Anda di halaman 1dari 33

1.

Shalat Sunah Rawatib Pengertian Shalat Sunnah Rawatib Shalat Sunnah Rawatib adalah salat Sunnah yang mengiringi shalat fardu. Yaitu shalat yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib. Jika dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut shalat sunnah Qabliyah. Dan jika dikerjakan sesudah Shalat fardu disebut Shalat Sunnah Badiyah. Shalat Sunnah Rawatib ada dua yaitu : 1. Shalat Rawatib Muakkadah 2. Shalat Sunnah rawatib Ghairu Muakkadah

Shalat Sunnah Rawatib Muakkadah Muakkadah artinya yang ditekankan atau dipentingkan. Para ulama banyak yang menyebutkan shalat sunnah muakkadah merupakan shalat sunnah yang mendekati wajib. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk mengerjakannya secara rutin. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw.

Artinya : Dari Abdullah bin Umar Ia berkata : Saya ingat (hafal) dari Rasulullah saw. dua rakaat sebelum zuhur, dua rakaat sesudah zuhur, dua rakaat sesudah magrib, dua rakaat sesudah isa, dan dua rakaat sebelum subuh. ( HR.Bukhari dan Muslim ) Yang termasuk Shalat Sunnah Rawatib Muakkadah ialah: 1. Dua rakaat sebelum Shalat Subuh 2. Dua rakaat sebelum Shalat Dzuhur

3. Dua rakaat sesudah Shalat Dzuhur 4. Dua rakaat sesudah Shalat Maghrib 5. Dua rakaat sesudah Shalat Isya Adapun Shalat Sunnah Ghairu Muakkad ialah shalat sunnah yang tidak ditekankan atau tidak dipentingkan. Meskipun shalat sunnah ini dinamakan seebagai shalat yang tidak dipentingkan, namun itu tidak berarti tidak ada kebaikannya, karena setiap shalat sunnah pasti ada pahalanya. Yang termasuk dalam shalat sunnah ini yaitu : 1. Dua rakaat tambahan sebelum Shalat Dzuhur, yang kemudian menjadi empat rakaat 2. Dua rakaat tambahan sesudah Shalat Dzuhur, yang kemudian menjadi empat rakaat 3. Empat rakaat sebelum Shalat Ashar 4. Dua rakaat sebelum Shalat Maghrib 5. Dua rakaat sebelum Shalat Isya. Tata cara Melakukan Shalat Sunnah Rawatib Shalat sunnah adalah shalat yang sangat mudah, tidak banyak berbeda dengan shalat fardhu, baik dalam syarat, rukun maupun sunnah-sunnahnya. Hanya saja, dalam shalat sunnah diberikan kelonggaran tambahan sebagai berikut: 1. Boleh dilakukan seringkas mungkin, boleh dilakukan dengan bacaan surat al-Fatihah saja tanpa surat-surat yang lain. 2. Boleh dilakukan dalam keadaan duduk walaupun mampu berdiri Cara melaksanakan shalat sunat rawatib , baik sebelum atau sesudahnya ( qobliyah dan badiah ) dikerjakan dua rakaat sama seperti shalat sunat lainnya, tetapi yang berbeda hanya niatnya saja. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam melaksanakan shalat sunat rawatib yaitu : 1. Tidak didahului azan dan iqamat 2. Tidak dilaksanakan secara berjamaah

3. Bacaannya tidak dinyaringkan 4. Setiap dua rakaat satu salam jika hendak melaksanakan shalat sunat lebih dari dua rakaat. 5. Diutamakan pada rakaat pertama membaca surat al kafirun, dan pada rakaat kedua membaca surat al ikhlas. Mempraktekkan Sholat Sunat Rawatib Cara melaksanakan Sholat Rawatib baik sebelum mapun sesudahnya (qobliyah dan badiyah dikerjakan dua rakaat sama dengan sholat fardu baik gerakannya maupun bacaannya, tetapi yang berbeda hanyalah niatnya. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan sholat sunah rawatib sbb: 1. Tidak didahului azan dan iqomah. 2. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian). 3. Bacaannya tidak dinyaringkan. 4. Jika lebih dari dua rakaat, maka setiap dua rakaan satu dalam. 5. Sebaiknya tempat mengerjakan sholat rawatib pindah sedikit dari tempat mengerjakan sholat fardu. 6. Diutamakan pada rakaat pertama membaca Surat Al Kafirun, dan pada rakaat kedua membaca Surat Al Ikhlas. 7. Diawali dengan niat menurut macam sholatnya. Niat melaksanakan sholat rawatib cukup dalam hati sesuai dengan macam sholat rawatib tersebut, tetapi boleh diucapkan atau dilafalkan. Adapun lafal niat sholat sunah rawatib sbb:

Niat Sholat sunah rawatib qobliyah Subuh (sebelum sholat subuh)

artinya: Saya niat sholat sunah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah

Niat Sholat sunah rawatib qobliyah Zuhur (sebelum sholat Zuhur)

artinya: Saya niat sholat sunah sebelum zuhur dua rakaat karena Allah Niat Sholat sunah rawatib badiyah Zuhur (sesudah sholat Zuhur)

artinya: Saya niat sholat sunah sesudah Zuhur dua rakaat karena Allah

Niat Sholat sunah rawatib qobliyah Asar (sebelum sholat Asar)

artinya: Saya niat sholat sunah sebelum asar dua rakaat karena Allah

Niat Sholat rawatib qobliyah Magrib (sebelum sholat Magrib)

artinya: Saya niat sholat sunah sebelum Magrib dua rakaat karena Allah

Niat Sholat sunah rawatib badiyah Magrib (sesudah sholat Magrib)

artinya: Saya niat sholat sunah sesudah Magrib dua rakaat karena Allah

Niat Sholat rawatib qobliyah Isya (sebelum sholat Isya)

artinya: Saya niat sholat sunah sebelum Isya dua rakaat karena Allah

Niat Sholat rawatib badiyah Isya (sesudah sholat Isya)

artinya: Saya niat sholat sunah sesudah Isya dua rakaat karena Allah

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib Mengenai keutamaan shalat sunnah rawatib diterangkan dalam hadits berikut ini. Ummu Habibah berkata bahwa ia mendengar Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 rakaat (sunnah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga. (HR. Muslim no. 728) Dalam riwayat At Tirmidzi sama dari Ummu Habibah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda, Barangsiapa sehari semalam mengerjakan shalat 12 rakaat (sunnah rawatib), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 rakaat sebelum Zhuhur, 2 rakaat setelah Zhuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, 2 rakaat setelah Isya dan 2 rakaat sebelum Shubuh. (HR. Tirmidzi no. 415 dan An Nasai no. 1794,).

