BAG 3
SHALAT-SHALAT SUNNAH
Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib yang
lima waktu, baik itu dilaksanakan sebelum atau pun sesudahnya.
Shalat rawatib yang dilakukan sebelum shalat wajib dinamakan juga
dengan shalat sunnah qobliyyah dan shalat rawatib yang dilakukan
sesudah shalat wajib dinamakan juga dengan shalat sunnah ba’diyyah.
Rinciannya :
2 rakaat sebelum shubuh,
4 raka’at sebelum dzuhur
2 rakaat sesudah dzuhur,
2 raka’at sesudah maghrib, serta
2 raka’at sesudah ‘isya.
Yang lebih utama dari shalat rawatib adalah shalat sunnah fajar (shalat sunnah qobliyah
shubuh).
‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى َش ْي ٍء ِم ْن النَّ َوافِ ِل َأ َش َّد ِم ْنهُ تَ َعاهُ ًدا َعلَى َر ْك َعتَ ْي ْالفَجْ ِرأخرجه الشيخان
َ لَ ْم يَ ُك ْن النَّبِ ُّي
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang
kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat qobliyah Shubuh.” (HR. Bukhari
no. 1169 dan Muslim no. 724)
Hadits 10/359
Keutamaan Shalat Qabliyah Ashar Empat Rakaat Dapat Doa Rahmat
صلَّى
َ ً«ر ِح َم هللاُ ا ْم َرءاَ :صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ِ قَا َل َرسُو ُل هللا:ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل ِ ابن ُع َم َر َر ِ َع ْن
َ َواب ُْن ُخ َز ْي َمةَ َو،ُ َوَأبُو َدا ُو َد َوالتِّرْ ِم ِذيُّ َو َح َّسنَه، َر َواهُ َأحْ َم ُد،»أرْ بَعا ً قَ ْب َل ْال َعصْ ِر.
ُص َّح َحه
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah
merahmati seseorang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi. Hadits ini hasan menurut Tirmidzi
dan sahih menurut Ibnu Khuzaimah). [HR. Ahmad, 10:188; Abu Daud,
no. 1271; Tirmidzi, no. 430; dan Ibnu Khuzaimah, no. 1193. Tirmidzi
mengatakan bahwa sanad hadits ini gharib hasan. Lihat Minhah
Al-‘Allam, 3:278-279].
Faedah hadits
Sedangkan waktu utama mengerjakan shalat Dhuha adalah di akhir waktu, yaitu keadaan
yang semakin panas. Dalilnya adalah,
Imam Nawawi mengatakan, “Inilah waktu utama untuk melaksanakan shalat Dhuha.
Begitu pula ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa ini adalah waktu terbaik untuk shalat
Dhuha. Walaupun boleh pula dilaksanakan ketika matahari terbit hingga waktu zawal.”
(Syarh Shahih Muslim, 6: 28)
Shalat Sunnah Wudhu
Shalat sunnah wudhu adalah shalat sunnah dua
raka’at atau lebih yang dilaksanakan oleh seseorang
yang baru saja berwudhu, kapan pun waktunya.
Di antara dalil yang menganjurkan shalat sunnah
wudhu adalah hadits yang menjelaskan tentang
pertanyaan Nabi kepada Bilal tentang amalan yang
paling Bilal sukai. Bilal pun menjawab, “…tidaklah
aku berwudhu ketika siang atau pun malam hari
kecuali aku akan shalat dengan wudhuku itu sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan untukku” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Shalat Isyroq
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian
memasuki masjid, maka janganlah ia duduk sampai ia
shalat dua raka’at” (HR. Bukhari dan Muslim).
Shalat Istikhoroh
Pertama: Ketika ingin melakukan suatu urusan yang mesti dipilih salah
satunya, maka terlebih dahulu ia pilih di antara pilihan-pilihan yang ada.
