Anda di halaman 1dari 24

Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................................2
a. Latar Belakang.................................................................................................................................2
b. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
c. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................................................4
A. Pengertian Shalat.............................................................................................................................4
B. Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat................................................................................................5
C. Syarat-Syarat Shalat.........................................................................................................................8
D. Cara Mengerjakan Shalat...............................................................................................................11
E. Rukun Shalat.................................................................................................................................12
F. Hal-hal yang Membatalkan Shalat.................................................................................................13
G. Sunnah dalam Melakukan Shalat...................................................................................................14
H. Perbedaan Laki-laki Dan Perempuan Dalam Shalat.......................................................................16
Tuntunlah Keluargamu untuk melaksanakan Shalat..............................................................................17
BAB III. PENUTUP..................................................................................................................................21
A. Kesimpulan....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23

1
Latar Belakang

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan makalah agama
yang berjudul “Tuntunlah Keluargamu Untuk Menunaikan Sholat”. Dalam penyusunan makalah
ini tentunya tidak akan sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena
itu, jika ditemukan adanya kesalahan pada penulisan maupun isi mohon dimaafkan maka dari itu
saran dan kritikan sangatlah kami perlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kami.

2
BAB I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

(QS.[20]. Thaahaa : 132) :

ۗ ‫َو ْأُمْر َأْه َلَك ِبال َّصاَل ِة َو ا ْص َطِبْر َع َلْيَه ا ۖ اَل َنْس َأُلَك ِر ْز ًقا ۖ َنْح ُن َنْر ُز ُقَك‬
‫َو ا ْلَع ا ِقَبُة ِلل َّتْق َو ٰى‬
“ Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu.
Dan akibat (yang baik)itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Ini merupakan perintah dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabinya Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan apapun yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada
Nabinya Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti itu juga sekaligus perintah bagi ummatnya selama
belum ada dalil yang menunjukkan pengkhususannya bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Perintah ini, tidak ada yang dalil yang menunjukkan pengkhususannya berdasarkan
kesepakatan para Ulama. Oleh karena itu, wajib bagi setiap orang tua untuk benar-benar
memperhatikan anak-anak mereka, mengawasi mereka dengan pengawasan yang ketat dalam
perkara shalat ini. Tidak hanya terhadap anak juga terhadap keluarga kita yang lain yaitu
orangtua, kakak, adik, istri/suami kita yang tidak menjaga sholatnya, maka kita sebagai berhak
untuk mengingatkan. Karena shalat adalah rukun yang terpenting setelah dua kalimat shahadat.
Tentunya, ini dilakukan oleh orang tua setelah dia sendiri menjaga shalatnya dengan penuh
perhatian, sabar dan terus berusaha sabar dalam melaksanakannya, hingga dia menjadi contoh
yang baik bagi anak-anaknya. Kemudian setelah itu, dia mulai mengawasi, memberi semangat
putra-putri mereka dalam menunaikan dan menjaga shalat tersebut, sebagaimana yang
deperintahkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala.

Namun sebelumnya, dalam mengingatkan keluarga kita untuk sholat, kita harus tau apa
itu sholat, bagaimana prosesnya dana apa saja rukun-rukunnya. Dalam istilah lain, sholat adalah

3
satu macam atau bentuk ibadah yang di wujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu di sertai ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula. Istilah sholat ini
tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa di atas, karena di dalamnya mengandung
do’a-do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.
Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna, apalagi maha sempurna,
melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh perjalanan hidupnya yang
sangat komplek itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan problema. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui apa itu sholat, dan syarat rukunya
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17
rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim
mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.

b. Rumusan Masalah
1. Apa saja dalil-dalil yang mewajibkan shalat?
2. Apa syarat-syarat shalat?
3. Apa rukun shalat?
4. Hal-hal apa saja yang membatalkan shalat?
5. Apa saja sunnah dalam melakukan shalat?
6. Apa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam shalat?
7. Bagaimanakah menuntun keluarga untuk melaksanakan shalat?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui dalil-dalil yang mewajibkan shalat.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat shalat.
3. Untuk mengetahui rukun shalat.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat.
5. Untuk mengetahui sunnah dalam melakukan shalat.
6. Untuk mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam shalat.
7. Mengetahui bagaimana cara menuntun keluarga agar melaksanakan shalat.

