin orang saja, dan apabila tidak ada satu orangpun yang
mengerkjakannya, maka akan menimbulkan dosa. Yang termasuk dalam Salat fardhu kifayah adalah:

Salat Jenazah

Syarat melaksanakan Salat jenazah:

Sama halnya dengan Salat pada umumnya, dalam melaksanakan Salat jenazah seseorang harus menutup
aurat, suci dari hadast (baik hadast besar maupun kecil) dan najis baik badan, pakaian, maupun tempat
ibadah, serta dilakukan dengan menghadap ke arah kiblat.

Jenazah telah dimandikan dan dikafani.

Jenazah diletakkan di sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali apabila Salat tersebut dilakukan di
atas kubur atau Salat ghaib.

Rukun dan tata cara melaksanakan Salat jenazah:

Niat menyengaja melakukan Salat atas jenazah dengan empat kali takbir dan menghadap ke arah kiblat
yang dilakukan semata-mata karena Allah Ta’ala. Adapun niat adalah:

Untuk Mayat Laki Laki


‫ض ِكفَايَ ِة‬ ٍ ‫ت َأرْ بَ َع تَ ْكبِي َْرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ َ ‫هللِ تَ َعالَى ُأ‬
ِ ِّ‫صلِّي َعلَى هَ َذا ْال َمي‬
Artinya: “Aku berniat Salat atas mayit laki-laki ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.”

Untuk Mayat Perempuan

َ ‫ض ِكفَايَ ِة هللِ تَ َعالَى ُأ‬


‫صلِّي َعلَى‬ ٍ ‫هَ ِذ ِه ْال َم ْيتَ ِة َأرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬
Artinya: “Aku berniat Salat atas mayit perempuan ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.”

Dilakukan dengan posisi berdiri tanpa ruku’ dan sujud.

Setelah melakukan takbiratul ihram yang pertama diiringi dengan membaca surat Al-fatihah.

 Setelah takbir yang kedua, membaca sholawat Nabi Muhammad SAW

Setelah takbir ketiga, membaca do’a:

 Dan setelah takbir yang keempat, membaca do’a:

Membaca salam:

ِ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللا‬

Salat Sunnah

a.      Salat Wudhu, Yaitu Salat sunnah dua rakaat yang bisa dikerjakan setiap selesai wudhu, niatnya:
Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ artinya: ‘aku niat Salat sunnah wudhu dua rakaat
karena Allah’

b.      Salat Tahiyatul Masjid, yaitu Salat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki masjid,
sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah bersabda: ‘Apabila seseorang diantara kamu
masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum Salat dua rakaat lebih dahulu’ (H.R. Bukhari dan
Muslim).

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi  rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya: ‘aku niat Salat sunnah
tahiyatul masjid dua rakaat karena Allah’

c.       Salat Dhuha. Adalah Salat sunnah yang dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah rakaatnya
minimal 2 maksimal 12. Dari Anas berkata Rasulullah ‘Barang siapa Salat Dhuha 12 rakaat, Allah akan
membuatkan untuknya istana disurga’ (H.R. Tarmiji dan Abu Majah).

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa’ Artinya: ‘aku niat Salat sunnah dhuha dua
rakaat karena Allah.

d.      Salat Rawatib. Adalah Salat sunnah yang dikerjakan mengiringi Salat fardhu.

1)      Qabliyah,  adalah Salat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum Salat wajib. Waktunya: 2 rakaat
sebelum Salat subuh, 2 rakaat sebelum Salat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum Salat Ashar, dan 2 rakaat
sebelum Salat Isya’.
Niatnya: ‘Ushalli sunnatadh Dzuhri*  rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’ * bisa diganti dengan Salat
wajib yang akan dikerjakan.

2)      Ba’diyyah,  adalah Salat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah Salat fardhu. Waktunya: 2 atau 4
rakaat sesudah Salat Dzuhur, 2 rakaat sesudah Salat Magrib dan 2 rakaat sesudah Salat Isya.

Niatnya: ‘Ushalli sunnatadh Dzuhri*rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa’

* bisa diganti dengan Salat wajib yang akan dikerjakan.

e.       Salat Tahajud, adalah Salat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah malam. Dan
setelah tidur. Minimal 2 rakaat maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan Salat ini, diterangkan
dalam Al-Qur’an. ‘Dan pada sebagian malam hari berSalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji’ (Q.S. Al Isra: 79).