Ketiga: Setelah shalat dua raka’at, lalu berdo’a dengan do’a istikhoroh:
َ َوتَ ْعلَ ُم َوال، ك تَ ْق ِد ُر َوالَ َأ ْق ِد ُرَ َّ فَِإن، ك
َ ك ِم ْن فَضْ ِلَ ُ َوَأ ْسَأل، ك َ ِك ِبقُ ْد َرتَ َوَأ ْستَ ْق ِد ُر، ك
َ ك بِ ِع ْل ِمَ اللَّهُ َّم ِإنِّى َأ ْستَ ِخي ُر
اج ِلِ ت تَ ْعلَ ُم هَ َذا اَأل ْم َر – ثُ َّم تُ َس ِّمي ِه ِب َع ْينِ ِه – َخ ْيرًا لِى فِى َع َ اللَّهُ َّم فَِإ ْن ُك ْن، ب ِ ت َعالَّ ُم ْال ُغيُو َ َوَأ ْن، َأ ْعلَ ُم
، ار ْك ِلى فِي ِه ِ َ ثُ َّم ب، َويَ ِّسرْ هُ لِى، اشى َو َعاقِبَ ِة َأ ْم ِرى – فَا ْق ُدرْ هُ ِلى ِ آج ِل ِه – قَا َل َأ ْو فِى ِدينِى َو َم َع ِ َأ ْم ِرى َو
ِ اج ِل َأ ْم ِرى َو
– آج ِل ِه ِ ال فِى َع َ َاشى َو َعاقِبَ ِة َأ ْم ِرى – َأ ْو ق ِ ت تَ ْعلَ ُم َأنَّهُ َشرٌّ ِلى فِى ِدينِى َو َم َع َ اللَّهُ َّم َوِإ ْن ُك ْن
ضنِى بِ ِه ِّ ثُ َّم َر، ان َ ْث َك ُ َوا ْقدُرْ لِ َى ْال َخ ْي َر َحي، ُفَاصْ ِر ْفنِى َع ْنه
[Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku
memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu
dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah
mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah
yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa
perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di
akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka
takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia
untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi
agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia
dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di
mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya]
Keempat: Lakukanlah pilihan yang sudah dipilih di awal tadi, terserah ia merasa
mantap atau pun tidak dan tanpa harus menunggu mimpi. Jika itu baik baginya,
maka pasti Allah mudahkan. Jika itu jelek, maka pasti ia akan palingkan ia dari
pilihan tersebut.
Shalat Sunnah Sesudah Tawaf
Hadits #167
,اف ٍ َ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – يَا بَنِي َع ْب ِد َمن:ي هللا عنه – قَا َلQط ِع ٍم – رض ْ َو َع ْن ُجبَي ِْر ب ِْن ُم
َ َو,ُار – َر َواهُ اَ ْل َخ ْم َسة
, ُّص َّح َحهُ اَلتِّرْ ِم ِذي ْ صلَّى َأيَّةَ َسا َع ٍة َشا َء ِم ْن لَي
ٍ َْألو نَه ِ اف بِهَ َذا اَ ْلبَ ْي
َ ت َو َ طَ اَل تَ ْمنَعُوا َأ َح ًدا
َ َواب ُْن ِحب
َّان
Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Bani Abdu Manaf, janganlah engkau
melarang seseorang melakukan thawaf di Baitullah ini dan melakukan shalat
pada waktu kapan saja baik malam maupun siang.” (Diriwayatkan oleh imam
yang lima dan hadits ini shahih menurut At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban) [HR. Abu
Daud, no. 1894; Tirmidzi, no. 868, An-Nasai, 1:284; Ibnu Majah, no. 1254;
Ahmad, 27:297, Ibnu Hibban, 1552, 1553, 1554. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, perawinya perawi Muslim.
Lihat Minhah Al-‘Allam, 2:210-211]
Faedah Hadits
Bani Abdu Manaf adalah yang mengurus Masjidil Haram. Manaf adalah kakek
keempat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena nama beliau adalah
Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdu Manaf.
Bani Abdu Manaf punya kuasa di Masjidil Haram untuk melarang atau membuat
aturan tertentu.
Tidak boleh dilarang orang untuk thawaf walaupun pada waktu terlarang untuk
shalat seperti bada Shubuh, bada Ashar, atau ketika matahari di atas kepala.
Tidak boleh penguasa melarang manusia yang punya hak untuk mengerjakan.
Namun jika ada maslahat boleh saja yang punya kuasa melarang.
Boleh melakukan thawaf pada waktu kapan pun, begitu pula shalat sunnah bada
thawaf boleh dilakukan pada waktu apa pun meskipun pada waktu terlarang
untuk shalat dikarenakan shalat sunnah bada thawaf adalah shalat sunnah yang
punya sebab.
6. Beberapa hal yang biasa dilakukan setelah shalat fardhu
yang lima waktu, tapi tidak ada contoh dan dalil dari Rasulullah
Q وسلمQليهللا عليهQQ صdan para Sahabat ridhwaanullaah ‘alaihim
ajma’iin.