Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERBANDINGAN 4 MAZHAB TENATANG RAKAAT SHALAT TARAWIH

Oleh

TIRTA HARNITA (2131034)


WA ODE NASRIATI (2131037)
RUSDIN
RAHMITO AGUSTA

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WAKATOBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkatdan Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah mazhab yang berjudul “perbandingan 4 mazhab tetang
rakat shalat tarawih.
Selain itu penulis sadar bahwa tak ada gading yang tak retak, tak retakbukanlah gading,
begitu juga dengan makalah ini, sebenarnya masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk kesempurnaan tulisan ini.Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Wangi-wangi selatan, 17, november 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aspek ibadah di dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Karena lewat ibadah seorang hamba akan dinilai oleh sang pencipta
yakni Allah SWTsejauh mana keyakinan serta ketaqwaannya. Di dalam Islam mengenal
adanya ibadah yang hukumnya wajib dan ada pula hukumnya sunnah. Begitu juga
dengan hukumnya shalat. Ada shalat wajib (fardhu) dan ada pula shalat sunnah. Shalat
sunnah adalah shalat yang diluar shalat fardhu sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi
Muhammad SAW. Guna mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharapkan
tambahan pahala.1 Shalat sunnah hukumnya ada yang mu’akkad dan ada pula ghairu
mu’akkad. Di antara shalat sunnah itu adalah shalatTarawih yang hukumnya termasuk
shalat sunnah mu’akkad. Melaksanakan shalatTarawih pada malam bulan Ramadhan
diMesjid-Mesjid, Surau-Surau, maupun di Mushala. Shalat sunnah dapat dilakukan
secara berjamaah dan bisa juga dilakukan dengan sendiri-sendiri.
Diantara shalat sunnah yang dikerjakan secara berjamaah yaitu shalat Tarawih dan
witir2 Melaksanakan shalatTarawih pada bulan Ramadhan merupakan suatu ibadah yang
ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam. Akan terjadi setiap tahunnya perbedaan
pendapat ketika memasuki Ramadhan yang barkah, perbedaan itu terjadi diantara
sebagian orang Islam yang menganut faham yang berbeda, yang mereka ingin
menggiring masyarakat untuk mengikuti pendapat mereka, dan kadang orang-orang
kebanyakan hampir tidak terselamatkan dari pemikiran- pemikiran mereka, dan
permasalah yang sering kali muncul dengan seiring masuknya bulan Ramadhan adalah
seputar jumlah bilangan rakaat pada shalat Tarawih, maka suara paling lantang adalah
mereka yang selalu menyalahkan pendapat-pendapat imam dan umat yang terdahulu, dan
selalu mengingkari kepada siapa saja yang tidak sefaham dengan mereka, tidak hanya itu
bahkan mereka juga menuduh sebagai ahli bid'ah, Shalat Tarawih merupakan shalat
sunnah yang sangat dianjurkan, sehingga tidak sepatutnya bagi seorang muslim untuk
meninggalkannya.
Berkenaan dengan jumlah rakaat shalat Tarawih, tidak ada keterangan yang bersumber
dari Rasullulah SAW.3 Shalat Tarawih hukumnya sangat disunnahkan (sunnah
muakkadah), lebih utama berjama'ah. Demikian pendapat masyhur yang disampaikann
oleh para sahabat dan ulama. Ada beberapa pendapat tentang raka’at shalat Tarawih; ada
pendapat yang mengatakan bahwa shalat Tarawih ini tidak ada batasan bilangannya, yaitu
boleh dikerjakan dengan 20 (dua puluh) raka'at, 8 (delapan), atau 36 (tiga puluh enam)
raka'at.4. Imam Nawawi dalam al-Majmu' menjelaskan bahwa landasan yang digunakan
adalah riwayat sahih dari Saib bin Yazid yang mengatakan bahwa shalatTarawih pada
zaman Umar r.a. dilaksanakan 20 rakaat. Madzhab Maliki melaksanakan sebanyak 39
rakaat sesuai riwayat ahli Madinah. Sebagaimana diketahui Madzhab Maliki menganggap
tindakan ahli Madinah merupakan dalil yang bisa dijadikan landasan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian shalat tarawih
2. Bagaimana pandangan 4 mazhab tentang jumlah rakaat tarawih