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal tahajjudi  rak’ataini lillahi

f.       Salat Istikharah, adalah Salat sunnah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, apabila kita
menghadapi dua pilihan, atau ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya dikerjakan pada 2/3 malam
terakhir.

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal Istikharah  rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

g.      Salat Hajat, adala Salat sunnah dua rakaat untuk memohon agar hajat kita dikabulkan atau
diperkenankan oleh Allah SWT. Minimal 2 rakaat maksimal 12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal Haajati  rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

h.      Salat Mutlaq, adalah Salat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga tidak dibatasi
jumlah rakaatnya. ‘Salat itu suatu perkara yang baik, banyak atau sedikit’ (Al Hadis).

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

i.        Salat Taubat, adalah Salat sunnah yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah SWT,
agar mendapat ampunan-Nya.

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal Taubati  rak’ataini lillahi Ta’aalaa’

j.        Salat Tasbih, adalah Salat sunnah yang dianjurkan dikerjakan setiap malam, jika tidak bisa
seminggu sekali, atau paling tidak seumur hidup sekali. Salat ini sebanyak empat rakaat, dengan
ketentuan jika dikerjakan pada siang hari cukup dengan satu salam, Jika dikerjakan pada malam hari
dengan dua salam. Cara mengerjakannya

Niatnya: ‘Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi ta’aalaa’ artinya ‘aku niat Salat sunnah tasbih dua
rakaat karena Allah’

1)      Usai membaca surat Al Fatehah membaca tasbih 15 kali.

2)      Saat ruku’, usai membaca do’a ruku membaca tasbih 10 X

3)      Saat ‘itidal, usai membaca do’a ‘itidal membaca tasbih 10

4)      Saat sujud, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10


5)    Usai membaa do’a duduk diantara dua sujud membaca tasbi 10 kali.

6)      Usai membaca doa sujud kedua membaca tasbih 10 kali.

Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada setiap rakaatnya sebanyak 75 kali. Lafadz bacaan tasbih
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

‘Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar’

k.      Salat Tarawih, adalah Salat sunnah sesudah Salat Isya’pada bulan Ramadhan. Menegenai bilangan
rakaatnya disebutkan dalam hadis. ‘Yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, baik pada bulan ramadhan
atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat’ (H.R. Bukhari). Dari Jabir ‘Sesungguhnya Nabi saw telah
shallat bersama-sama mereka delapan rakaat, kemudian beliau Salat witir.’ (H.R. Ibnu Hiban)

Pada masa khalifah Umar bin Khathtab, Salat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan hal ini tidak
dibantah oleh para sahabat terkenal dan terkemuka. Kemudian pada zaman Umar bin Abdul Aziz
bilangannya dijadikan 36 rakaat. Dengan demikian bilangan rakaatnya tidak ditetapkan secara pasti
dalam syara’, jadi tergantung pada kemampuan kita masing-masing, asal tidak kurang dari 8 rakaat.

Niat Salat Tarawih: ‘Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini (Imamam / makmuman) lillahi ta’aallaa’

l.        Salat Witir, adalah Salat sunnat mu’akad (dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan dengan Salat
tarawih, Bilangan Salat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat. Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah ‘Witir itu
hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa yang suka mengerjakan tiga,
kerjakanlah. Dan siapa yang suka satu maka kerjakanlah’ (H.R. Abu Daud dan Nasai). Dari Aisyah:
‘Adalah nabi saw. Salat sebelas rakaat diantara Salat isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam setiap
dua rakaatdan yang penghabisan satu rakaat’ (H.R. Bukhari dan Muslim)

Niatnya: ‘Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi ta’aalaa’artinya: ‘Aku niat Salat sunnat witir dua rakaat
karena Allah’

m.    Salat Hari Raya, adalah Salat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya
sunat Mu’akad (dianjurkan).’Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan
kebajikan yang banyak, sebab itu Salatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanm ‘pada Idul Adha
–  ‘(Q.S. Al Kautsar.1-2) Dari Ibnu Umar ‘Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan Salat pada dua
hari raya sebelum berkhutbah.’ (H.R. Jama’ah).

Niat Salat Idul Fitri: ‘Ushalli sunnatal li’iidil fitri rak’ataini (imamam / makmumam) lillahita’aalaa’.

Niat Salat Idul Adha: ‘Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini (imamam / makmumam) lillahita’aalaa’.

Waktu Salat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan
sunnatnya sama seperti Salat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:

Berjamaah.

Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua.

  Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.

 Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua. Atau surat A’la dirakat
pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.