4
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology (istilah), para ahli Fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki.

Secara lahiriah Shalat berarti ‘Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan di akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-
syarat yang telah ditentukan’(Sidi Gazalba: 88).

Secara hakiki Shalat ialah ‘Berhadapan hati, jiwa dan raga kepada Allah,secara yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan’ (Hasbi Asy-syidiqi: 59)

Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta
sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri Assayuthi: 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat adalah Suatu ibadah
kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ berupa penyerahan diri
secara lahir batin kepada Allah dalam rangkah ibadah dan memohon ridho-Nya.

Menurut A. Hasan (1991) Baqha (1984), Muhammad bin Qasim As-Syafi’i (1982) dan
Rasyid (1976) shalat menurut bahasa Arab berarti berdo’a. ditambahakan oleh Ash-
Shiddiqy (1983) bahwa perkataan shalat dalam bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan
dan pujian. Sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap (jiwa) kepada Allah
dan mendatangkan takut kepadanya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan,
kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaannya.

5
Solat yang berarti do’a terlihat dari firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 103:

‫ِم ِل‬ ‫ِه ِإ‬


‫… َو َص ِّل َع َلْي ْم ۖ َّن َص اَل َتَك َس َك ٌن َلُه ْم ۗ َو ال َّلُه َس ي ٌع َع ي ٌم‬
Artinya: “dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka”

Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan
(gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah
kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Agama.

B. Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat

Solat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah syahadat dalam
rukun islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak sekali dijelaskan mengenai
kewajiban untuk mengerjakan solat. Diantara dalil Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai
kewaiban salat adalah:

Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:

‫َو َم ا ُأِم ُر وا ِإاَّل ِلَيْع ُب ُد وا ال َّل َه ُم ْخ ِلِص ي َن َل ُه الِّد ي َن ُح َنَف ا َء َو ُيِق ي ُم وا ال َّص اَل َة َو ُيْؤ ُت وا ال َّز َك ا َة‬
‫ۚ َٰذ ِلَك ِد ي ا ْل َق ِّي ِة‬
‫ُن َم‬ ‫َو‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

6
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:

‫ِإ‬ ‫ِق‬ ‫ِإ‬


‫َف َذ ا َقَض ْي ُتُم ال َّص اَل َة َف ا ْذ ُك ُر وا ال َّل َه َيا ًم ا َو ُقُع و ًد ا َو َع َلٰى ُج ُن و ِبُك ْم ۚ َف َذ ا ا ْط َم ْأ َنْن ُتْم‬
‫َفَأِقي ُم وا ال َّصاَل َة ۚ ِإَّن ال َّصاَل َة َك ا َنْت َع َلى ا ْل ُم ْؤ ِم ِني َن ِك َتا ًبا َمْو ُقو ًتا‬

Artinya:“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka
Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

‫ َش َهاَد ِة َاْن َال ِالَه ِاَّال ُهللا َو َاَّن ُم َح َّم ًدا َر ُسْو ُل‬:‫ ُبِنَي ْاِال ْس َالُم َع َلى َخ ْمٍس‬:‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا ص‬: ‫َعْن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر َقاَل‬
1:333 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬. ‫ َو َح ّج ْالَبْيِت َو َصْو ِم َر َم َض اَن‬،‫ َو ِاْيَتاِء الَّزَك اِة‬،‫ َو ِاَقاِم الَّص َالِة‬،‫ِهللا‬

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima
rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa
Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]

‫ فى نيل‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫ َبْيَن الَّرُج ِل َو َبْيَن ْالُك ْفِر َتْر ُك الَّص َالِة‬:‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا ص‬: ‫َعْن َج اِبٍر َقاَل‬
340 :1 ‫االوطار‬

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan
kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 340]

7
‫ فى‬،‫ الخمسة‬. ‫ َفَم ْن َتَر َك َها َفَقْد َك َفَر‬.‫ َاْلَعْهُد اَّلِذ ى َبْيَنَنا َو َبْيَنُهُم الَّص َالُة‬: ‫ َسِم ْعُت َر ُسْو َل ِهللا ص َيُقْو ُل‬: ‫َعْن ُبَر ْيَد َة رض َقاَل‬
343 :1 ‫نيل االوطار‬

Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian antara
kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah
kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

‫ َاْخ ِبْر ِنى َم ا َفَر َض ُهللا َع َلَّي‬،‫ َيا َر ُسْو َل ِهللا‬: ‫ َفَقاَل‬،‫َعْن َطْلَح َة ْبِن ُع َبْيِد ِهللا َاَّن َاْع َر اِبًّيا َج اَء ِاَلى َر ُسْو ِل ِهللا ص َثاِئَر الَّر ْأِس‬
‫ َش ْهُر َر َم َض اَن ِاَّال‬: ‫ َاْخ ِبْر ِنى َم ا َفَر َض ُهللا َع َلَّي ِم َن الّصَياِم ! َقاَل‬: ‫ َقاَل‬.‫ ِاَّال َاْن َتَطَّو َع َشْيًئا‬، ‫ الَّص َلَو اُت ْالَخ ْم ُس‬: ‫ِم َن الَّص َالِة ! َقاَل‬
‫ َو اَّلِذ ى‬: ‫ َفَقاَل‬.‫ َفَاْخ َبَرُه َر ُسْو ُل ِهللا ص ِبَش َر اِئِع ْاِال ْس َالِم ُك ّلَها‬: ‫ َاْخ ِبْر ِنى َم ا َفَر َض ُهللا َع َلَّي ِم َن الَّزَك اِة ! َقاَل‬: ‫ َقاَل‬.‫َاْن َتَطَّو َع َشْيًئا‬
‫ احمد‬.‫ َاْفَلَح ِاْن َص َدَق َاْو َد َخ َل ْالَج َّنَة ِاْن َص َدَق‬.‫ َفَقاَل َرُسْو ُل ِهللا ص‬.‫ َال َاَّطَّو ُع َشْيًئا َو َال َاْنُقُص ِم َّم ا َفَر َض ُهللا َع َلَّي َشْيًئا‬، ‫َاْك َر َم َك‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫و البخارى و مسلم‬

Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW
dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima,
kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang
Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan,
kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa
yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW
memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung
itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah sesuatu
dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada
saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan
masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar
juz 1, hal. 335]

: ‫ ُثَّم ُنْو ِدَي‬.‫ ُثَّم ُنِقَص ْت َح َّتى ُج ِع َلْت َخ ْم ًس ا‬، ‫ ُفِر َض ْت َع َلى الَّنِبّي ص الَّص َلَو اُت َلْيَلَة ُاْس ِر َي ِبِه َخ ْم ِس ْيَن‬: ‫َعْن َاَنِس ْبَن َم اِلٍك رض َقاَل‬
:1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و النسائى و الترمذى و صححه‬. ‫َيا ُم َح َّم ُد ِاَّنُه َال ُيَبَّد ُل ْالَقْو ُل َلَدَّي َو ِاَّن َلَك ِبهِذِه ْالَخ ْمِس َخ ْم ِس ْيَن‬
334

8
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’,
lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya
Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya
lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]

‫ َفَلَّم ا َقِد َم َرُسْو ُل ِهللا ص ْالَم ِدْيَنَة َز اَد َم َع ُك ّل َر ْك َعَتْيِن‬.‫ َقْد ُفِر َضِت الَّص َالُة َر ْك َعَتْيِن َر ْك َعَتْيِن ِبَم َّك َة‬: ‫َع ِن الَّش ْع ِبّي َاَّن َعاِئَش َة َقاَلْت‬
‫ احمد‬.‫ َو َك اَن ِاَذ ا َس اَفَر َص َّلى الَّص َالَة ْاُالْو َلى‬: ‫ َقاَل‬.‫ ِاَّال ْالَم ْغ ِر َب َفِاَّنها ِو ْتُر الَّنَهاِر َو َص َالُة ْالَفْج ِر ِلُطْو ِل ِقَر اَءِتِهَم ا‬، ‫َر ْك َعَتْيِن‬

Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat itu dua
rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di Madinah (Allah)
menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali shalat
Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat Fajar
(Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW
apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad
6 : 241

C. Syarat-Syarat Shalat
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertamasyarat wajib, dan yang ke
dua syarat sah. Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan
shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara
syara’ di samping adanya kriteria lain seperti rukun.

Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:

1. Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak
diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak dituntut untuk melaksanakan
shalat, namun mereka tetap menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir
apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya selama kafir,
demikian menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT berfirman: Katakanlah kepada
orang-orang yang kafir itu[609]: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan
mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.(QS 8:38)

9
‫ رو ا ه احمد و ا لطبرا نى و ا لبيهقي‬.‫ ا ال سال م يجب ما قبله‬:‫عن عمر و بن عا ص ا ن ا لنبي صلو ا هلل عليه و سلم قا ل‬

Dari Amr bin Ash bahwa Nabi SAW bersabda: islam memutuskan apa yang sebelumnya
(sebelum masuk islam). HR Ahmad, Al-Thabrani dan Al-baihaqi).

2. Baligh, anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi SAW, yang
artinya:

Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga
perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia
bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

3. Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan)
yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan prinsip dalam menetapkan
kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits yang
diterima dari Ali r.a. yang artinya:

“dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”

Namun demikian menurut Syafi’iyah disunatkan meng-qadha-nya apabila sudah senbuh. Akan
tetapi golongan Hanabilah berpendapat, bagi orang yang tertutup akalnya karena sakit atau
sawan (ayan) wajib mneg-qadha shalat. Hal ini diqiyaskan kepada puasa, Karena puasa tidak
gugur disebabkan penyakit tersebut.

4. Suci dari hadats

5. Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat

6. Menutup aurat

7. Masuk waktu yang telah ditentukan

8. Menghadap kiblat

9. Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.

10
Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui masuk waktu. Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya tidak
mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang berat bahwa waktu telah masuk,
sekalipun ternyata dia shalat dalam waktunya. Demikian juga dengan orang yang ragu, shalatnya
tidak sah. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”.(QS. An-Nisa:103).

2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan wudu’ dan penyucian hadas
besar dengan mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya:

“Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seseorang yang tidak
suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).

“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seorang
kamu apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan shalat disyariatkan suci
badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak dimaafkan, demikian menurut pendapat jumhur
ulama tetapi menurut pendapat yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunnah muakkad.

4. Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri dalamkeadaan
terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt berfirman: “pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) mesjid”(QS. 4:31).

5. Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT berfirman:

“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan
dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)

Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag melaksanakan sholat Al-khauf dan sholat sunat
diatas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan Malikiyah mengaitkan dengan

11
situasi aman dari musuh, binatang buas dan ada kesanggupan. Oleh karena itu tudak wajib
mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak sanggup (lemah) setiap orang sakit.

Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke ka’bah sendir secara
tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena jauh di luar kota makkah,
hanya wajib menghadapakan muka kea arah ka’bah, demikian pendapat junhur ulama.
Sedangkan Imam Syafi’I Berendapat mesti menghadapkan muka ke ka’bah itu sendiri
sebagaimana halnya orang yang berada di kota mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati
bahwa menghadap itu tepat pada ka’bah.

8. Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sah shalat,
demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.

D. Cara Mengerjakan Shalat


Menurut golongan Malikiyah cara-cara /rukun-rukun mengerjakan sholat adalah sebagai
berikut:
1. Niat
2. Takbirtul Ihram
3. Berdiri waktu takbiratul ihram
4. Membaca al-fatihah dalam shalat berjama’ah dan salat sendirian
5. Berdiri waktu membaca al-fatihah
6. Ruku’
7. Bangkit dari ruku’
8. Sujud
9. Duduk antara dua sujud
10. Mengucapkan salam
11. Duduk di waktu mengucapkan salam
12. Tumaninah pada seluruh rukun
13. I’tidal sesudah ruku’ dan sujud.

12
E. Rukun Shalat
1. Niat

2. Takbiratul ihram

3. Berdiri tegak, bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. Boleh duduk,atau berbareng bagi yang
sedang sakit.

4. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at

5. Ruku’ dengan tumakninah

6. I’tidal dengan tumakninah

7. Sujud dua kali dengan tumakninah

8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah

9. Duduk tasyahud akkhir dengan tumakninah

10. Membaca tasyahud akhir

11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir

12. Membaca salam yang pertama

13. Tertib; (Berurutan sesuai rukun-rukunnya)

13
F. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Shalat akan batal atau tidak sah apabila salah satu rukunnya tidak dilaksanakan atau
ditinggalkan dengan sengaja.

Adapun hal-hal yang dapat membatalkan shalat adalah sebagai berikut :

1. Berhadats

2. Terkena Najis yang tidak dimaafkan

3. Berkata-kata dengan sengaja di;luar bacaan shalat

4. Terbuka auratnya

5. Mengubah niat, missal ingin memutuskan shalat (niat berhenti shalat)

6. Makan atau /minum.walau sedikit

7. Bergerak tiga kali berturut-turut, diluar gerakan shalat

8. Membelakangi kiblat

9. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti menambah ruku’sujud atau lainnya dengan
sengaja

10. Tertawa terbahak-bahak

11. Mendahului Imam dua rukun.

12. Murtad, keluar dari Islam.

14
G. Sunnah dalam Melakukan Shalat
Waktu mengerjakan shalat ada ,dua sunah, yaitu sunah Ab’adh dan sunah Hai’at.

a. Sunah Ab’adh

1. Membaca tasyahud awal

2. Membaca shalawat pada tasyahud awal

3. Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir

4. Membaca Qunut pada shalat Subuh dan shalat witir.

b. Sunah Hai’at

1. Mengangkat keduabelah tangan ketika takbiratul ikhram,ketika akan ruku’ dan ketika berdiri
dari ruku’.

2. Meletakan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan tangan kiri ketika sedekap,

3. Membaca do’a Iftitah sehabis takbiratul ikhram.

4. Membaca Ta’awwudz ketika hendak membaca fatihah,

5. Membaca Amiin ketika sesudah membaca Fatihah,

6. Membaca surat Al-Qor’an pada dua raka’t permulaan sehabis membaca Fatihah,

7. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surat pada raka’at pertama dan kedua, pada shalat magrib,
isya’ dan subuh selain makmum.

8. Membaca Takbir ketika gerakan naik turun,

9. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud.

10. Membaca “sami’allaahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’ dan membaca “Rabbanaa
lakal Hamdu” ketika I’tidal,

15
11. Meletakan kedua telapak tangan diatas paha ketika duduk tasyahud awal dan tasyahud
akhir,dengan membentangkan yang kiri dan mengenggamkan yang kanan, kecuali jari telunjuk.

12. Duduk Iftirasy dalam semua duduk shalat,

13. Duduk Tawarruk pada duduk tasyahud akhir

14. Membaca salam yang kedua.

15. Memalingkan muka ke kanan dan ;kekiri ketika membaca salam pertama dan kedua

Makruh Shalat

Orang yang sedang shalat dimakruhkan :

1. Menaruh telapak tangan di dalam lengan bajunya ketika Takbiratul ikhram, ruku’ dan sujud.

2. Menutup mulutnya rapat rapat.

3. Terbuka kepalanya,

4. Bertolak pinggang,

5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan.

6. Memejamkan mata,

7. Menengadah ke langit,

8. Menahan hadats

9. Berludah,

10. Mengerjakan shalat di atas kuburan,

11. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan shalat.

16
H. Perbedaan Laki-laki Dan Perempuan Dalam Shalat
LAKI-LAKI PEREMPUAN

1. Merenggangkan kedua 1. Merapatkan satu anggota kepada


siku tangannya dari kedua anggota lainnya.
lambungnya waktu ruku’
dan sujud.

Waktu ruku’ dan sujud Meletakan perutnya pada dua tangan/


2. mengangkat perutnya dari 2. sikunya ketika sujud.
pahanya.
Merendahkan suaranya/ bacaanya
Menyaringkan suaranya dihadapan laki-laki lain yang bukan
3. /bacaanya dikeraskan di 3. muhrimnya.
tempatr keras.
Bila memberitahu sesuatu dengan
Bila member tahu sesuatu bertepuk tangan,yakni tangan kanan
4. Membaca Tasbih, yakni 4. ditepukkan ke punggung telapak
‘Subhaanallah’ tangan kiri.

Auratnya barang antara Auratnya seluruh anggouta tubuh


5. Pusar dan lutut. 5. kecuali bagian muka dan kedua
telapak tangan

17
Tuntunlah Keluargamu untuk melaksanakan Shalat..
(QS.[20]. Thaahaa : 132) :

ۗ ‫َو ْأُمْر َأْه َلَك ِبال َّصاَل ِة َو ا ْص َطِبْر َع َلْيَه ا ۖ اَل َنْس َأُلَك ِر ْز ًقا ۖ َنْح ُن َنْر ُز ُقَك‬
‫َو ا ْلَع ا ِقَبُة ِلل َّتْق َو ٰى‬
“ Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu.
Dan akibat (yang baik)itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Ayat yang mulia di atas menunjukkan dua maqam (kedudukan) penting yang harus direalisasikan
:

1. Maqam memperhatikan diri sendiri yang diwujudkan dengan menjaga shalat dan bersabar
dalam melaksanakannya. Karena ada banyak hal di dunia ini yang bisa memalingkan dan
menyibukkan orang dari malaksanakan dan menjaga shalat tepat pada waktunya. Ada yang
terlalaikan oleh tidurnya, yang lain terkalahkan oleh rasa malas, yang lain lagi tersibukkan oleh
permainan dan perbuatan sia-sia lainnya dan banyak lagi contohnya. Intinya, yang melalaikan itu
sangatlah banyak sementara untuk menggapai maqam (kedudukan/peringkat) ini diperlukan
kesabaran dan keseriusan agar bisa menjadi orang selalu melaksanakan shalat dan selalu
menjaganya. Karena maqam ini memerlukan kontinuitas (kebersinambungan) tanpa ada rasa
bosan dan lelah, maka tidak banyak orang yang bisa bertahan pada maqam ini. Al-Hâfiz Ibnu
Hajar rahimahullah saat menjelaskan hadits :

‫ ُثَّم ِبُّر اْلواِلَد ْيِن‬: ‫ ُثَّم َأّي َقاَل‬: ‫ الَّصالُة َعلى َو ْقِتها َقاَل‬: ‫َأُّي اْلَع َمِل َأَح ُّب ِإلى ِهللا َقاَل‬

Amalan apakah yang paling disukai oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala ? Nabi bersabda, ‘Shalat
pada waktunya.’ Shahabat bertanya, ‘Kemudian apa ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Kemudian berbakti kepada orang tua.’

18
Beliau rahimahullah berkata, “… hanya saja kesabaran dalam menjaga shalat dan
melaksanakannya tepat pada waktunya, juga kesabaran dalam menjaga bakti kepada orang tua
merupakan perkara yang harus terus menerus dilakukan, dan tidak ada yang mampu bersabar
dalam melakukannya kecuali orang-orang yang jujur dalam keimanannya.”[2]

2. Maqam memperhatian orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya seperti keluarga
dan anak-anaknya. Maqam ini diwujudkan dengan mendidik mereka agar menjaga dan
memperhatikan shalat, dan selalu memonitor mereka dalam permasalah yang agung ini.

Semakna dengan ayat yang mulia di atas yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud (di
dalam Sunannya) dari hadist Abdullah bin Amru bin Ash Radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah besabda :

‫ َو َفِّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي اْلَم َض اِج ِع‬، ‫ َو ُهْم أْبَناُء َع ْش ٍر‬، ‫ َو اْض ِرُبوُهْم َع َلْيَها‬، ‫ُم ُروا أْو الَد ُك ْم ِبالَّصالِة َو ُهْم أْبَناُء َس ْبِع ِسِنْيَن‬

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun,
dan pukullah mereka saat mereka berumur sepuluh tahun jika mereka meninggalkannya, serta
pisahkan mereka (antara laki dan perempuan) ditempat tidur[3] .

Hadist di atas menunjukkan keharusan untuk melakukan pengawasan dan monitoring sejak usia
dini dari kehidupan mereka. Semenjak umur tujuh tahun, anak-anak sudah diperintahkan,
dianjurkan, serta dimotivasi untuk melaksanakan shalat, dan takala mereka berumur sepuluh
tahun apabila mereka melalaikan (meremehkan), dan menyianyiakan shalat maka mereka
hendaknya dipukul dengan pukulan yang mendidik bukan pukulan yang menyakiti.

Masalah shalat merupakan masalah yang sangat agung. Apabila kita lihat dan memperhatikan
realita yang ada di rumah-rumah kebanyakan orang zaman ini, maka kita dapati kebanyakan
orang tua lah yang melalaikan masalah ini. Para bapak meremehkan dan melalaikan shalat,
sehingga mereka tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam menjaga shalat. Akhirnya,
orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya tumbuh dan berkembang menjadi generasi
yang melalaikan dan meremehkan shalat, karena sesungguhnya anak-anak akan tumbuh dan
berkembang berdasarkan contoh yang mereka dapatkan dari orang tua mereka.

Tindakan mengabaikan pendidikan shalat terhadap anak ini termasuk kejahatan yang tidak ada
bandingannya. Tindakan jahat dalam masalah shalat ini merupakan kejahatan yang besar.

19
Perhatikanlah perkataan Imam Ibn Qayyim rahimahullah yang beliau rahimahullah khusus
kepada orang tua dalam permasalahan ini. Beliau rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa
melalaikan pendidikan anak, tidak mengajarkan mereka hal- hal yang bermamfaat baginya serta
dia membiarkan anaknya begitu saja, maka sungguh dia telah berlaku sangat buruk pada
anaknya. Dan kerusakan pada anak terjadi karena sebab kelalain orang tua mereka dalam
mengajarkan kepada mereka hal-hal yang wajib di dalam agama ini dan hal-hal yang sunnah.
Mereka (para orang tua-pent) menyianyiakan anak-anak mereka tatkala mereka masih kecil
hingga mereka tidak mampu memberi mamfaat kepada diri mereka sendri, serta tidak akan
pernah bisa memberi manfaat kepada orang tua mereka tatkala mereka dewasa.”[4]

Ini merupakan situasi yang sangat penting (gawat) yang memerlukan kesungguhan, sebuah
situasi yang mengharuskan orang tua memperhatikan dirinya peribadi terlebih dahulu kemudian
memperhatikan orang yang berada dibawah tanggung jawabnya seperti keluarga dan anak-
anaknya, mengajarkan mereka shalat, dan mengajak mereka untuk senantiasa menjaga shalat.

Untuk anak-anak, yang diberi taufik oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala! Apabila Allâh
memuliakanmu dengan memberikan kepadamu orang tua yang selalu memberikan perhatian
kepadamu dalam permasalahan shalat, menganjurkan, serta memotivasimu, maka hati-hatilah
jangan sampai kamu merasa direpotkan oleh orang tuamu; Janganlah engkau merasa marah
karena pengawasannya padamu.

Sesungguhnya orang tuamu itu sedang berusaha untuk menjauhkanmu dari murka Allah Azza wa
Jalla, dan berusaha untuk menghantarkan kamu kepada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan ridha denganmu sampai kamu termasuk
dari orang-orang yang melaksanakan dan menjaga shalatnya.

Perhatikanlah pujian Allah yang sangat harum kepada Nabi-Nya Ismail Alaihissallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫َو َك اَن َيْأُم ُر َأْهَلُه ِبالَّص اَل ِة َو الَّز َك اِة َو َك اَن ِع ْنَد َر ِّبِه َم ْر ِض ًّيا‬

”Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang
yang diridhai di sisi Rabbnya.” [Maryam/19:55]

20
Nabi Ismâîl Alaihissallam orang yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala , karena dia
melakukan segala sebab yang bisa mendatangkan keridhaan Allah Azza wa Jalla , dan diantara
sebab yang paling agung adalah memperhatikan shalat dengan menjaga dan terus menjaganya,
serta mengajarkan kepada keluarga kebiasaan menjaga shalat.

Imam Mâlik rahimahullah meriwayatkan dalam kitabnya Muwattha dari Zaid bin Aslam
Radhiyallahu anhu dari bapaknya, bahwasanya Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu melakukan
qiyâmul lail (shalat malam) sebanyak bilangan yang Allah Azza wa Jalla kehendaki. Tatkala
berada di akhir malam, beliau Radhiyallahu anhu membangunkan keluarganya untuk melakukan
shalat. Beliau Radhiyallahu anhu membacakan kepada mereka firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala :

‫َو ْأُم ْر َأْهَلَك ِبالَّص اَل ِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَهاۖ اَل َنْس َأُلَك ِر ْز ًقاۖ َنْح ُن َنْر ُز ُقَكۗ َو اْلَع اِقَبُة ِللَّتْقَو ٰى‬

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” [Thaha/20:132]

Kaum Muslimin, perhatikanlah dan renungilah keadan dan sikap para assalafus shalih
Radhiyallahu anhum terhadap arahan agung dari Allah Azza wa Jalla ini ! Kemudian,
bandingkanlah realita keadaan ummat manusia yang cendrung melalaikan, menyia-nyiakan
arahan ini, serta keengganan mereka untuk menunaikan kewajiban yang agung ini.

Alangkah perlunya kita dalam permasalahan ini untuk menjadi pribadi-pribadi yang menjaga
shalatnya, kemudian mengawasi anak-anak kita dalam melaksanakannya!

Alangkah butuhnya kita untuk selalu memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menjadikan kita
dan anak-anak kita termasuk orang-orang yang melaksanakan dan selalu menjaga shalatnya.

Diantara doa yang paling agung dalam permasalah ini adalah doa Nabi Ibrâhîm Alaihissallam:

‫َر ِّب اْج َع ْلِني ُمِقيَم الَّص اَل ِة َوِم ْن ُذ ِّر َّيِتيۚ َر َّبَنا َو َتَقَّبْل ُدَعاِء‬

”Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat ! Ya
Rabb kami, perkenankanlah doaku” [Ibrâhîm/14:40]

21
Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberikan taufiq kepada kita dalam menjaga
shalat, dan memperbaiki keadaan anak-anak kita, serta menjadikan kita dan mereka termasuk
dari orang-orang yang mendirikan shalat.

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan
Shalat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap Tuhan, dengan
perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syarat. Shalat
merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali.

Shalat Merupakan Syarat Menjadi Taqwa. Taqwa merupakan hal yang penting dalam
Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul
taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya. Salah satu
persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat
sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah.

Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah perbuatan
keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin efektiflah benteng
kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.

Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu
tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat,
merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang
melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan.
Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut: 45.

Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal
yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus.

Shalat Akan membangun etos kerja Sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa
pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik dalam
perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja

22
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap etos kerja
mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan tugas.

Sebelum sukses di luar harus sukses di dalam terlebih dahulu. Berikanlah contoh dan
bukti terlebih dahulu maka kepercayaan yang lebih luas akan datang. Semua itu bisa dimulai jika
kita bisa memimpin keluarga kita. Perintahkan kepada keluarga kita untuk mendirikan shalat,
karena shalat adalah tiang agama, karena shalat adalah kewajiban makhluk kepada khaliknya.

Bersabarlah dalam memerintahkan kepada anggota keluarga, bersabarlah dalam


menjalankan shalat wajib dan shalat sunah yang ada, dan bersabarlah menghadapi ujian dunia.
Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu, melalui shalat yang khusyu’ dan ikhlas maka
Allah akan menolong kita. Pertolongan Allah bisa melalui kesembuhan atas sakit kita, bisa
berupa rezeki yang melimpah atas kebutuhan kita, dll.

Sebaik-baik bekal adalah takwa, dan dasar orang yang bertakwa adalah iman, yaitu iman
kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab Suci, Takdir dan Hari Kiamat. Sudahkah kita rajin
membaca Al-Qur’an? Mengamalkannya? Memahami hadits dan mengamalkannya.

Bekalilah anak dan istri kita tentang pengetahuan ilmu agama melalui pemahamam Al-
Qur’an dan Al-Hadits, melalui Kiayi dan para alim ulama yang ahli dalam bidangnya.

23
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya

https://kajianhadis.wordpress.com/2014/02/04/perintahkan-keluargamu-untuk-mendirikan-shalat/

https://almanhaj.or.id/4095-bimbinglah-keluargamu-mendirikan-shalat.html

https://tafsirq.com`

24

Anda mungkin juga menyukai