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian shalat tarawih
2. Untuk mengetahui pandangan 4 mazhab tentang jumlah rakat tarawih
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SHALAT TARAWIH

Secara Bahasa kata shalat memiliki arti doa sedangkan secara istilah kata shalat
bermakna serangkaian ucapan dan perbuatan yang di awali dengan takbir dan di akhiri
dengan salam di sertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Secara Bahasa kata tarawih adalah bentuk jamak dari kata tarwihah yang berarti istirahat
atau duduk (mutlak). Sevara istilah kata tarawih bermakna shalat sunnah yang dilakukan
di dalam bulan Ramadhan.
Salat Tarawih (kadang-kadang disebut Teraweh, Taraweh, atau Tarwih)
adalah salat sunah yang dilakukan khusus hanya pada bulan Ramadan. Tarawih
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‫ َتْر ِو ْيَح ٌة‬yang diartikan sebagai "waktu sesaat
untuk istirahat". Waktu pelaksanaan salat sunah ini adalah selepas salat Isya dan biasanya
dilakukan secara berjamaah di masjid. Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬hanya pernah
melakukannya secara berjemaah dalam tiga kali kesempatan. Hadis menyebutkan bahwa
rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena
takut salat Tarawih akan menjadi diwajibkan kepada umat muslim.

Sholat tarawih pertama kali di laksanakan Nabi pada malam tanggal 23 ramadhan
pada tahun 2 hijriah sebanyak 8 rakaat dengan 2 rakaat di rumah. Pada saat itu Nabi
melaksanakan shalat tarawih di masjid pada malam tanggal 23,25,27 yang kemudian di
ikuti para sahabat, semakin banyak dan semakin banyak, hingga Nabi dengan sengaja
tidak melaksanakan shalat tarawih di masjid dengan alasan Nabi khawatir pada nantinya
Allah akan mewajibkan shalat tarawih ini dan itu akan memberatkan umatnya
B. Pandangan 4 Mazhab Tentang Jumlah Rakaat Tarawih
1. Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi menghukuminya dengan sunnah kifayah, yaitu kesunnahan kelompok
yang apabila ada satu orang saja yang melakukan maka seluruh umat muslim
mendapat pahala kesunnahan tersebut (berjamaah)
Syaikh As-Sarakhsi menyebutkan:

‫ َالُّس َّنُة ِفيَها ِس َّتٌة َو َثَالثوَن‬: ‫ َو َقاَل َم اِلٌك‬،‫ِإَّنَها ِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة ِس َو ى اْلِوْتِر ِع نَد َنا‬

“Sesungguhnya ia (Tarawih) 20 rakaat selain Witir di sisi kami, dan Malik berkata:
sunnah padanya 36 rakaat.”(Al-Mabsuth, As-Sarakhsi, 2/144).

Syaikh Al-Kasani mendukung pendapat tersebut dengan mengatakan:

‫ ُك ُّل‬،‫ ِفي َخ ْم ِس َترِويَح اٍت‬،‫َو َأَّم ا َق ْد ُرَها َفِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة ِفي َع َش ِر َتْس ِليَم اٍت‬
‫ َو َهَذ ا َقْو ُل َع اَّمِة اْلُعلَم اِء‬،‫َتْس ِليَم َتْيِن َتْر ِويَح ٌة‬

“Dan adapun kadarnya maka (ia adalah) 20 rakaat dalam 10 kali salam, 5 kali rehat,
setiap 2 kali salam ada 1 rehat. Dan inilah pendapat kebanyakan ulama.”(Bada’i’ ash-
Shana’i’, Al-Kasani, 1/288).