 Imam menyaringkan bacaannya.

 Khutbah dua kali setelah Salat sebagaimana khutbah jum’at

 Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum-hukum
Qurban.

Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.

Makan terlebih dahulu pada Salat Idul Fitri pada Salat Idul Adha sebaliknya.

n.      Salat Khusyukf, adalah Salat sunat sewaktu terjadi gerhana bulan atau matahari. Minimal dua
rakaat. Caranya mengerjakannya:

1)      Salat dua rakaat dengan 4 kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’ dan I’tidal membaca
fatihah lagi kemudian ruku’ dan I’tidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada
rakaat kedua.

2)      Disunatkan membaca surat yang panjang, sedang membacanya pada waktu gerhana bulan harus
nyaring sedangkan pada gerhana matahari sebaliknya. Niat Salat gerhana bulan: ‘Ushalli sunnatal
khusyukufi rak’atain lillahita’aalaa’.

o.      Salat Istiqa’adalah Salat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT.

Niatnya ‘‘Ushalli sunnatal Istisqaa-I rak’ataini (imamam / makmumam) lillahita’aalaa’.

Syarat-syarat mengerjakana Salat Istisqa:

1)      Tiga hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat dengan berpusa dan
meninggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu
mengakibatkan hilangnya rejeki dan datangnya murka Allah. ‘Apabila kami hendak membinasakan suatu
negeri, maka lebih dulu kami perbanyak orang-orang yang fasik, sebab kefasikannyalah mereka disiksa,
lalu kami robohkan (hancurkan) negeri mereka sehancur-hancurnya’ (Q.S. Al Isra’: 16).

2)      Pada hari keempat semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan pergi kelapangan dengan
pakaian sederana dan tanpa wangi-wangian untuk Salat Istisqa’

3)      Usai Salat diadakan khutbah dua kali. Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 X dan
pada khutbah kedua 7 X.

Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dengan khutbah lainnya, yaitu:

 Khatib disunatkan memakai selendang.

 Isi khutbah menganjurkan banyak beristigfar, dan berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan
permintaan mereka.

 Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.

Saat berdo’a pada khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat membelakangi makmumnya.
ِ ُّ‫صاَل ةُ التَّطَو‬
Salat Tathowwu' (‫ع‬ َ )
Yaitu Salat sunnah atau tambahan dari Salat-Salat fardhu 5 waktu.
Salat Tathowwwu' ini memiliki 2 bentuk:
ْ ‫ع ال ُم‬
a.       Salat Tathowwu' Muthlaq (ُ‫طلَقَة‬ ُ ُّ‫)التَّطَو‬: Yaitu Salat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak
ditentukan oleh syara', dikerjakan dua roka'at-dua roka'at, baik dikerjakan pada siang hari atau malam
hari. Akan tetapi, hendaklah Salat tathowwu' ini tidak dilakukan terus menerus seperti sunnah rowatib
serta tidak mengarah kepada bid'ah atau serupa dengan pelakunya.

ُ ُّ‫)التَّطَو‬.: Yaitu Salat yang batas dan ketentuannya telah


b.      Salat Tathowwu' Muqoyyad (ُ‫ع ال ُمقَيَّد‬
ditentukan oleh syara'. Dalam hal ini antara lain, Salat-Salat sunnah rowatib, yaitu:

1)      Salat Rotibah Fajar yaitu Salat 2 rokaat sebelum Salat Fajar.

2)      Salat Rotibah Dzuhur yaitu Salat 2 atau 4 rokaat sebelum ataupun sesudah Zuhur.

3)      Salat Rotibah Ashar yaitu Salat 4 rokaat sebelum Salat Ashar.

4)      Salat Rotibah Maghrib yaitu 2 rokaat sesudah Salat Maghrib.

5)      Salat Rotibah Isya' yaitu Salat 2 rokaat sesudah Salat Isya'.

Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10 rokaat (Salat) dari Nabi sholallohu alaihi
wa sallam. 2 rokaat sebelum Dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib dirumahnya, 2
rokaat setelah isya' dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi wa sallam
tidak boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim: 729) Rosululloh sholallohu alaihi wa
sallam bersabda:

ِ َّ‫الظه ِْر َو َأرْ بَ ٍع بَ ْع َدهَا َح َّر َمهُ هللاُ َعلَى الن‬


"‫ار‬ ُّ ‫ت قَ ْب َل‬
ٍ ‫" َم ْن َحافَظَ َعلَى َأرْ بَ ِع َر َك َعا‬
"Barangsiapa yang menjaga 4 rokaat sebelum dzuhur dan 4 rokaat sesudahnya, maka Alloh akan
mengaharamkan api neraka baginya". (HR. Ibnu Majah: 1160, dishohihkan Al-Bani di Shohih Ibnu Majah:
1/191) Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫" َر ِح َم هللاُ ا ْم َرًأ‬


"‫صلَّى قَب َْل ال َعصْ ِر َأرْ بَعًا‬

"Alloh mengasihi seseorang yang Salat 4 rokaat sebelum 'Ashar". (HR. Abu Daud: 1271, dishohihkan Al-
Bani di Shohih Abu Daud: 1/237)

"‫" َر ْك َعتَا الفَجْ ِر َخ ْي ٌر ِمنَ ال ُّد ْنيَا َو َما فِ ْيهَا‬

"dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya". (HR. Muslim). Salat-Salat lain yang disyari'atkan
dalam bagian ini, antara lain ialah:

1)        Salat Malam/ Tahajjud/ Tarawih dibulan Romadhon dan witir: 'Aisyah rodhiallohu anha berkata:
"Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam Salat antara selesai Salat 'Isya hingga fajar 11 rokaat dengan
salam setiap dua rokaat dan witir 1 roka'at". (HR. Muslim: 736)

2)        Salat Dhuha 2 rokaat sampai dengan 12 rokaat. Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
" َ‫صاَل ةُ اَألوَّابِ ْين‬
َ ‫صاَل ِة الضُّ َحى ِإاَّل َأوَّابٌ َو ِه َي‬
َ ‫"اَل يُ َحافِظُ َعلَى‬
"Tidak ada yang selalu menjaga Salat dhuha kecuali orang-orang yang bertaubat. Itulah Awwabin". (HR.
Ibnu Khuzaimah: 2/228. lihat Al-'Ahadits Ash-Shohihah: 1994). Diriwayatkan dari Anas bin malik
rodhiallohu ‘anhu berkata: “Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: barangsiapa Salat dhuha
12 roka’at, Alloh bangun baginya sebuah istana dari emas didalam jannah”. (HR. Tirmidzi: 435)

3)        Salat Tahiyyatul Masjid.

Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

َ ِ‫د فَ ْليَرْ َك ْع َر ْك َعتَ ْي ِن قَ ْب َل َأ ْن يَجْ ل‬kَ ‫"ِإ َذا َد َخ َل َأ َح ُد ُك ْم ال َم ْس ِج‬


"‫س‬

"Apabila salah seorang kalian masuk masjid, mak Salatlah 2 rokaat sebelum dia duduk". (HR. Bukhori:
444 dan Muslim: 714)

H. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SALAT


Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak mempunyai
arti. Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya Salat karena berbicara ini
baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap membatalkan Salat.Sedangkan Madzhab
Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan: Salat tidak batal di karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan
Salat seseorang tetap terpelihara. Ketika seseorang berdehem di dalam Salat,
menurut Madzhab Iamamiyah dan Maliki hal tersebut tidak membatalkan Salat meskipun tanpa
makksud. Tetapi ualama mazhab yang lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada
maksud seperti membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.

Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk Salat, maka hal ini hukumnya membatalkan Salat,
sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak Salat. Para ulama
mazhab menyepakatinya.

Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab berbeda pendapat
menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa membatalakan Salat
apabila hal tersebut menghilangkan bentuk Salat itu atau menghilankan syarat atau rukun dalam Salat
seperti berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam Salat membatalkan
Salat walaupun makanan tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk air. Menurut
Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan dan minuman yang masuk kedalam rongga perut itu
membatalkan Salat jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan tau keharamanya akan
tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal tersebut tidak membatalkan Salat. Sedangkan
menurut Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya banyak maka membatalkan
Salat baik di sengaja maupun tidak akan tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan
Salat.

Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama mazhab sepakat bahwa
hal tersebut membatalakan Salat, kecuali Mazhab Hanafi mereka mengatakan: Salat batal jika jika
perkara tersebut datang sebelum selesai membaca tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut datang
sebelum salam (selesai membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan Salat.
Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan batal. Masing-
masing ulama memilki pandangannya masing-masing menganai batalnya Salat salah satu contoh yakni
pendapat Mazhab Mazhab Syafi'i dan Mazhab Maliki adalah sebagai berikut.

1. Karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi.


2. Sengaja berbicara.
3. Menangis.
4. Merintih.
5. Banyak bergerak.
6. Ragu-ragu dalam niat.
7. Bimbang dalam memutuskan Salat tapi terus melakukanya.
8. Menukar niat dalam Salat fardhu dengan fardhu yang lainnya.
9. Terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya.
10. Telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya.
11. Terkena najis.
12. Mengulang-ulang takbiratul ihram.
13. Meninggalkan rukun dengan di sengaja.
14. Mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang lainnya.
15. Menambah rukun dengan di sengaja.
16. Masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut.
17. Berpaling dari kiblat dengan dadanya.
18. Mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap tuhan, dengan
perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syarat. Salat
merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali.
Salat merupakan syarat menjadi taqwa. Taqwa merupakan hal yang penting dalam islam karena
dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa tidak
mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya. Salah satu persyaratan
orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan salat sebagimana firman
allah swt dalam surat al baqarah.
Salat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa salat dapat mencegah perbuatan
keji dan munkar. Semakin baik mutu salat seseorang maka semakin efektiflah benteng
kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.
Salat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusyuk tidak
akan ditemukan mereka yang melakukan salat dengan khusyuk berbuat zina. Maksiat,
merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang
melakukan salat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusyukan salatnya perlu dipertanyakan.
Hal ini diterangkan dalam al-qur’an surat al-ankabut: 45.
Salat mendidik perbuatan baik dan jujur dengan mendirikan salat, maka banyak hal yang
didapat, salat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusyuks.
Salat akan membangun etos kerja sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa
pada intinya salat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik dalam
perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja.
Apabila mendirikan salat dengan khusyuk maka hal ini akan mempengaruhi terhadap
etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan tugas.

B. SARAN
Sebaiknya sebagai umat islam yang baik kita senantiasa mendirikan salat,
dan menghidupkan sunah rosul dan dilakukan sesuai yang dicontohkan rosul.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Quranur Karim
Abu Masyhad, Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. MG, 1988)
Ali Imran, Fiqih, (Bandung: Cita Pustaka Mdia Perintis, 2011)
Moh, Rifa’I, Fiqh Islam Lengkap (Semarang: Karya Toha Putra, 1978)
Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih Muslim (I/45 no. 16 (20))], ini adalah lafazh darinya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul
Baari) (I/49 no. 8), Sunan at-Tirmidzi (IV/119 no. 2736), Sunan an-Nasa-i (VIII/107).
Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 884)], Sunan Ibni Majah (I/342 no. 1079), Sunan an-Nasa-i
(I/231), dan Sunan at-Tirmidzi (IV/125 no. 2756).
Shahiih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1150)], Muwaththa’ al-Imam Malik (hal. 90 no. 266), Ahmad
(II/234 no. 82), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/ 93 no. 421), Sunan Ibni Majah (I/449 no. 1401),
dan Sunan an-Nasa-I (I/230).
Shahiih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 3273)], dan Sunan Ibni Majah (II/1344 no. 4049).

[1]Ali Imran, Fiqih, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2011), hal 39


[2] Moh, Rifa’I, Fiqh Islam Lengkap (Semarang: Karya Toha Putra, 1978) hal: 103
[3]  Ibid, hal 227
[4] Abu Masyhad, Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. MG, 1988) hal.118
[5] Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih Muslim (I/45 no. 16 (20))], ini adalah lafazh darinya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul
Baari) (I/49 no. 8), Sunan at-Tirmidzi (IV/119 no. 2736), Sunan an-Nasa-i (VIII/107).

[6]  Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 884)], Sunan Ibni Majah (I/342 no. 1079), Sunan an-Nasa-i
(I/231), dan Sunan at-Tirmidzi (IV/125 no. 2756).
 
[7]   Shahiih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1150)], Muwaththa’ al-Imam Malik (hal. 90 no. 266), Ahmad
(II/234 no. 82), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/ 93 no. 421), Sunan Ibni Majah (I/449 no. 1401), dan
Sunan an-Nasa-i (I/230).

[8] Shahiih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 3273)], dan Sunan Ibni Majah (II/1344 no. 4049).

[10] http://setiawantopan.wordpress.com/2012/08/01/ayat-ayat-al-quran-tentang-ibadah/
[11] http://myislam.blogspot.com/2008/09/perintah-sholat-5-lima-waktu-dalam-al.html
[12] http://jejakjejakjejak.wordpress.com/2011/07/27/persamaan-dan-perbedaan-sholat-4-mazhab/

Anda mungkin juga menyukai