Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“HIKMAH MENJADIKAN SHOLAT DALAM WAKTU –


WAKTU TERTENTU”

Dosen Pegampu : Drs. Tasdiq M.Pd.

Di Susun Oleh :
Kelompok 3
1. Mita 21723072
2. Ayu Prianita 21723037
3. Umi Kasanah 21723062
4. Ahmad Nuryadi 21723059
5. Andi Azhari 21723028
6. M.Rahmat Wibowo 21723019

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan

Harapan kami semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang kami miliki sangat kurang. Oleh Karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Makalah ini.

Belitang, November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sholat Sunnah Muakkad...................................................................................3

B. Shalat sunnah malam........................................................................................6

C. Shalat Sunnah Idain..........................................................................................9

D. Sholat Sunnah Ghoiru Muakkad.....................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa ibadah sholat sebagai satu amalan wajib bagi
seluruh umat Islam seperti halnya dalam firman Allah:

Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap


malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat). (QS: al-Israa’:78)
Demikianlah Allah memerintah untuk melaksanakan sholat fardhu yang lima
waktu, yaitu sholat Isya, Shubuh, Dhuhur, ‘Ashar, dan Maghrib. Kelima sholat
tersebut merupakan rangkaian sholat wajib yang harus dilakukan oleh setiap umat
Islam yang beriman kepada Allah swt.
Selain harus melaksanakan sholat fardhu lima waktu yang wajib tersebut,
umat Islam juga diperintahkan untuk melaksanakan berbagai macam sholat
sunnah, yang berfungsi untuk menyempurnakan amalan sholat-sholat fardhu.
Salah satu sholat sunnah yang diperintahkan adalah sholat sunnah rawatib,
sebagaimana banyak terdapat pada hadits-hadits Rasulullah saw. Sholat sunnah
rawatib merupakan salah satu jenis sholat sunnah yang dikerjakan ketika sebelum
atau sesudah melaksanakan sholat-sholat wajib atau sholat fardhu.
Sholat sunnah rawatib yang dilaksanakan sebelum sholat fardhu disebut
dengan sholat sunnah Qobliyah, sedangkan sholat rawatib yang dikerjakan
sesudah mengerjakan sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah Ba’diyah.
Sedangkan mengenai kesunahannya, sholat sunnah rawatib ada yang hukumnya
sunnah muakkad, ada pula yang sunnah ghoiru muakkad. Sholat sunnah rawatib
dikerjakan sebanyak dua rakaat atau ada juga yang dilakukan sebanyak empat
rakaat.
Di sini penulis akan mencoba menjelaskan dan memberi gambaran amaliyah
sholat-sholat yang termasuk dalam sholat sunnah muakkad dan sholat sunnah

1
ghoiru muakkad yang diharapkan mampu memberi pengetahuan dan pemahaman
akan pentingnya sholat-sholat sunnah tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Hikmah dari sholat sunnah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan hikmah dari sholat sunnah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sholat Sunnah Muakkad


a) Pengertian Sholat Sunnah Muakkad
Shalat sunnah muakad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau
shalat sunnah yang selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang
ditinggalkannya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah
muakad adalah sebagai berikut:
1) Tidak didahului adzan dan iqomah
2) Diaksanakan secara munfarid (sendirian) kecuali shalat sunnah
idai
3) Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya
4) Dilaksanakan dengan dua rakaat-salam
5) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan
shalat wajib
6) Bacaan sunnah ada yang dibaca sirri (berbisik): shalat dhuha
dan shalat sunnah rawatib dan ada yang dibaca jahr (keras):
shalat sunnah idain

b) Macam-macam shalat sunnah muakad


Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sholat
sunnah muakkad adalah sholat sunnah yang di anjurkan oleh Rasulullah
sehingga rasulullah berat untuk meninggalkannya. Adapun macam-
macam dari sholat sunnah muakkad adalah sebagai berikut:
1) Shalat sunnah rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai
shalat fardhu baik dikerjakan sebelum shalat fardhu ataupun
sesudahnya. Yang sering disebut shalat qobliyah (sebelum), shalat
ba’diyah (sesudah) . Dari beberapa macam sholat sunnah qobliyah