Pendapat ini didukung pula oleh Al-Allamah Ibn Abidin di dalam Hasyiahnya:

‫ َو َع َلْيِه َع َم َل الَّناُس َشْر ًقا َو َغْر ًبا‬،‫َقْو ُلُه َو ِهَي ِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة ُهَو َقْو ُل اْلُج ْم ُهوِر‬

“(Perkataannya: dan ia 20 rakaat) adalah pendapat jumhur, dan atas pendapat inilah orang
banyak beramal di Timur dan Barat.” (Radd al-Mukhtar ‘ala Ad-Durr al-Mukhtar yang lebih
dikenal dengan Hasyiah Ibn Abidin, 2/46).
‫‪2. Mazhab Maliki‬‬

‫‪Apa yang masyhur dalam mazhab Maliki ialah pendapat yang mengikut jumhur (yaitu 20‬‬
‫‪rakaat). Al-Allamah Ad-Dardir berkata:‬‬

‫ِبَر َم َض اَن (َو ِهَي ِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة) َبْع َد َص َالِة اْلِع َش اِء ‪ُ ،‬يَس ِّلُم ِم ن ُك ِّل ‪َ ):‬و الَّت َر اِويُح(‬
‫َر ْك َع َتْيِن َغْيَر الَّش فع َو اْلِوْتِر‪َ( .‬و ) َنِدَب (اْلَخ ْتُم ِفيَه ا)‪َ :‬أْي َالَّت َر اِويِح‪ِ ،‬ب َأن َيْق َر َأ ُك َّل َلْيَل ٍة‬
‫‪ُ.‬ج ْز ًء ا ُيَفِّر ُقُه َع َلى اْلِع ْش ِريَن َر ْك َع ًة‬

‫‪“(Dan Tarawih): pada bulan Ramadhan (yaitu 20 rakaat) selepas Sholat Isya’, salam pada setiap 2‬‬
‫‪rakaat selain…. Dan Witir. (Dan) Sunat (mengkhatamkan Al-Quran dalamnya): iaitu ketika Tarawih‬‬
‫‪dengan cara membaca satu juzu’ pada setiap malam yang dibahagi-bahagi dalam 20 rakaat.” (Asy-‬‬
‫‪Syarh ash-Shaghir, Ad-Dardir, di tepinya ada Hasyiah Al-Allamah Ash-Shawi, 1/404-405).‬‬

‫‪Al-Allamah An-Nafrawi menyebutkan pendapat yang menguatkan pendapat jumhur ulama’ (20‬‬
‫‪rakaat) dan pengikut mazhab Maliki kembali kepada pendapat ini karena ia adalah salah satu‬‬
‫‪pendapat Imam Malik sendiri. Ia berkata:‬‬