Yang lebih utama dari shalat rawatib adalah shalat sunnah fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh). Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya. (HR. Muslim no. 725) Juga dalam hadits Aisyah yang lainnya, beliau berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat (shalat rawatib) Shubuh . (HR. Bukhari no. 1169 dan Muslim no. 724) Hikmat solat sunat Rawatib Membentuk sifat ihsan dalam diri Mendidik diri sentiasa berdisiplin dan beradab Menyempurnakan kekurangan pahala solat fardu

3. Shalat Jumat A. Pengertian Hari Jumat adalah hari istimewa bagi umat Islam. Ia menjadi symbol hari berkumpul dalam sosialisasi umat Islam. Hal ini sesuai dengan makna Jumat itu sendiri yang secara etimologis berasal dari kata ( jamaa yajmau jamaatan) yang berarti berkumpul. Keistimewaan yang dikandung pada hari jumat yaitu shalat jumat yang dilakukan secara berjamaah. Hal ini tentu saja memberikan kesempatan yang sangat besar bagi umat islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah an memperbanyak ibadah pada hari yang dimuliakan umat islam tersebut. Shalat Jumat yaitu shalat dua rakaat yang dikerjakan secara berjamaah pada waktu dzuhur di hari jumat dan diawali dengan dua khutbah. Hukumnya fardu ain bagi tiap-tiap muslim dewasa, merdeka, sehat dan bermukim (tidak sedang bepergian)

B. Hukum Shalat Jumat Shalat Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki. Kewajiban shalat jumat ditetapkan dalam al-quran dan sunnah. Ayat yang menjelaskan tentang perintah melaksanakan shalat jumat yaitu: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. : )) Artinya: Dari Hafsah, istri Nabi, Rasulullah SAW bersabda: Setiap laki-laki yang telah baligh diwajibkan melaksanakan shalat jumat (HR. at-Tahtawi) ) : : ) Artinya: Dari Abu al-Jad ad-Damiri, Rasulullah SAW bersabda : Orang yang meninggalkan shalat Jumat tiga kali karena menganggap remeh maka Allah akan menutup hatinya. (HR. AtTirmidzi) Waktu Shalat Jumat Shalat Jumat dilaksanakan di waktu dzuhur, yaitu ketika matahari mulai tergelincir dan telah condong kea rah barat. Maka tidak sah melaksanakan shalat jumat sebelum masuknya waktu dzhuhur atau setelah habisnya waktu dzuhur. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Bukhari berikut ini:

Hikmah Solat Jum'at 1. Simbol persatuan sesama Umat Islam dengan berkumpul bersama, beribadah bersama dengan barisan shaf yang rapat dan rapi.

2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia. Semua sama antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain sebagainya. 3. Menurut hadis, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan. 4. Sebagai syiar Islam. F. Syarat Wajib Jumat 1. Islam 2. Baligh (dewasa), anak-anak dianjurkan shalat jumat agar mereka terbiasa menjalankannya. 3. Berakal; orang gila tidak wajib shalat jumat 4. Laki-laki; perempuan tidak wajib shalat jumat 5. Sehat; orang sakit tidak wajib shalat Jumat 6. Menetap; orang yang bepergian tidak wajib shalat jumat Syarat Sah Shalat Jumat 1. Didirikan di tempat yang penduduknya menetap, baik di kota maupun di desa. Maka tidak sah shalat jumat jika dilaksanakan di lading atau sawah yang orang-orangnya hanya sementara berada di sana untuk menggarap sawah atau lading. 2. Berjamaah. Tidak sah shalat jumat yang dilakukan sendirian. Dan minimal terdapat 40 orang jamaah. 3. Dilakukan pada waktu Dzuhur 4. Sebelum shalat jumat dilaksanakan didahului dengan dua khutbah. Rukun atau Isi Pokok Khutbah 1. Menyampaikan puji-pujian kepada Allah seperti mengucap hamdalah 2. Membaca shalawat atas nabi Muhammad SAW 3. Membaca dua kalimat syahadat 4. Menasehati untuk bertaqwa kepada Allah 5. Membaca ayat al-Quran 6. Memohonkan doa dan ampunan bagi jamaah yang mengikuti shalat jumat pada khutbah yang kedua. Tata Cara Pelaksaaan Dua Khutbah 1. Khutbah dimualai sesudah masuk shalat dzuhur, yakni setelah tergelincirnya matahari