3
dan ba’diyah yang ada, ada beberapa yang termasuk dalam sholat
sunnah rawatib muakkad, yaitu sholat rawatib yang dianjurkan
oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk shalat sunnah rawatib muakkad
menurut kesepakatan semua ulama adalah yang memiliki
ketentuan sebagi berikut:
a. Dua rakaat sebelum shalat subuh
Dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Nabi, sebagai
berikut:

‫ﻋﻰﻟ ﺸﻴﺊ ﻤﻥ ﺍﻠﻧﻮﺍ ﻓﻞ ﺃﺸﺪ ﻤﻧﻪ ﺗﻌﺎﻫﺪﺍﻋﻠﻰ‬.‫ﻡ ﻠﻡ ﻳﻜﻦ‬.‫ﻋﻦ ﻋﺎﺌﺸﻪ ﺍﻠﻧﻲﺑ ﺺ‬

‫ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ‬. ‫ﺮﻜﻌﻰﺘ ﺍﻠﻓﺠﺮ‬


Artinya: dari Aisyah r.a.. “tidak ada shalat sunnah yang
dipentingkan oleh Nabi SAW selain dua rakaat sebelum subuh
(shalat fajar).” (H.R. Al-Bukhari: 1093)

b. Empat rakaat sebelum shalat dzuhur

‫ َاَّن الَّنَّىِب َص لَّى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم َال َيَد ُع َاْر َبًعا‬: ‫َعْن َعاِئَشَة َر ِض َى اُهلل َعْنَه ا َقاَلْت‬

](‫َقْبَل الُّظْه ِر َو َر ْك َعَتِنْي َقْبَل اْلَغَد اِة (رواه البخارى‬


Artinya: Dari Aiyah Ra. berkata : “Sesungguhnya Nabi Saw,
tidak ada pernah meninggalkan empat rakaat sebelum Dzuhur
(dua rakaat sunnah muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu
muakkad) dan dua rakaat sebelum shalat fajar”. (HR.Bukhari)
Shalat rawatib ini juga berlaku untuk shalat Jum’at, karena
shalat Jum’at merupakan ganti dari shalat Dzuhur.

( ‫َاَّن اْبَن َمْسُعْو ٍد َر ِض َى اُهلل َعْنُه ُيَص ِّلى َقْبَل اُجْلْمَعِة َاْر َبًعا َو َبْع َد َه ا َاْر َبًعا (رواه الرتمذى‬

4
Artinya: ”Sesungguhnya Ibnu Mas’ud melakukan shalat empat
rakaat sebelum dan setelah shalat Jum’at”. (HR At Tirmidzi)

c. Dua rakaat sesudah shalat dzuhur

‫ِه‬ ‫ِهلل‬ ‫ِض‬


‫ َمْن‬: ‫ َقاَل َرُسْو ُل ا َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس َّلَم‬, ‫َعْن ُاِّم َح ِبْيَبَة َر َى اُهلل َعْنَه ا َقاَلْت‬
‫َص َّلى َاْر َبَع َر َك َعاٍت َقْبَل الُّظْه ِر َو َاْر َبًعا َبْع َد َه ا َح َّر َمُه اُهلل َعَلى الَّناِر )رواه‬

(‫الرتمذى‬
Artinya: Dari Umi Habibah Ra. berkata, Rasulullah Saw.
bersabda: “Barang siapa shalat empat rakaat sebelum Dzuhur
dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkannya
masuk neraka”. (HR At Tirmidzi).
Catatan :
Yang dimaksud dengan empat rakaat dalam hadits di atas
adalah dua rakaat sunnah muakkad dan dua rakaat sunnah
ghairu muakkad.

d. Dua rakaat sesudah shalat maghrib


e. Dua rakaat sesudah shalat isya’

‫ِل اِهلل َّلى ا َل ِه‬ ‫ِف‬ ‫ِض‬ ‫ِد ِهلل‬


‫َص ُهلل َع ْي‬ ‫ َح ْظًت َعْن َر ُس ْو‬: ‫َعِن َعْب ا ْبِن ُعَم َر َر َى اُهلل َعْن ُه َق اَل‬
‫ ْك ِنْي ْع َد اْل ْغ ِر ِب‬, ‫ ْك ِنْي ْب الُّظْه ِر ْك ِنْي ْع َد الُّظْه ِر‬, ‫َّل‬
‫َو َر َعَت َب َم‬ ‫َو َر َعَت َب‬ ‫َو َس َم َر َعَت َق َل‬
(‫َو َر ْك َعَتِنْي َبْع َد اْلِعَش اِء وَر ْك َعَتِنْي َقْبَل اْلَغَد اِء (رواه البخارى ومسلم‬
Artinya: Dari Abdullab bin Umar Ra. berkata : “Saya hafal
dari Rasulullah Saw. dua rakaat sebelum Dzuhur dan dua
rakaat sesudah Dzuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua

5
rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Keutamaan shalat sunnah rawatib muakkad adalah:
1) Keutamaan shalat sunnah sebelum subuh
Dijelaskan oleh hadits sebagai berikut:
‫ َر ْك َع َت ا اْلَفْج ِر َخْي ٌر ِم َن‬: ‫َع ْن َعاِئَشَة َرِض َى ُهللا َع ْنَها َع ِن الَّنِبِّي َص لَّى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل‬
(‫الُّد ْنَياَو َم اِفْيَها )رواه المسلم‬
Artinya: Dari Aisyah r.a. dari Nabi SAW. Beliau telah bersabda,”dua rakaat
sebelum fajar itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim)
2) Keutamaan shalat sunnah dzuhur baik qabliyah maupun ba’diyah dan shalat
sunnah sesudah shalat maghrib dan sesudah isya’
Dijelaskan dalam hadits, yang artinya sebagai berikut:
‫ َم ْن َص َّلى ِفى‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن ُاِّم َح ِبْيَبَة َرِض َى ُهللا َع ْنَها َقاَلْت‬
,‫ َاْر َبًع ا َقْب َل الُّظْه ِر َو َر ْك َع َتْيِن َبْع َدَها‬: ‫َي ْو ٍم َو َلْيَل ٍة ِاْثَنى َع َش َر َة َر ْك َع ًة َبَنى َبْيٌت ِفى اْلَج َّن ِة‬
(‫َو َر ْك َع َتْيِن َبْع َد اْلَم ْغ ِر ِب َو َر ْك َع َتْيِن َبْع َد اْلِع َش اِء َو َر ْك َع َتْيِن َقْبَل اْلَفْج ِر )رواه الترمذى‬
Artinya: “siapa yang shalat sehari semalam dua belas rakaat, maka dibangunlah
bagimya sebuah rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat sesudah
dzuhur, 2 rakaat sesudah maghrib, 2 rakaat sesudah isya’ dan 2 rakaat sebelum
subuh.” (HR. Turmudzi).

B. Shalat sunnah malam


Shalat sunnah malam adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari
setelah shalat isya’ sampai terlihat fajar. Karena begitu pentingnya sholat malam
ini hampir-hampir Rasulullah saw. mewajibkan sholat sunnah ini di setiap
malamnya.
Macam-macam shalat sunnah malam
1. Shalat witir
Shalat witir adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari setelah
shalat isya’ hingga terbitnya fajar dengan jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit
satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat. Dan Shalat witir sebagai penutup
dari seluruh shalat malam.