‫َو ُهُم الَّص َح اَبُة (َيُقوُم وَن ِفيِه) ِفي َز َمِن ِخ َالَفِة ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب‪َ) .‬ك اَن الَّس َلُف الَّصاِلُح(‬
‫َو ِب َأْم ِرِه َك َم ا َتَق َّد َم (ِفي اْلَم َس اِج َد ِبِع ْش ِريَن َر ْك َع ًة) َو ُه َو ِاْخ ِتَي اُر َأِبي َح ِنيَف َة َو الَّش اِفِع ِّي‬
‫َو َأْح َم َد ‪َ .‬و اْلَع َم ُل َع َلْي ِه ْاآلَن ِفي َس اِئِر ْاَألْمَص اِر‪ُ( .‬ثَّم ) َبْع َد َص َالِة اْلِع ْش ِريَن ( ُي وِتُروَن‬
‫ِبَثَالٍث) ِم ن َباِب َتْغ ِليِب ْاَألْش َر ِف َال َأَّن الَّثَالَث ِوْتٌر‪َ ،‬ألَّن اْلِوْتَر َر ْك َع ٌة َو احَد ٌة َك َم ا َم َّر‪– ،‬‬
‫ِإَلى َأن َقاَل – َو اْسَتَم َّر َع َم َل الَّناُس َع َلى الَّثَالَثِة َو اْلِع ْش ِريَن َشْر ًقا َو َغْر ًبا‪ُ( .‬ثَّم ) َبْع َد َو َقَع ِة‬
‫اْلَح َّر ِة ِباْلَم ِد يَنِة (َص ُّلوا) َأْي َالَّس َلُف الَّصاِلُح َغْيَر اَّلذيَن َتَق َّد ُم وا‪َ ،‬ألَّن اْلُم َر اَد ِبهْم ُهَن ا َم ن‬
‫َك اَن ِفي َز َمِن ُع َم َر ْبَن َع ْب ِد اْلَع ِزيِز (َبْع َد َذ ِل َك ) َاْلَع َد ُد اَّل ِذ ي َك اَن ِفي َز َمِن ُع َم َر ْبِن‬
‫اْلَخ َّطاِب (ِس ًّتا َو َثَالِثيَن َر ْك َع ًة َغْيَر الَّش ْفِع َو اْلِوْتِر) – ِإَلى َأن َقاَل – ‪َ :‬و َهَذ ا ِاْخ َتاَر ُه َم اِل ٌك‬
‫ َو َرَج َح َبْعُض َأْتَباِع ِه َاَألَّو َل اَّل ِذ ي‬.‫ َو َع َلْي ِه َع َم َل َأْه ُل اْلَم ِد يَن ِة‬.‫ِفي اْلُم َدَّو َنِة َو اْسَتْح َس َنُه‬
‫َج َم َع ُع َم ُر ْبِن اْلَخ َّطاِب الَّناَس َع َلْيَها ِال ْس ِتْمَر اِر اْلَع َم ِل ِفي َج ِم يِع ْاَألْمَص اِر َع َلْيِه‬.

“Adalah Salafus Soleh) iaitu para sahabat (mendirikan padanya) yaitu pada zaman kekhalifahan
Umar bin Al-Khattab. Dan dengan arahannya seperti yang disebutkan terdahulu (untuk
mendirikannya) (di masjid-masjid dengan 20 rakaat) yaitulah pendapat yang dipilih oleh Abu
Hanifah, Syafi’e dan Ahmad, dan itulah yang diamalkan sekarang di seluruh tempat. (Kemudian)
selepas sholat 20 rakaat (mereka mendirikan Witir dengan 3 rakaat) yaitu termasuk dalam bab
melebihkan, bukanlah 3 rakaat itu dinamakan Witir, karena Witir itu 1 rakaat saja seperti yang telah
dijelaskan…-sehinggal kepada perkataannya- Dan berterusanlah perbuatan orang ramai dengan 23
rakaat ini, di timur dan barat. (Kemudian) selepas berlakunya kemarau di Madinah (mereka
sembahyang) yaitu ‘Salafus Soleh’ bersembahyang tidak seperti yang mereka telah dilakukan. Yang
dimaksudkan ‘Salafus Soleh’ di sini ialah mereka yang berada pada masa Umar bin Abdul Aziz
(selepas itu) (tidak seperti) bilangan yang telah dilakukan pada masa Umar bin Al-Khattab (yaitu
dalam masa Umar bin Abdul Aziz, mereka melakukannya dengan) (36 rakaat tidak termasuk genap
dan Witir) – sehinggalah kepada perkataannya-: Dan inilah yang dipilih oleh Imam Malik di dalam
mudawwanah dan dia menganggap ia adalah baik (iaitu 36 rakaat itu). Dan pendapat ini menjadi
pegangan penduduk Madinah. Dan sebahagian pengikut Imam Malik pendapat pertama (yaitu 20
rakaat) yang mana Umar bin Al-Khattab telah mengumpul orang ramai dengan bilangan ini agar
amalan ini berterusan dilakukan di seluruh tempat.” (Al-Fawakih ad-Dawani, An-Nafrawi, 1/318-
319).