2. Khutbah disampaikan dengan cara berdiri serta menghadapkan wajah kea rah jamaah 3. Khatib (pemberi khutbah) hendaknya mengucap salam ketika telah berada di atas mimbar 4. Khatib berkhutbah dengan penuh semangat, suara lantang dan jelas, kalimatnya disampaikan dengan baik, fasih, jelas, dan mudah difahami. 5. Kedua khutbah dimulai setelah adzan setelah adzan selesai dikumandangkan dan iqamah pun segera diserukan seketika khutbah kedua selesai. 6. Hendaknya khutbah dipersingkat namun padat dan tidak perlu panjang lebar Sunnah-Sunnah Sebelum Jumat Sebelum menunaikan shalat jumat, ada beberapa amalan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan dianjurkan untuk dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: 1. Mandi dan membersihkan tubuh 2. Memakai pakaian putih 3. Memotong kuku, kumis, dan sejenisnya 4. Memakai wangi-wangian 5. Memperbanyak membaca al-Quran, doa dan dzikir 6. Memperbanyak doa dan sholawat ata Nabi Muhammad SAW 7. Melaksanakan shalat sunnah sebelum khatib naik mimbar sesuai dengan kemampuan. Keutamaan Hari Jumat Hari Jumat adalah hari istimewa bagi umat Islam. Dibanding dengan harihari selainnya, hari Jum'at termasuk hari yang paling istimewa. Mengingat keistimewaan hari tersebut, maka Rasulpun menyebutnya dengan khairul yaum, sebaik-baik hari, afdhalul ayyam, hari yang paling utama, atau sayyidul ayyam, hari yang paling mulia, bahkan kistimewaan hari Jum'at melebihi istimewanya hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Pernyataan tentang keistimewan hari Jum'at sebagaimana yang telah disebutkan di atas, antara lain adalah berdasarkan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berikut ini, beliau telah bersabda: :

"Sesungguhnya hari Jum'at adalah sayyidul ayyam (hari yang paling mulia) dan hari yang paling besar di sisi Allah bahkan lebih besar dari hari raya Idul Adha dan Idul Fithri. Pada hari itu terdapat lima peristiwa: Pada hari Jum'at Nabi Adam diciptakan, diturunkan ke bumi serta diwafatkan. Pada hari itu terdapat waktu yang hanya sesaat, dan barangsiapa pada saat itu berdoa kepada Allah niscaya doanya akan dikabulkan selama tidak meminta sesuatu yang diharamkan dan tidak akan terjadi kiamat melainkan pada hari Jum'at. Pada hari itu tidaklah malaikat yang dekat kepada Allah, langit, bumi, angina, gunung dan lautan, melainkan semuanya merindukan datangnya hari Jum'at" (HR. Ibnu Majah: 1084) Berikut adalah hadits-hadits Nabi yang menerangkan contoh amal dan keutamaannya. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda : Apabila datang Hari Jumat, para malaikat berdiri di depan pintu masjid untuk mencatat siapa yang datang satu demi satu yang paling awal. Perumpamaan orang yang menghadiri Jumat sesuai dengan urutan awal kedatangannya, bagaikan berqurban seekor unta, bagaikan berqurban seekor sapi, bagaikan berqurban seekor kambing kibas, bagaikan berqurban seekor ayam, dan bagaikan berqurban sebutir telur. Apabila khatib sudah mulai khutbah, malaikat menutup buku catatannya dan mendengarkan khutbah (HR. Bukhari: 929) Dalam hadits yang lain, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam juga menegakan kemuliaan menghadiri shalat jum'at, beliau bersabda: Barangsiapa mandi pada hari Jumat, bersegera menuju masjid, berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat dengan imam (barisan terdepan mendengarkan khutbah dan tidak berkata yang sia-sia, maka baginya pada setiap langkahnya dari rumah menuju masjid sepadan dengan amalan setahun pahala puasa dan qiyamul lail (HR.Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi,

Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim, syaikh Al Bani menyebutkannnya dalam "Shahihi Abu Daud": 891)

Tata Cara Shalat bagi Orang Yang Sakit Selama jiwa masih bersatu dengan raga, kita diwajibkan untuk mendirikan shalat, tak terkecuali pada saat sakit. Tata cara shalat saat sakit dijelaskan dalam hadist riwayat Daruquthni dari Imam Ali Orang sakit hendaklah shalat berdiri jika mampu. Jika tidak mampu hendaklah shalat sambil duduk, jika tidak bisa sujud, berisyarat dengan menundukkan kepala dan sujudnya lebih rendah daripada rukuknya. Bila tidak mampu, hendaklah ia shalat sambil berbaring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat. Bila tidak mampu, hendaklah shalat telentang dan kedua kakinya diluruskan kea rah kiblat Untuk melaksanakan shalat tentunya seseorang harus bersuci dari hadas besar maupun hadas kecil. Bila seseorang sedang sakit dan bila terkena air penyakitnya dapat bertambah parah atau memperlambat proses penyembuhan, mandi junub atau wudlu dapat diganti dengan tayammum. Tayammum merupakan rukhshah (keringanan) yang diberikan Allah. Tayammum dapat menggunakan tanah atau debu. Tata cara bertayammum adalah sebagai berikut. 1. Menepukkan tangan ke bumi, dinding, atau apa saja yang mengandung debu. 2. Menyapukan telapak tangan kanan ke telapak tangan kiri dan ke atas telapak tang kiri. Kemudian telapak tangan kiri disapukan ke tangan kanan masing-masing satu kali sapuan. 3. Menyapukannya ke muka satu kali.

Hukum-Hukum yang berhubungan dengan sholat orang sakit Di antara hukum-hukum yang berhubungan dengan orang sakit dalam ibadah sholatnya adalah:

1. Orang yang sakit tetap wajib sholat diwaktunya dan melaksanakannya menurut kemampuannya, sebagaimana diperintahkan Allah Taala dalam firman-Nya: Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. At-Taghbn/ 64:16) dan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrn bin Hushain: Pernah Penyakit wasir menimpaku, lalu akau bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang cara sholatnya. Maka beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Sholatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah. (HR al-Bukhari) 2. Apabila berat melakukan setiap sholat pada waktunya maka diperbolehkan baginya untuk men-jama (menggabung) antara shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya baik dengan jama taqdim atau takhir. Hal ini melihat kepada yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijama karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas radhiallahu anhuma yang menyatakan: ( ) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjama antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abas radhiallahu anhuma: Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau radhiallahu anhuma menjawab: Agar tidak menyusahkan umatnya. (HR Muslim) Dalam hadits diatas jelaslah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membolehkan kita menjama sholat karena adanya rasa berat yang menyusahkan (masyaqqoh) dan jelas sakit merupakan masyaqqah. Hal ini juga dikuatkan dengan menganalogikan orang sakit kepada orang yang terkena istihaadhoh yang diperintahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk

mengakhirkan sholat Zhuhur dan mempercepat Ashar dan mengakhirkan Maghrib dan mempercepat Isya. 3. Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan sholat wajib dalam segala kondisinya selama akalnya masih baik. 4. Orang sakit yang berat untuk mendatangi masjid berjamaah atau akan menambah dan atau memperlambat kesembuhannya bila sholat berjamaah di masjid maka dibolehkan tidak sholat berjamaah. Imam Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan: Tidak diketahui adanya perbedaan pendapat diantara ulama bahwa orang sakit dibolehkan tidak sholat berjamaah karena sakitnya. Hal itu karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika sakit tidak hadir di Masjid dan berkata: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami sholat. (Muttafaqun Alaihi) Tata Cara Sholat untuk Orang Sakit Ketahuilah bahwa perumpamaan shalat dalam agama adalah ibarat suatu tiang penyangga di tengah-tengah tenda. Kalau seseorang mencabutnya, maka akan rubuhlah tenda tersebut. Oleh karena itu, Allah SWT. memerintahkan kita untuk selalu melaksanakan shalat setiap waktunya dalam kondisi dan situasi apapun. a) Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Taala: Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (Qs. Al-Baqarah/2:238) dan keumuman hadits Imrn di atas. b) Orang yang sakit wajib melaksanakan shalat fardu dengan berdiri, sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang dengan tongkat. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 238

Artinya: Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu`. Juga sesuai dengan hadits Wabishah, dari Ummu Qais r.a: ketika Raulullah berusia lanjut dan semakin gemuk, beliau menggunakan tongkat di tempat shalatnya dan bersandar padanya. selain itu karena beliau mampu berdiri tanpa adanya sesuatu yang membahayakan dirinya, yang demikian itu didasarkan pada hadits Imran bin Hushain ra bahwa pernah berkata padanya: Shalatlah sambil berdiri.. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika berusia lanjut dan lemah maka beliau memasang tiang di tempat sholatnya untuk menjadi sandaran. (HR Abu Daud dan dishahihkan al-Albani dalam Silsilah Ash-Shohihah 319). c) Jika tidak sanggup shalat berdiri, maka hendaklah ia shalat dengan duduk, dan lebih baik kalau duduk bersila pada waktu dimana semestinya berdiri dan ruku, dan duduk isytirasy pada waktu dimana dia sujud. d) Jika tidak sanggup shalat sambil duduk, boleh shalat sambil berbaring bertumpu pada sisi badan menghadap qiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama dari sisi kiri. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap qiblat boleh menghadap kemana saja dan tidak perlu mengulangi shalatnya.

sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrn bin al-Hushain: Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah. (HR al-Bukhari) e) Jika tidak sanggup shalat berbaring, boleh shalat sambil terlentang dengan menghadapkan kedua kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat kepala untuk menghadap kiblat. Dan jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke kiblat, dibolehkan shalat menghadap kemana saja.

f) Orang sakit wajib melaksanakan ruku dan sujud, jika tidak sanggup cukup dengan membungkukkan badan pada ruku dan sujud, dan ketika sujud hendaknya lebih rendah dari ruku. Dan jika sanggup ruku saja dan tidak sanggup sujud, dia boleh ruku saja dan menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula sebaliknya jika dia sanggup sujud saja dan tidak sanggup ruku , dia boleh sujud saja dan ketika ruku dia menundukkan kepala. g) Jika tidak sanggup dengan menundukkan kepala ketika ruku dan sujud, cukup dengan isyarat mata, dengan memejamkan sedikit ketika ruku dengan dan dengan memejamkan lebih kuat ketika sujud. h) Jika tidak sanggup juga shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata, hendaklah ia shalat dengan hatinya, dia berniat ruku,sujud, dan berdiri serta duduk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dengan niatnya. i) Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya sesuai menurut kemampuannya sebagaimana kita jelaskan di atas. Tidak boleh sengaja mengakhirkannya dari waktu yang semestinya. Dan jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir. j) Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya, boleh menjamak antara dzuhur dengan ashar dan antara maghrib dengan isya, baik jama taqdim maupun jama takhir, sesuai dengan kemampuannya. Kalau dia mau, dia boleh memajukan shalat asharnya digabung dengan dzuhur, atau mengakhirkan dzuhurnya digabung dengan shalat ashar di waktu ashar. Jika mau, boleh juga dia memajukan shalat isya untuk digabung dengan shalat maghrib di waktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh, maka tidaklah boleh di jama dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya, karena waktunya terpisah dari shalat sebelumnya dan shalat sesudahnya. Allah berfirman Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Al-Israa ayat 78 Hikmah yang dapat diperoleh jika melakukan shalat saat sakit diantaranya ialah jika orang yang sakit sudah mendekati ajalnya kemudian ia shalat sampai embusan nafas terakhirnya sedangkan ia bergelimang dosa, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah ia perbuat agar ia menemui Allah dalam keadaan suci dan bersih darinya. Sehingga ia bahagia dengan mendapatkan surge-Nya dan menikmati segala keindahan dan kebaikannya. Dan jika ajal belum

menemuinya, niscaya Allah akan menyegerakan kesembuhan baginya sehingga ia tidak tersiksa dengan penyakitnya dalam waktu yang sangat lama.