6
Para ulama sepakat bahwa waktu shalat sunnah witir itu adalah sesudah shalat
isya’ dan terus berlangsung sampai tiba fajar. Sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Abu Mas’ud al-Anshari r.a berkata:
‫ رواه احمد بسند صحيٍح‬.‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسّلم يوتر اّول الليل اوسطه وأخره‬
Artinya: “Rasulullah saw. itu mengerjakan shalat witir pada awal malam.
Kadang-kadang pula dipertengahan malam dan kadang-kadang pula pada
penghabisan malam itu.” (HR Ahmad dengan sanad yang shahih)”
Dan disunnahkan menyegerakan shalat witir pada permulaan malam bagi
seseorang yang khawatir tidak akan bangun pada akhir malam. Akan tetapi, bagi
seorang yang mampu bangun pada akhir malam, maka disunnahkan mengerjakan
witir itu di akhir malam.
Tidak ada dua kali witir dalam semalam. Seseorang yang telah mengerjakan
shalat witir, lalu ingin shalat sunnah lagi, keadaan seperti ini boleh dilakukan.
Akan tetapi, jangan mengulangi lagi shalat witir untuk kedua kalinya. Hal ini
berdasarkan riwayat Abu Daud, Nasa’I, dan Tirmidzi yang menganggapnya
hasan, Ali. r.a berkata:
‫ران فى ليلٍة صالُة الِوْتِر َو اِج َب ٌة ِع ْن َد أِبى‬JJ‫ الوت‬:‫سمعت رسول هللا صّلى هللا عليه وسّلم يقول‬
‫َحِنْيَفَة َو ُس َّنٌة ُم َؤ َّك َد ٌة ِع ْنَد َغْيِر ِه‬

Sholat witir menurut Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya adalah sunnah
muakkadah sementara menurut Hanafi hukumnya wajib.

Cara pelaksanaan shalat witir


a. Tiap-tiap dua rakaat salam dan yang terakhir boleh satu atau tiga rakaat
salam.
b. Shalat witir dilaksanakan tiga rakaat maka tidak usah membaca tasyahud
awal

Madzhab Jumlah Keterangan


Maliki 3 rakaat dipisah dengan satu salam

Hanafi 3 rakaat Tanpa dipisah dengan salam

7
Syafi’i 1 rakaat -

2. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari.
Waktu yang paling baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat
isya’ sepertiga malam yang terakhir. Jumlah bilangan rakaatnya paling sedikit dua
rakaat dan paling banyak tidak terbatas. Allah berfirman: surat al-isra’: 79
z`ÏBur È@ø‹©9$# ô‰¤fygtFsù ¾ÏmÎ/ \'s#Ïù$tR y7©9 #Ó|¤tã br& y7sWyèö7tƒy
7•/u‘ $YB$s)tB #YŠqßJøt¤C ÇÐÒÈ
Artinya: “dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang Terpuji.”
Dalam melaksanakan shalat tahajjud, maka seseorang disunnahkan untuk
melakukan hal-hal berikut:
a. Niat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajjud ketika akan tidur
b. Menghilangkan kantuk dengan bersuci dan melihat ke langit sambil
berdo’a
c. Sebaiknya dimulai dengan shalat iftitah sebelum shalat tahajjud
d. Hendaklah membangunkan keluarganya untuk bersama-sama mengerjakan
perbuatan mulia tsb.
e. Tidak memaksakan diri, bila mengantuk hendaklah tidur terlebih dahulu
kemudian melanjutkan kembali
Tentang waktunya, shalat malam boleh dikerjakan dipermulaan, pertengahan,
atau penghabisan malam, dengan syarat sudah melakukan shalat isya’. Dan
dikatakan bahwasannya ada waktu-waktu utama dalam melaksanakan shalat
tahajjud ini, yaitu: pada sepertiga malam yang akhir sudah tiba.

3. Shalat tarawih
Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari,
pada bulan ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai
menjelang subuh.