3. Mazhab Syafi’i

Para ulama’ dalam mazhab Syafi’i (Syafi’iyyah) mengistinbatkan bilangan rakaat tarawih seperti
dalam beberapa qaul berikut:

1) Disebutkan di dalam Mukhtashar Al-Muzani:


‫ٍع َو َثَالِثيَن َو َأَح َّب ِإَلَّي‬ ‫ َر َأْيُتُهْم ِباْلَم ِد يَن ِة َيُقوُم وَن ِبِتْس‬: ‫َأَّن ْاِإل َم اَم الَّش اِفِع َّي رحمه هللا َق اَل‬
‫َر ْك َع ًة ُيوِتُروَن ِبَثَالٍث‬ ‫ِع ْش ُروَن َألَّنُه ُر ِوَي َع ْن ُع َم َر َو َك َذ ِلَك ِبَم َّك َة َيُقوُم وَن ِع ْش ِريَن‬.

“Sesungguhnya Imam Syafi’i berkata: Aku telah melihat mereka di Madinah mendirikan (Solat
Tarawih) dengan 39 rakaat, dan aku menyukai 20 rakaat karena telah diriwayatkan dari Umar. Dan
begitu juga di Makkah, mereka mendirikan 20 rakaat dan mengerjakan Witir dengan 3 rakaat.”

2) Imam Nawawi berkata di dalam Syarh al-Muhazzab:

‫َص َالُة الَّتَر اِويِح ِم َن الَّنَو اِفِل اْلُم َؤ َّك َد ِة َك َم ا َد َّلْت َع َلى َذ ِل َك ْاَألَح اِد يُث الَّش ِريَفُة اْلُم َتَقِّد َم ُة‬
‫ َو َم َع اْل ِوْتِر ُتْص ِبُح َثَالًث ا َو ِع ْش ِريَن َر ْك َع ًة‬، ‫َو ِهَي ِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة ِم ْن َغْيِر َص َالِة اْلِوْتِر‬

‫ َس َلًفا َو َخ َلًفا ِم ْن َع ْهِد اْلَخ ِليَفِة الَّراِشِد ُع َم َر ْبِن‬،‫… َع َلى َذ ِلَك َم َض ِت الُّس َّنُة َو اَّتَفَقِت ْاُألَّم ُة‬
‫اْلَخ َّطاِب رضي هللا عنه وأرض?اه – ِإلَى َز َم اِنَن ا َه َذ ا … َلْم ُيَخ اِلْف ِفي َذ ِل َك َفِقي?ٌه ِم َن‬
‫ْاَالِئَّمِة ْاَألْر بَعِة اْلُم ْج َتِهِد يَن ِإَّال َم ا ُر ِوَى َع ْن ِإَم اِم َد اِر اْلِهْج َر ِة َم اِل ٍك ْبِن َأَنٍس رض??ي هللا‬
‫ ِإلَى ِس ٍّت َو َثَالِثيَن َر ْك َع ًة…ِفي الِّر َو اَي ِة الَّثاِنَي ِة َع ْن ُه – ُم ْح َتًّج ا‬،‫عنه َاْلَقْو ُل ِبالِّز َياَد ِة ِفيَها‬
‫ َأْد َر ْك ُت الَّن اَس َيُقوُم وَن َر َم َض اَن ِبِتْس ٍع‬: ‫ِبَع َم ِل َأْهِل اْلَم ِد يَنِة َفَقْد ُر ِوَي َع ن َناِفٍع َأَّنُه َق اَل‬
‫َو َثَالِثيَن َر ْك َع ًة ُيوِتُروَن ِم ْنَها ِبَثَالٍث‬

“Shalat Tarawih termasuk di dalam sholat Nawafil yang muakkad seperti mana yang ditunjukkan
oleh hadits-hadits yang mulia yang telah disebut terdahulu. Ia adalah sebanyak dua puluh rakaat
selain dari sholat Witir. (Jika) bersama Witir maka ia menjadi 23 rakaat…atas jalan inilah berlalunya
sunnah dan sepakat ummah, dari kalangan Salaf dan Khalaf dari zaman Khulafa’ ar-Rasyidin Umar
ibn Al-Khattab, semoga Allah meridhainya dan dia meridhaiNya juga sampailah ke zaman kita ini…
Tidak ada seorang pun ahli fiqih dari kalangan empat imam mazhab (Hanafiyyah, Malikiyyah,
Syafi’iyyah dan Hanabilah) membantah perkara ini, melainkan apa yang diriwayatkan dari Imam Dar
al-Hijrah, Imam Malik bin Anas tentang pendapat yang lebih bilangannya pada sholat Tarawih
kepada 36 rakaat…Dalam riwayat kedua daripada Imam Malik, yaitu dengan hujahnya beramal
dengan amalan penduduk Madinah iaitu: Sesungguhnya diriwayatkan dari Nafi’ sesungguhnya dia
berkata: Aku mendapati banyak orang mendirikan Ramadhan (sholat Tarawih) dengan 39 rakaat dan
mereka mendirikan Witir daripadanya sebanyak 3 rakaat.
4. Mazhab Hanbali
Al-Allamah Ibn Qudamah al-Maqdisi berkata:

‫ َو ِبَه َذ ا َق اَل الَّث ْو ِرُّي َو َأُب و َح ِنيَف َة‬.‫َو اْلُم ْخ َت اُر ِع نَد َأِبي َع ْب ِد ِهللا ِفيَه ا ِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة‬
‫ َو َتَع َّل َق ِبِفْع ِل َأْه ِل‬، ‫ َو َز َع َم َأَّن ُه ْاَألْم َر اْلَق ِد يَم‬. ‫ ِس َّتُة َو َثَالُث وَن‬: ‫ َو َق اَل َم اِل ٌك‬. ‫َو الَّش اِفِعُّي‬
‫ َأْد َر ْك ُت الَّناَس َيُقوُم وَن ِبِإْح َد ى َو َأْر َبِع يَن َر ْك َع ًة‬: ‫ َفِإَّن َص اِلًحا َم ْو َلى الَّتْو َأَم َة َقاَل‬،‫اْلَم ِد يَنِة‬

‫ُيوِتُروَن مْنَها ِبَخ ْم ٍس‬.

“Dan (pendapat) yang dipilih di sisi Abu Abdullah (gelaran kepada Imam Ahmad bin Hanbal)
padanya 20 rakaat. Dan inilah juga pendapat Sufyan Ath-Thuri, Abu Hanifah dan Syafi’e. Malik
berkata: 36 (rakaat). Beliau mendakwa ia adalah perkara yang lama dan menghubungkan
pendapatnya dengan perbuatan penduduk Madinah. Soleh maula kepada At-Tau’amah berkata: Aku
mendapati orang ramai mendirikan (Sholat Tarawih) sebanyak 40 rakaat dan melakukan Sholat Witir
5 rakaat.”(Al-Mughni, 1/456).

Al-Allamah Al-Bahuti menukilkan pendapat yang dipegang dalam mazhab Hanbali dengan
mengatakan:

‫ َو ِقي?َل َم َش َّقٌة ِم َن اْلَم َر اَو َح ِة َو ِهَي‬، ‫ُس ِمَيْت ِبَذ ِلَك َألَّنُهْم َيْج ِلُسوَن َبْيَن ُك ِّل َأْر َبَع َيْسَتِريُحوَن‬
‫ َع ن َيِزيٍد ْبِن‬، ‫ َو ِهَي (ِع ْش ُروَن َر ْك َع ًة ِفي َر َم َض اَن ) ِلَم ا َر َو ى َم اِل ٌك‬، ‫الِّتْك َر اُر ِفي اْلِفْع ِل‬
‫ َك اَن الَّناُس َيُقوُم وَن ِفي َز َمِن ُع َم َر ِفي َر َم َض اَن ِبَثَالٍث َو ِع ْش ِريَن‬: ‫ َقاَل‬، ‫ُروَم اَن‬.