Semester II Puasa Ramadhan Ramadan (bahasa Arab: ; transliterasi: Ramadhan) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya: "bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..." Selama bulan Ramadan, penganut agama Islam akan berpuasa setiap hari sampai Idul Fitri tiba. Ied artinya Hari Raya. Fithri berasal dari kata fathara artinya 'memecah, mengakhiri". Ied alFithri artinya Hari Raya Mengakhiri Puasa (Ramadan). 1. Pengertian Puasa Puasa menurut bahasa adalah menahan. Sedangkan secara istilah /syarI puasa adalah Ibadah kepada Allah dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dimulai sejak terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Terbit fajar (fajar shodiq) adalah mulai masuknya waktu shubuh - Terbenam matahari adalah pertanda masuknya waktu shalat maghrib. Puasa merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat islam. Bulan puasa disebut juga bulan ramadhan. Ibadah puasa dalam bulan ini dilakukan setiap tahun selama satu bulan penuh. Puasa ramadhan hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim. Seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah 183:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, 2. Hukum Melakukan Puasa Ramadhan Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan sangat jelas di dalam Al-Qur'an maupun AsSunnah. Hukumnya wajib bagi muslim yang telah baligh, berakal, muqim, dan mampu berpuasa (tidak ada penghalang syar'i seperti sakit dsb). Shiyam Ramadhan Diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah. Allah Ta'ala Berfirman (artinya): "Wahai orang-orang beriman, kuwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah kuwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa" (Qs.Al-Baqarah:183) Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khathab _ berkata, Aku mendengar Rasulullah _ bersabda: Islam dibangun diatas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah dan shaum ramadhan. (Diriwayatkan oleh Bukhari (no. 8) dan muslim (no. 16)) Adapun orang yang meninggalkan shiyam Ramadhan tanpa udzur syar'I maka dia telah melakukan sebuah dosa yang sangat besar. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, sebagian mengatakan kafirnya orang yang meninggalkan shiyam Ramadhan tanpa udzur dan sebagian berpendapat tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam. Pendapat kedua ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Syarat wajib berpuasa 1. Beragama Islam 2. Berakal sehat 3. Akil baligh atau dewasa 4. Suci dari haid dan nifas bagi wanita 5. Mampu berpuasa

6. Bertempat tingga tetap (bukan musafir)

Hal-Hal yang membatalkan Puasa 1. Makan dan minum dengan sengaja atau memasukkan sesuatu ke dalam rongga yang terbuka 2. Tiba-tiba keluar darah haid atau datang bulan, Aisyah berkata: : Artinya: Aisyah r.a berkata: "Dahulu salah seorang wanita kami haid di masa Rasulullah , maka kami disuruh untuk mengqodho puasa dan tidak disuruh mengqodho sholat" Pembatal yang diperselisihkan

3. Mabuk, pingsan sepanjang hari 4. Berbuka puasa sebelum terbenamnya matahari 5. Muntah dengan sengaja . . ) . Artinya: "Barangsiapa yang muntah (tanpa sengaja) maka tidak ada qadha baginya. Tetapi barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka ia wajib mengqadha puasanya."(Hadits diriwayatkan oleh imam yang lima. Imam Ahmad mengklaimnya sebagai hadits yang cacat sementara Ad-Daruquthni menshahihkan hadits ini). Sebagian ulama menganggap bahwa muntah tidak membatalkan puasa secara mutlak, berdasarkan beberapa riwayat, diantaranya: ) ) "Jika muntah maka tidak batal, karena puasa itu dari yang masuk bukan dari yang keluar" (Hadits shahih riwayat Bukhari)

6. Bersetubuh di siang hari (bagi yang sudah menikah)

7. Murtad (keluar dari Islam)

Waktu Dimulainya Bulan ramadhan : : . . : . : ) ( : Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar x ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah n bersabda: "Jika kalian telah melihatnya (hilal Ramadhan) maka berpuasalah dan jika kalian telah melihatnya (hilal syawal) maka berlebaranlah. Namun apabila cuaca mendung maka genapkanlah harinya (30 hari)."(Hadits diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat Muslim tercantum: "Jika cuaca mendung maka Sempurnakanlah hingga hari ke tiga puluh.".Dalam riwayat Al-Bukhari tertera: "Genapkan menjadi tiga puluh hari." Dan masih riwayat Al-Bukhari dari Abu Hurairah z: "Genapkan bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari." Dari hadist di atas, maka permulaan Ramadhan dimulai dengan: a. Terlihatnya Hilal b. Jika hilal tidak terlihat maka dengan menggenapkan Sya'ban 30 hari. Rukun Puasa 1. Niat (pada malam hari/ sebelum masuk waktu shubuh) ) : . : . . . Diriwayatkan dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi n bersabda : "Barangsiapa tidak memasang niat pada malam hari sebelum terbit fajar maka puasanya tidak sah." .(Hadits diriwayatkan oleh imam yang lima. Namun At-Tirmidzi dan An-Nasa'i lebih merajihkan bahwa hadits ini mauquf. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibbaan merajihkan sebagai hadits marfu'). Dalam riwayat Ad-Daaruquthni tercantum: "Tidak sah puasa orang yang tidak meniatkannya sejak malam hari." ( )

"Barangsiapa yang tidak mengutkan (niat) sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya" (Shahih abu Dawud: 2454) Niat berpuasa yaitu: Artinya: "Sengaja aku berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu puasa pada bulan Ramadhan bagi tahun ini karena Allah Taala" Dan doa berbuka puasa Artinya : Ya Allah karenaMu aku berpuasa, dengan Mu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih 2. Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. (lihat Qs Albaqarah: 187). Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan isteriisteri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma`af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. Yang dibolehkan saat berpuasa:

Diantara hal-hal yang boleh dilakukan saat berpuasa, adalah: 1. Mengguyur kepala atau mandi di siang hari puasa untuk mengurangi rasa panas. 2. Suntikan obat tidak membatalkan puasa, adapun suntikan zat makanan semacam infuse membatalkan karena kedudukannya sama dengan makanan. 3. Menggunakan obat tetes mata, Penderita asma yang mengunakan obat semprot, bersiwak, menggunakan sikat gigi dan odol, memasukkan alat pemeriksa kedalam tubuh, dsb menurut sebagian ulama tidak membatalkan karena bukan bermakna makan atau minum. 4. Memakai salep, make up /lipstick & eye shadow (bagi wanita), memakai celak mata, pelembab bibir & parfum. 5. Berkumur-kumur, ber-istinsyaqq dan istintsar pada saat berwudhu. 6. Memasuki waktu shubuh masih dalam keadaan junub bagi mereka yang malam harinya berhubungan suami istri, mimpi, ataupun wanita yang berhenti dari haid atau nifas. Orang-orang yang boleh meninggalkan puasa 1. Orang yang sedang sakit, musafir (orang yang sedang bepergian), wanita yang sedang haid (datang bulan). Tapi mereka diwajibkan mengganti puasanya di lain hari setelah tidak berhalangan lagi. Allah berfirman: Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Qs. AlBaqarah:184) Dalam Hadits tentang orang yang sakit, Nabi Muhammada berkata:

: : . : . ) Artinya; Diriwayatkan dari Hamzah bin Amr Al-Aslami z ia berkata: "Ya Rasulullah aku merasa kuat berpuasa dalam menempuh perjalanan, apakah boleh aku berpuasa?" Rasulullah n menjawab: "Bolehnya berbuka puasa merupakan keringanan yang diberikan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala. Barangsiapa melaksanakan dispensasi tersebut maka itu adalah baik dan bagi yang ingin berpuasa maka tidaklah mengapa."(Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan asalnya diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits 'Aisyah bahwa Hamzah dan Amr bertanya kepada beliau). 2. Wanita yang mengalami Haid dan Nifas, Kelompok kedua ini jika memaksa tetap berpuasa maka tidak sah. Mereka harus mengqodho sebanyak puasa yang ditinggalkan selama haid atau nifas. : Artinya: Aisyah r.a berkata: "Dahulu salah seorang wanita kami haid di masa Rasulullah , maka kami disuruh untuk mengqodho puasa dan tidak disuruh mengqodho sholat" 3. Wanita Hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan keselamatan diri atau janin dan susuannya maka boleh tidak berpuasa. Jika khawatir akan keselamatan janin dan bayi susuannya maka dia mengqodho dan memberi makan seorang miskin sebanyak puasa yang ditinggalkannya. 4. Orang yang tidak mampu berpuasa karena usia yang sudah sangat tua (jompo) atau orang sakit menahun yang tidak diharapkan lagi kesembuhannya. Kelompok ini ber-fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkannya. Caranya boleh memberi makanan matang atau bahan makanan yang belum dimasak (beras,dsb), boleh juga satu orang-satu orang dan boleh juga sekaligus banyak orang miskin. ) " ( Dari Ibnu Abbas ia berkata: "Diberi Keringanan (untuk tidak berpuasa) bagi orang tua renta, tetapi harus memberi makan satu orang miskin untuk setiap satu hari yang ditinggalkan dan tidak

perlu diqadha."( Hadits diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthni, Al-Haakim dan mereka menshahihkannya). Adab- Adab Puasa: a. Sahur , disunnahkan mengakhirkannya b. Menyegerakan berbuka puasa c. Berdoa ketika berbuka Puasa Diantara doa yang diajarkan Rasulullah: ( ) Artinya: Telah hilang rasa haus, telah basah urat-urat saraf dan telah tetap pahala Insya Allah. (HR. Abu Dawud) d. Bersikap dermawan dan banyak berinfak e. Sungguh-sungguh dalam membaca al-Quran f. Bersungguh-sungguh untuk beribadah di sepuluh malam terakhir. Hikmah Puasa Puasa memiliki sejumlah hikmah atau manfaat. Al-Quran dan Hadits menjelaskan secara menyeluruh hikmah dan manfaat puasa tersebut, diantaranya : Puasa mempunyai kedudukan khusus di sisi Allah: Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: : "Setiap amal yang dilakukan anak adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat, - Allah Ta'ala berfirman: kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. (Dalam puasa, anak Adam) meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi." (HR Bukhari dan Muslim)

Nabi shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda: ) : : ( Artinya: Dari Sahl bin Sad RA bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya di surge ada satu pintu yang disebut Ar-Royyan. Itulah pintu yang pada hari kiamat dikhususkan bagi orang-orang yang puasa. Tak ada satupun orang lain masuk dari pintu itu. Ketika itu berkumandang seruan: Mana orang-orang yang puasa? Maka mereka pun bangkit (untuk masuk dari pintu itu). Tak ada satupun orang lain yang menyertai mereka. Apabila mereka sudah masuk, pintu itu ditutup. Jadi tak ada satupun orang lain yang masuk dari pintu itu. (HR Bukhori dan Muslim). Orang yang puasa mendapat ampunan: Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa melakukan puasa Ramadhan semata-mata karena keimanan dan mencari ganjaran, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhori dan Muslim) Artinya: Sholat lima waktu, ibadah jumat hingga jumat berikutnya, ibadah Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa yang terjadi diantara waktu-waktu itu asalkan dosa-dosa besar dihindari. (HR Muslim). Puasa adalah perisai. Nabi shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda: - Puasa adalah perisai (yang melindungi pelakunya dari keburukan)

Hikmah Puasa Ramadhan

Islam tidak mensyariatkan sesuatu kecuali ada hikmah di baliknya, baik yang jelas maupun tersembunyi. Demikian juga, segala ciptaan Allah SWT, tidak terlepas dari hikmah di dalamnya, begitu juga hukum-hukum yang ditetapkan-Nya. Hikmah puasa yaitu: 1. Pembersihan jiwa (tazkiyat al-nafs). Hal ini tercitpa dengan menaati apa yang diperintahkan Allah SWT, dan menjauhi larangan-Nya serta berupaya menyempurnakan penghambaan pada-Nya. 2. Sesungguhnya puasa untuk menjaga kesehatan badan sebagaimana dijelaskan para dokter 3. Puasa adalah proses mendidik kehendak diri dan jihad jiwa, membiasakan sabar, dan revolusi atas kebiasaan diri. 4. Bulan penuh Rahmat dan ampunan dimana Allah Ta'ala mengampuni dosa-dosa yang telah lewat. 5. Dibuka pintu surga-ditutup pintu neraka dan syetan-syetan dibelenggu. 6. Terdapat malam lailatul qodar yang lebih baik dari seribu bulan. 7. Disediakan "Bab Ar-Royyan" yaitu pintu surga bagi ahlus Shiyam.dsb