8
Bilangan rakaat shalat tarawih
Madzhab Bilangan Alasan
Syafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh
Hanafi 20 Khalifah Umar bin Khatab dalam
rangka mensyiarkan malam
Hambali 20
ramadhan
Melihat penduduk Madinah
Maliki 39 melakukan shalat tarawih 39 rakaat
disertai shalat witir
melihat Nabi melakukan shalat
hadits malam pada bulan ramadhan
11
Aisyah maupun selain ramadhan hanya
sebanyak 11 rakaat
Perbedaan pendapat tentang hal ini tidak perlu menjadi bahan pertentangan
karena tarawih itu merupakan bagian dari shalat malam yang jumlah rakaatnya
tidak terbatas. Semua itu untuk menghidupkan malam ramadhan yang banyak
berkahnya. Jika shalat tarawih dilaksanakan empat rakaat maka tidak diselingi
dengan tasyahud awal.

C. Shalat Sunnah Idain


Kata idain berarti dua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul
adha. Shalat idain adalah shalat sunnah yang dilakukan karena datangnya hari
raya idul fitri atau idul adha. Shalat idul fitri di laksanakan pada tanggal 1 syawal,
sedangkan shalat idul adha di laksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah. Shalat idain
disyariatkan pada tahun pertama hijriyah. Dan dianjurkan dilaksanakan di
lapangan dan berjama’ah.
Hukum melaksanakan kedua shalat ‘Id ini sama, yakni sunnah muakkadah
(yang dikuatkan/penting sekali). Sejak disyariatkannya shalat ‘Id ini, Rasulullah
Saw. tidak pernah meninggalkannya. Allah berfirman dalam surat al-Kautsar
(108) ayat 1-2:

9
RÎ) š»oYø‹sÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ǯ$!
ËÈ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (hai Muhammad)
nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah” (QS. al-Kautsar (108): 1-2).

Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat idul fitri dan idul adha,
yaitu:
Madzhab Hukum
Fardhu ain dengan syarat-syarat yang ada pada shalat
Hanafi jum’at tetapi jika tidak dipenuhi kewajiban tersebut
maka akan menjadi gugur.
Maliki Sunnah muakkad
Syafi’i Sunnah muakkad
Hambali Fardhu kifayah

Kedua shalat hari raya tersebut pada prinsipnya sama dalam hal tata caranya,
kecuali niat dan waktunya yang berbeda. Jumlah rekaat keduanya juga sama, yaitu
dua rekaat. Waktu melaksanakan shalat ‘Idain ini adalah sejak terbit matahari
sampai tergelincir matahari. Akan tetapi, shalat ‘Idul Fitri lebih baik diakhirkan
sedikit daripada shalat ‘Idul Adha yang disunnahkan lebih pagi.

Gambar 1.1 sholat Idhul fitri/Adha


Gambar di atas menggambarkan kondisi di mana orang-orang muslim sedang
melakukan sholat idhul fitri di lapangan secara berjamaah.
Gambar 1.2 khutbah setelah berlangsungnya sholat Idhul fitri/ Adha
Dari gambar 1.2 di atas adalah sebuah gambaran yang menunjukkan perayaan
hari kemenangan umat islam. Setelah melakukan sholat idh biasanya selalu
dilanjut dengan agenda khutbah yang berisi seputar kemenangan dan makna idhul
fitri/adha itu sendiri dalam islam.

10
Waktu pelaksanaan shalat ied menurut imam madzhab, yaitu:
Madzhab Waktu shalat
Hambali Sejak naiknya matahari setombak sampai waktu zawal
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya
Syafi’i
matahari (waktu zawal)
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya
Imamiyah
matahari (waktu zawal)

Setelah selesai melakukan shalat ‘Idain ini disusul dengan khutbah. Nabi dan para
shahabatnya melakukan shalat ‘Idain sebelum khutbah seperti yang dijelaskan
oleh Ibnu ‘Umar:

.)‫كان رسول هللا صلّى هللا عليه وسّلم و أبو بكر وعمر يصّلون العيدين قبل الخطبة (رواه الجماعة‬
Artinya: Adalah Rasulullah Saw., Abu Bakar, dan ‘Umar melakukan shalat ‘Idain
sebelum khutbah (HR. Jama’ah ahli hadits).

Berikut adalah tata cara shalat ied menurut madzab-madzhab:


Madzhab Tata cara
Niat, mengucapkan takbiratul ihram, mengucapkan takbir 3 kali
diselingi dengan diam sejenak sekadar bacaan 3 kali atau juga
boleh mengucapkan ‫ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ‬
Hanafi Kemudian ‫ ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ‬acabmem setelah itu membaca
alfatihah dan surat, lalu ruku’ dan sujud. Rakaat kedua,
membaca alfatihah, surat, takbir 3 kali, ruku’, sujud,
menyempurnakan shalat hingga selesai.
Syafi’i Mengucapkan takbiratul ihram, membaca doa iftihah, kemudian
takbir tujuh kali, tiap-tiap 2 takbir di selingi
‫ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ‬Secara perlahan, kemudian
membaca‫ ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ‬kemudian membaca alfatihah,
surat Qaf, ruku’, sujud. Rakaat kedua, membaca takbir yang
kemudian di tambah 5 kali takbir lagi, diantara 2 takbir diselingi

11
membaca‫ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ‬Kemudian membaca
alfatihah dan surat iqtarobat kemudian menyempurnakan
hingga selesai.
Membaca doa iftitah, membaca takbir 6 kali, yang diantara 2
takbir itu membaca:
‫ﺍﷲﺍﻜﺑﺮﻜﺑﻴﺮﺍﻮﺍﻟﺤﻤﺪﷲﻜﺛﻴﺮﺍﻮﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﺑﻜﺮﺓﺃﺻﻴﻼﻮﺻﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻰﻣﺤﻣﺩﻮﺍﻠﻪﻮﺴﻠﻢﺘﺴﻠﻴﻣﺎ‬
kemudian membaca‫ ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ‬dan basmalah, lalu
Hambali
membaca al-fatihah dan surat al-a’la. Rakaat kedua, membaca
takbir 5 kali dan tiap-tiap dua takbir diselingi dengan ucapan
yang sama pada rakaat pertama. Kemudian membaca alfatihah
dan surat al-ghasyiyah, lalu ruku’ sampai selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, takbir 6 kali, lalu membaca al-
fatihah dan surat al-a’la, ruku’, dan sujud. Bangkit Rakaat
Maliki kedua sambil membaca takbir, ditambah dengan 5 takbir
sesudahnya, lalu membaca al-fatihah dan surat as-
syamsikemudian shala hingga selesai.

Hal-hal yang di sunnahkan dalam shalat ied


a. Membaca takbir.
b. Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus, dan memakai wangi-
wangian.
c. Makan sebelum shalat idul fitri, sedangkan untuk idul adha makannya
sesudah pulang dari shalat ied.
d. Berangkat menuju ke tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang
berbeda.

Hal-hal yang di sunnahkan pada waktu shalat ied


a. Dilaksanakan secara berjamaah

12
b. Takbir tujuh kali setelah membaca do’a iftitah sebelum membaca surat
alfatihah pada rakaat pertama. Pada rakaat kedua takbir lima rakaat
sebelum membaca surat al-fatihah selain dari takbir pada waktu berdiri.
c. Mengangkat tangan setiap kali takbir
d. Membaca tasbih di antara beberapa takbir
e. Membaca surat Al-A’la setelah surat Al-fatihah pada rakaat pertama dan
surat Al-ghasyiyah.

D. Sholat Sunnah Ghoiru Muakkad


a) Pengertian Sholat Sunnah Ghoiru Muakkad
Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang tidak
dikuatkan (kadang dikerjakan Rasulullah dan kadang tidak dikerjakannya).
Maksudnya adalah sholat sunnah yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah
saw.
Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam sholat sunnah yang termasuk dalam sunnah ghoiru muakkad, yaitu:
a. Tidak didahului adzan dan iqomah
b. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian)
c. Dilaksanakan dengan dua rakaat salam
d. Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat
wajib
e. Bacaan tidak di nyaringkan
f. Memulai shalat di awali dengan niatnya masing-masing.

b) Macam-macam sholat sunnah ghoiru muakkad


Sebagaimana pengertian di atas dan ciri yang disebutkan di atas,
maka adapun macam-macam dari sholat sunnah ghoiru muakkad adalah
sebagi berikut:

1. Shalat Tahiyatul Masjid

13
Tahiyatul masjid berarti penghormatan masjid, shalat tahiyatul
masjid berarti shalat yang dikerjakan untuk menghormati masjid.
Masjid adalah tempat manusia bersemabah sujud kepada Allah,
semua kegiatan di masjid menggunakan nama Allah oleh karena itu
masjid disebut Baitullah. Demikian mulianya sehingga islam
mensyariatkan shalat tahiyatul masjid, Rasulullah bersabda:

‫ ﺭﻮﺍﻩﺃﺑﻮ ﺪﺍﻮﺪ‬.‫ﺇﺬﺍ ﺟﺎﺀ ﺍﺤﺪﻜﻢ ﺍﻠﻤﺴﺟﺪ ﻓﻠﻴﺻﻞ ﺴﺟﺪﺗﻳﻥ ﻣﻥ ﻗﺑﻞ ﺍﻥ ﻴﺟﻟﺱ‬


Artinya: “Apabila salah seorang diantara kamu masuk masjid,
hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum duduk. “(HR.Abu Dawud
dari Abi Qatadah : 395)
Gambar di atas adalah salah satu gambaran yang menunjukkan
seseorang yang sedang melakukan sholat tahiyatul masjid. Mereka
melakukan sholat tahiyatul masjid saat setelah masuk masjid dan
belum sampai duduk. Dilakukan sendiri-sendiri tidak berjama’ah,
sebagaimana berikut akan dijelaskan bagaimana tata cara dalam
melakukan shalat tahiyatul masjid.
Tata cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebagai
berikut :
1. Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
2. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
3. Syarat sah shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain,
ditambah satu lagi yakni dilakukan di masjid. Tidak sah jika
dilakukan diluar masjid.
4. Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik untuk melaksanakan
shalat fardu maupun ketika akan beri’tikaf.
5. Bacaan-bacaan shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang
lain, hanya niatnya saja yang berbeda.
6. Urutannya secara garis besarnya :
a. Berniat shalat Tahiyatul Masjid, contoh lafadznya :

‫ُأَص ِّلي ُس َّنًة ِحَت َّيَة اْلَمْس ِج ِد َر ْك َعَتِنْي ِهلل َتَعاىل‬

14
Artinya: “Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat
karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram
c. Shalat dua rakaat seperti biasa.
d. Salam.
Tujuan dari pelaksanaan shalat dua rakaat ini adalah untuk
menghormati masjid. Karena masjid memiliki kehormatan dan
kedudukan mulia yang harus dijaga oleh orang yang memasukinya.
Yaitu dengan tidak duduk sehingga melaksanakan shalat tahiyatul
masjid ini. Karena pentingnya shalat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam tetap memerintahkan seorang sahabatnya – Sulaik al-
Ghaathafani – yang langsung duduk shalat memasuki masjid untuk
mendengarkan khutbah dari lisannya. Ya, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak membiarkannya duduk walaupun untuk mendengarkan
khutbah dari lisannya, maka selayaknya kita memperhatikan shalat ini.
Jumhur ulama berpendapat : hukum shalat dua rakaat sebelum
masuk masjid adalah mandub (sunnah) dan tidak wajib.

2. Shalat sunnah rawatib


Ada beberapa shalat sunnah rawatib yang merupakan sunnah
ghairu muakkad, yaitu:
a. Dua rakaat sebelum Dzuhur
b. Empat rakaat sesudah Dzuhur
c. Empat rakaat sebelum Ashar.
d. Dua rakaat sebelum Maghrib.
e. Dua rakaat sebelum Isya’.
Namun menurut madzhab Hanafi dan Syafi’I yang termasuk
dalam sholat sunnah rawatib ghoiru muakkada adalah sebagi berikut:

MADZHAB RAKAAT
Hanafi 4 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur

15
dan 4 rakaat sebelum ashar
Syafi’i

3. Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha,
yakni ketika matahari sudah naik, yaitu kira-kira setinggi tombak
sampai matahari tergelincir yaitu menjelang waktu dhuhur. Hukum
mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha memiliki
keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga rasulullah
menganjurkan para sahabat dan seluruh kaum muslim untuk
melaksanakannya.
Bilangan rakaat shalat dhuha. Shalat dhuha dikerjakan sekurang-
kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya sebelas rakaat.

Tata Cara Shalat Dhuha


Tata cara shalat dhuha sama dengan shalat lainnya. Hanya saja
pada rakaat pertama dianjurkan membaca surat Al-fatihah kemudian
surat Asy-Syams sedangkan rakaat surat Al-fatihah lalu surat ad-
dhuha. Jika belum hafal boleh menggunakan surat apa saja.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
saw. ada sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang
tidak dianjurkan, namun tetap dilaksanakan oleh Rasulullah sebagai tauladan bagi
umat Islam sedunia. Maka dari itu, bolehlah kita klasifikasikan sholat sunnah
menjadi 2, yaitu:
1. Shalat Sunnah Muakkad
Sholat sunnah Muakkad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau
shalat sunnah yang selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang
ditinggalkannya.
Adapun macam-macamnya adalah sebagai berikut:
a. Shalat sunnah rawatib, sholat sunnah rawatib muakkad terdiri dari:
1) Dua rakaat sebelum shalat subuh
2) Dua rakaat sebelum shalat dzuhur
3) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur
4) Dua rakaat sesudah shalat maghrib
5) Dua rakaat sesudah shalat isya’

b. Shalat sunnah malam, sholat sunnah muakkad yang ada dalam


shalat malam adalah sebagai berikut:
1) Shalat tahajjud
2) Shalat sunnah tarawih
3) Shalat witir
c. Shalat Sunnah Idain

17
2. Shalat Sunnah Ghoiru Muakkad
Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang kadang
dikerjakan Rasulullah dan kadang tidak dikerjakannya. Maksudnya adalah
sholat sunnah yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk dalam kategori shalat sunnah ghoiru
muakkad adalah:
a. Tahiyatul masjid
b. Shalat sunnah rawatib,
Sebagaimana dalam shalat sunnah muakkad, ada juga shalat
rawatib yang terkategorikan sebagai shalat rawatib yang ghoiru
muakkad, diantaranya adalah:
1) Dua rakaat sebelum Dzuhur
2) Dua rakaat sesudah Dzuhur
3) Empat rakaat sebelum Ashar.
4) Dua rakaat sebelum Maghrib.
5) Dua rakaat sebelum Isya’

c. Shalat dhuha
Dan dalam semua macam-macam sholat ini memiliki kesamaan
dalam pelaksanaannya hanya saja berbeda dalam niatnya di setiap
sholatnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abyan, Amir. (2008). Pendidikan Agama Islam Fikih. Semarang: PT karya Toha
Putra.

Mughniyah, Jawad. (2010). Fiqih Lima madzab.Jakarta: Penerbit Lentera.

Darsono, Ibrahim. (2008). Penerapan fikih. Solo: Tiga Serangkai.

Taufiq, Abdurrahman. (2006). Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Azzam.

Bagir, Muhammad. (2008). Fiqh Praktis.Bandung: Penerbit Karisma.

Alhusaini. (2007). Kifayatul Akhyar. Surabaya: Bina Iman Printing.

Sabiq, Sayyid. (2004). Fiqhus Sunnah.Jakarta: Darul Fath.

Shalat Tarawih Menurut Mazhab Empat, diakses pada tanggal 7 April 2013 dari

http://nuruddina.blogspot.com/2010/09/shalat-tarawih-menurut-mazhab-
empat.html

(http://Redhabelajarikhlas.blogspot.com)

19

Anda mungkin juga menyukai