“Dinamakan begitu kerana mereka duduk di antara setiap 4 rakaat berehat. Dan dikatakan, kesusahan
dari…. yaitu pengulangan pada perbuatan yaitu (20 rakaat pda bulan Ramadhan) mengikut apa yang
diriwayatkan oleh Malik dari Yazid bin Ruman berkata: “Adalah manusia mendirikan sholat Tarawih
pada zaman Umar pada bulan Ramadhan dengan dua puluh tiga rakaat.” (Riwayat Malik dalam Al-
Muwaththo’, lihat Kasysyaf al-Qina’, Al-Bahuti, 1/425).

Pendapat Syaikh Ibn Taimiyyah dan Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abd al-Wahhab, Syaikh
Muhammad Ali ash-Shabuni menyebutkan:

Syaikh Ibn Taimiyyah menyebutkan di dalam Al-Fatawa:

‫ َك اَن َيُق وُم ِبالَّن اِس ِع ْش ِريَن َر ْك َع ًة ِفي َر َم َض اَن َو ُي َو ِّتُر ِبَثَالٍث‬،‫َثَبَت َأَّن ُأَبي ْبِن َك ْع ٍب‬
‫َفَر َأى َك ِثيٌر ِم َن اْلُع َلَم اِء َأَّن َذ ِلَك ُهَو الُّس َّنُة َألَّنُه َقاَم َبْيَن اْلُمَهاِج ِريَن َو ْاَالنَص اِر َو َلْم ُينِك ُر ُه‬
‫ُم نِكٌر‬.

“Telah thabit sesungguhnya Ubay ibn Ka’ab telah mendirikan (sholat Tarawih) bersama mayoritas
jama’ah sebanyak 20 rakaat pada bulan Ramadhan dan dia sholat Witir dengan 3 rakaat. Maka
banyak orang melihat perbuatan itu adalah sebagai sunnah karena bahwasanya dia mendirikannya di
antara sahabat dari Muhajirin dan Anshar dan tidak ada seorangpun yang mencegahnya.”

Adapun bagi mereka yang menjalankan tarawih 11 raka’at dengan nash hadist..

:‫َأَّنُه صلى هللا عليه وسلم َخ َرَج ِم ن َج ْو ِف الَّليِل َلَياِلي ِم ن َر َم َض اَن َو ِهَي َثَالُث ُم َتَفِّر َق ٌة‬
‫ َو َص َّلى الَّن اُس ِبَص َالِتِه‬، ‫ َو َص َّلى ِفي اْلَم ْس ِج ِد‬، ‫َلْيَلُة الَّثاِلِث َو اْلَخ اِم ِس َو الَّساِبِع َو اْلِع ْش ِريَن‬
‫ َو ُيَك ِّم ُلوَن َباِقيَها ِفي ُبُيوِتهْم‬،‫ َو َك اَن ُيَص ِّلي ِبِهْم َثَم اَن َر َك َع اٍت‬،‫ِفيَها‬

“Rasulullah SAW keluar untuk sholat malam di bulan Ramadhan sebanyak tiga tahap: malam ketiga,
kelima dan kedua puluh tujuh untuk sholat bersama umat di masjid. Rasulullah SAW shalat bersama
mereka sebanyak delapan rakaat, dan kemudian mereka menyempurnakan baki sholatnya di rumah
masing-masing.”

Jumlah 11 rakaat tidak boleh dijadikan hujah untuk jumlah rakaat Sholat Tarawih karena Rasulullah
SAW hanya sholat berjamaah bersama sahabat 2 atau 3 kali saja di masjid dan setelah itu Baginda
Nabi SAW dan para sahabat menyambung sholat malam di rumah masing-masing.
Hadits shalat Tarawih hanya 8 rakaat (menjadi 11 rakaat termasuk 3 rakaat Witir) karena merujuk
kepada hadits dari Sayyidatuna ‘Aisyah:

‫َم ا َك اَن َر ُسْو ُل ِهَّللا صلى هللا علي??ه وسلم َيِزْي ُد ِفى َر َم َض اَن َو َال ِفى َغْي ِرِه َع َلى ِإْح َد ى‬
‫ ُيَص ِّلى َاْر َبًعا َفَال َتْسـَأْل َع ْن ُحْس ِنِهَّن َو ُطْو ِلِهَّن ُثَّم ُيَص ِّلى َأْر َبًع ا َفَال َتْس َأْل‬،‫َع َش َر َة ََر ْك َع ًة‬
‫ َي ا‬: ‫ َيا َر ُسْو َل ِهَّللا َأَتَناُم َقْبَل َأْن ُتْو ِتَر ؟ َفَق اَل‬: ‫ َفُقْلُت‬،‫َع ْن ُحْس ِنِهَّن َو ُطْو ِلِهَّن ُثَّم ُيَص ِّلى َثَالًثا‬
‫َع اِئَش ُة ِإَّن َع ْيَنَّي َتَناُم َو َال َيَناُم َقْلِبي‬.

“Tidaklah Rasulullah SAW menambah pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan lainnya
lebih sebelas rakaat. Baginda SAW sembahyang empat rakaat dan jangan kamu tanya tentang bagus
dan panjangnya. Kemudian Baginda SAW sembahyang empat rakaat dan jangan kamu tanya tentang
bagus dan panjangnya. Kemudian Baginda SAW sembahyang tiga rakaat. Kemudian aku
(‘Aisyah) bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah Tuan tidur sebelum sembahyang Witir?” Baginda
SAW bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, sedang hatiku tidak tidur.”

Untuk menjelaskan itu, K.H. Siradjuddin Abbas berkata: “Sembahyang yang dikatakan oleh Ummul
Mu’minin Siti ‘Aisyah yang bahwa Nabi Muhammad SAW tidak lebih dari mengerjakannya dari 11
rakaat itu ialah sembahyang Tahajjud malam hari dan Witir di belakangnya, bukan sembahyang
Tarawih…”. (Dalam bukunya 40 Masalah Agama, 1/324)

KH Siradjuddin Abbas menyebutkan ketika Imam Bukhari ketika meletakkan hadits ‘Aisyah ini di
dalam Shahihnya, ia menulis begini:

‫َباُب ِقَياِم الَّنِبِّي صلى هللا عليه وسلم ِبالَّلْيِل ِفي َر َم َض اَن َو ِفي َغْيِرِه‬

“Bab pada menyatakan Qiyam Nabi SAW pada waktu malam pada bulan Ramadhan dan pada
bulan selainnya.”

Oleh KH Siradjuddin Abbas, hal itu dikomentari demikian: “Ini petunjuk bahwa Imam Bukhari juga
berpendapat bahwa sembahyang ini bukan Sembahyang Tarawih, tetapi Sembahyang Tahajjud
Malam yang dikerjakan dalam bulan Ramadhan dan luar Ramadhan. Sedangkan shalat sunnah yang
dikerjakan dimalam hari adalah 2 raka’at-2 raka’at sebagaimana hadist rasul saw :

‫َص َالُة الَّلْيِل َم ْثنَى َم ْثنَى‬

“Sholat malam itu dilakukan dua rakaat dua rakaat.” Riwayat Al-Bukhari.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULSN
Mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali berpendapat melaksanakaan sholat
tarawih dengan 2 rakaat hukumnya adalah sunnah, sehingga boleh
mengerjakannya dengan menggumpulkan 20 rakaat shalat tarawih dalam 1 salam
dengan duduk tasyahud awal di setiap 2 rakaatnya. Akan tetapi, hal itu makruh
dilaksanakan.
Mazhab syafi’I berpendapat shalat tarawih wajib di laksanakan 2 rakaat,
sehingga apabila dilaksanakan bukan dengan 2 rakaat, maka sholat tarawih
tersebut tidak sah.

Anda mungkin juga menyukai