Amalan Utama di Bulan Ramadhan Pada Bulan Ramadhan, Allah SWT melipatgandakan setiap amal ibadah dan amal baik yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita harus berlomba-lomba untuk mengerjakan amal ibadah. Selain berpuasa, amalan yang bisa kita kerjakana di bulan Ramadhan diantaranya: 1. Tadarus al-Quran Tadarus (membaca) al-Quran pada bulan Ramadhan adalah amalan yang sering dikerjakan Rasulullah SAW. saat tadarus, kita tidak hanya membaca al-Quran, tapi juga mempelajari dan mengamalkan isi al-Quran. Memperbanyak membaca al-Quran pada bulan Ramadhan akan menjadi Syafa;at (penolong) pada hari kiamat nanti. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: bacalah al-Quran sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, dan mempelajari, juga mengamalkannya) (HR. Muslim) Dan membaca al-Qur`an lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, karena pada bulan itulah diturunkan al-Qur`an. Firman Allah: Surat al-Baqarah ayat 185 Artinya: (Beberapahari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al-Baqarah 185)

2. Shalat Tarawih Amalan di bulan ramadhan yaitu amalan-amalan yang dilakukan pada saat bulan ramadhan. Selain berpuasa, amalan yang juga dilakukan pada bulan ramadhan adalah shalat tarawih dan witir. Pada malam hari di bulan ramadhan dusunnahkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan ramadhan, untuk mengikuti jejak nabi Muhammad SAW, para sahabat dn khulafaur Rasydin. Sabda Nabi

Artinya: barang siapa yang mendirikan (shalat malam) ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (Muttafaq alaihi) Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari yang diartikan sebagai waktu sesaat untuk itirahat. Waktu pelaksanaan shalat sunnah ini adalah selepas isya, biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid. Shalat tarawih yaitu shalat yang dikerjakan pada malam bulan ramadhan. Bisa dikerjakan sendiri-sendiri atau berjamaah. Shalat ini dilaksanakan setelah shalat Isya sampai waktu fajar. Bilangan rakaatnya bisa 8 rakaat (cara mengerjakannya, tiap 4 rakaat salam, tanpa tahiyyatul awal) atau 20 rakaat (cara mengerjakannya tiap 2 rakaat diakhiri dengan salam) Lafadz niatnya yaitu: Artinya: aku niat shalat sunnah tarawih sebanyak 2 rakaat dengan menghadap qiblat (pada waktunya) karena Allah taala Cara mengerjakan Shalat Tarawih: Biasanya setelah shalat Isya bilal (pemberi aba-aba) memberikan isyarat kepada jamaah dengan mengucapkan kalimat: Artinya: Shalatlah kamu sekalian, shalat sunnah tarawih dengan berjamaah. Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada kamu sekalian. Dijawab oleh jamaah Artinya : shalatlah kamu sekalian, mudah-mudahan Allah memberi rahmat. Setelah melaksanakan 2 rakaat pertama, bilal mengucapkan

Artinya: Kemurahan dari Allah dan nikmat dari Allah Setelah melaksanakan 2 rakaat kedua, bilal mengucapkan shalawat; Artinya: Bulan purnama yang bersinar, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, bershalawatlah kepadanya. Dijawab jamaah Artinya: Bersholawatlah kepadanya. Setelah melaksanakan 2 rakaat ketiga, bilal mengucapkan: Artinya: Kemurahan dari Allah dan nikmat dari Allah Setelah melaksanakan 2 rakaat keempat, bilal mengucapkan Artinya: Khalifah yang pertama adalah Abu bakar sidik Setelah shalat, membaca doa Artinya: Ya Allah, di bawah keridhaan-Mu, Aku memohon perlindungan dari kemurkaanmu dan dengan ampunanmu aku berlindung dari siksaan-Mu; Aku memohon kepada-Mu, tiada yang dapat hamba hitung atas segala pujian dan sanjungan atas-Mu sebagaimana telah Engkau sanjungkan akan diri-Mu

Shalat Witir

Shalat Witir adalah shalat sunat yang dikerjakan di malam hari dan jumlah raka'atnya ganjil. Jadi bisa saja shalat witir itu dikerjakan sebanyak satu raka'at, atau tiga, lima, dan seterusnya. Shalat witir merupakan bagian dari qiyamul lail (shalat malam), karena qiyamul lail itu terdiri dari 2 macam shalat, yaitu tahajjud (yang kita kenal berjumlah 8 raka'at) dan witir (biasanya 3 raka'at). Istilah qiyamul lail itu bila di bulan Ramadhan berganti menjadi shalat Tarawih. Maka itu shalat Tarawih juga terdiri dari 2 macam shalat sebagaimana sudah disebutkan di atas. Pada Shalat sunnah Witir tidak terdapat tasyahud awal, tapi langsung tashahud akhir seperti lazimnya shalat witir dengan satu atau tiga rakaat. Shalat witir ditunaikan sebagai penutup shalat. Biasanya ditunaikan setelah shalat tahajjud atau shalat tarawih. Shalat witir merupakan salah satu sunnah muakkad yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Sebagaimana hadits Abu Hurairah: ( ) Artinya: Nabi Muhammad SAW mewasiatkan aku tiga hal: yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur. Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: ( ) Arinya: Shalat witir adalah hak bagi setiap orang Islam, maka siapa yang ingin mengerjakan lima rakaat maka kerjakanlah, siapa yang ingin mengerjakan tiga rakaat maka kerjakanlah, dan siapa yang ingin mengerjakannya satu rakaat, maka kerjakanlah (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Nasai)

Waktu Pelaksanaan Shalat Witir Shalat witir dapat dilaksanakan sepanjang malam, yakni sesudah shalat Isya hingga malam sebelum Shalat Shubuh. Rasulullah bersabda:

( ) Artinya: Sesungguhnya Allah telah menambahkan untuk kalian shalat yaitu shalat witir, maka kerjakanlah shalat witir antara shalat Isya hingga shalat Shubuh. (HR. Ahmad dari Abu Bashrah) Doa Sesudah halat Witir Doa yang dibaca setelah melaksanakan shalat witir yaitu: . . . Artinya: Wahai Tuhanku, sesungguhnya kami mamohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon pada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami mamohon kepada-Mu agama yang lurus, kami mamohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami mamohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan. kami mamohon kepada-Mu kesehatan yang sempurna. kami mamohon kepada-Mu bersyukur atas kesehatan, dan kami mamohon kepada-Mu kecukupan dari semua manusia. Wahai Tuhanku, Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, khusyuk kami, kerendahan kami, dan pengabdian kami, serta sempurnakanlah kekurangan kami. Wahai Allah ! Wahai Allah ! Wahai Allah ! Wahai Dzat Yang Maha Penyayang ! Berilah keejahteraan kepada sebaik-baik makhluqnya yakni Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Keutamaan Bulan Ramadhan Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat agung dan mulia untuk umat Nabi Muhammad SAW, banyak sekali keutamaan dan keistimewaan yang ada pada bulan Ramadhan, ladang pahala dan semua amal akan dilipatgandakan buat mereka yang ingin mencarinya. Bulan Romadhon juga dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Sehingga beruntunglah buat orang-orang yang bisa berjumpa dengan bulan suci Ramadhan dan bisa berbuat kebajikan pada bulan yang penuh berkah ini.

Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai sunah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban. Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan tidak ada balasan kesabaran selain surga. Disamping itu bulan suci Ramadhan juga merupakan bulan santunan, di mana pada bulan puasa tersebut Allah akan melapangkan rezeki untuk hamba-Nya. Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan pahala setimpal dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut. (HR Khuzaimah). Melihat hadis di atas, terdapat beberapa keutamaan dari bulan Ramadhan. Diantaranya: 1. Syahrul azhim (bulan yang agung). Azhim merupakan nama dan sifat Allah. Tapi, juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Bulan Ramadhan sangat mulia dan agung, karena Allah sendiri yang telah mengagungkan dan memuliakannya. 2. Syahrul mubarak. Bulan yang banyak keberkahan, memiliki daya guna dan banyak bermanfaat. Setiap waktu yang berjalan pada bulan suci Ramadhan ini, laksana rangkaian berlian yang sangat berharga sekali buat orang beriman. Karena semua ibadah yang dilakukan pada bulan kemulyaan ini akan diberkahi dan amal ibadahnya akan dilipat gandakan. 3. Syahru shiyam. Pada saat bulan Ramadhan mulai dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari lima rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). 4. Syahru nuzulil qur'an. Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan (pembeda). (Al-Baqarah [2]: 185). 5. Syahrul musawwah (merupakan bulan santunan). Pada bulan Ramadhan yang mulia ini umat muslim sangat dianjurkan untuk saling bederma, berkasih sayang kepada sesama muslim lainnya yang keadaannya jauh memprihatinkan daripada kita. 6. Syahrus shabr (merupakan bulan sabar). Pada bulan Ramadhan muslim di uji dengan kesabaran, tidak mengelum pada saat haus dan lapar. Sabar merupakan kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual, dan operasional. Orang yang bersabar

akan senantiasa bersama Allah sedangkan balasan untuk orang-orang yang bersabar karena mngharap ridho Allah adalah surga.

Daftar Pustaka M.Khalilurrahman Al Mahfani. Buku Pintar Shalat. Wahyu Media. Ciganjur, Jakarta Selatan. 2008 Mahmud Ahmad Mustafa.Panduan Amalan Hari Jumat. Mutiara Media Shalat-shalat sunnah. PT Mizan Publika. Ustadz Ahmad Baei Jaafar. Terapi Shalat Sempurna. Lingkar Pena Kreativa. Depok. 2008 Panen Pahala dengan Puasa. Akhmad Iqbal. Jogja Great Publisher. 2009. Jogjakarta. Abdul Kadir Nuhuyanan et al. Pedoman dan Tuntunan Shalat Lengkap. Depok: Gema Insani. 2002 Penuntun Shalat-Shalat Sunnah. Siti Barokah. Dar Mizan: Bandung. 2008 Hanny Rono Sulistyo. Sakitku ibadahku. Qultum Media. Jakarta. 2007. Ihsan, Nurul. Panduang Lengkap Belajar Shalat untuk Anak. Qultum Media. 2007. Jakarta. Shalat saat sulit. Abu Zahwa. Qultum Media. Jakarta Selatan. 2011 Abdullah bin ZaI al-Anazi. Rahasia Istana Surga. Keutamaan-Keutamaan Shalat Rawatib yang selama ini Diremehkan. Meda Zikir.

Muhammad Bagir. Fiqih Praktis I; Menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama. 2008. Karisma : Bandung. Syafii, Nasrul Umam. Dkk. Shalat Sunnah Hikmah dan Tuntunan Praktis. Qultum Media. 2007. Jakarta. Panduan praktis Shalat Sunnah. Syarif Hade Masyah, Kholil Eren Masyah. Mizan. 2007. Bandung Superberkah Shalat Jumat. Firdaus Wajdi & Lutfi Arif. Hikmah. Jakarta, 2008 Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah; Terlengkap, Praktis, Terpercaya. Firdaus Wajdi & Saira Rahmani. 2009. Zaman: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai