Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FIQIH IBADAH

Tentang
SHOLAT JAMAAH DAN SHOLAT JUM’AT DUA KHUTBAH

DISUSUN OLEH
HALIMAHTUSYADIYAH 2214030003
CHINTIA VERONICA INDRIANTO 2214030019
ROZA AFRIANI 2214030025

DOSEN PENGAMPU
RUDI HARTONO,S.HI,M.A

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM –A


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sholat jamaah dan
Sholat jum’at dua khutbah”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Rudi Hartono,S.HI,MA. Selaku dosen fiqih ibadah yang telah membidangi
mata kuliah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam karya ilmiah ini.Penulis menyadari adanya kekurangan pada
makalah ini.Oleh sebab itu kritik dan saran senantiasa di harapkan demi perbaikan
karya penulis.Penulis juga di harapkan mampu memberikan pengetahuan terkait
pembahasan ini.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan pengajaran dan pengetahuan
bagi para pembaca.

Padang,12 April 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5
A. Sholat Jamaah dan Sholat Jum’at .................................................. 5
1. Pengertian sholat jamaah dan sholat jum’at ............................ 5
2. Dasar hukum sholat jamaah dan sholat jum’at ........................ 6
3. Syarat sholat jamaah dan sholat jum’at .................................. 7
4. Rukun sholat jamaah dan sholat jum’at .................................. 8
5. Praktik sholat jamaah dan sholat jum’at ................................. 9
B. Dua khutbah .................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17
A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib untuk dilaksanakan
bagi umat muslim biasa disebut dengan shalat lima waktu dalam sehari. Sedangkan
shalat jum'at menjadi suatu kewajiban dengan ketentuan tertentu bagi yang
melaksanakan. Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, sehingga
didalam Al-Qur'an Allah SWT menegaskan bahwa shalat adalah suatu rangka pokok
iman.
Bagian dalam rangkaian shalat yang paling khidmat dan terasa dekat dengan
Allah SWT adalah ketika sujud. Dengan khusyuk kita bersujud sembari asa Allah
SWT melantunkan bacaan sujud terasa Allah SWT sedang menyaksikan sujud
hambanya dan mengusak kepala hambanya dengan lembut. Adapun bagian wajah
yang diharuskan menempel di tempat sujud adalah dahi, kedua telapak tangan, kedua
lutut dan ujung-ujung dua kaki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sholat jamaah,sholat jum’at dan 2 khutbah ?
2. Apa dasar hukum sholat jamaah,sholat jum’at dan 2 khutbah ?
3. Apa saja syarat-syarat sholat jamaah,sholat jum’at dan 2 khutbah ?
4. Apa saja rukun sholat jamaah,sholat jum’at dan 2 khutbah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sholat jamaah,sholat jum’at dab dua
khutbah.
2. Untuk mengetahui dasar hukum sholat jama’ah ,sholat jum’at dan dua
khutbah.
3. Untuk mengetahui syarat sholat jamaah,sholat jum’at dan dua khutbah.
4. Untuk mengetahui rukun sholat jamaah,sholat jum’at dan dua khutbah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat Jamaah
1. Pengertian
Shalat berjamaah adalah hubungan yang muncul antara ritme shalatnya imam
dan makmum. Islam telah mengatur beberapa ke- sempatan dan pertemuan sosial di
antara umat Islam untuk menunaikan ibadah pada waktu- waktu tertentu. Di
antaranya, ada shalat lima waktu untuk sehari-semalam, shalat Jumat untuk
mingguannya, dua shalat Id pada setiap tahunnya yang mengumpulkan hampir
seluruh penduduk negeri, dan terakhir untuk semua kalangan dan asal negara, yaitu
wukuf di Arafah untuk ritual tahunan. Semua itu demi terjalin- nya silaturahmi, kasih
sayang, dan tidak putus hubungan.
Dalil pelaksanaan shalat berjamaah telah disebutkan dalam Al-Qur'an, hadits,
ataupun ijma ulama. Adapun dalil dari Al-Qur'an adalah, "Dan apabila kamu berada
di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-
sama mereka. Dalam ayat ini, Allah telah memerintahkan umat Islam untuk
melakukan shalat berjamaah, bila di- khawatirkan adanya serangan musuh pada saat
melakukan peperangan. Dengan begitu, pelaksanaan shalat berjamaah akan menjadi
lebih utama pada saat aman dari serangan mu- suh. Seandainya pun tidak diwajibkan,
niscaya akan diberikan keringanan pada saat-saat ada- nyakekhawatiranakan
seranganmusuh. Namun pada kenyataannya, kewajiban shalat berjamaah tetap tidak
boleh ditinggalkan meski adanya rasa kekhawatiran tersebut. Adapun dalil dari
hadits, yaitu sabda beliau saw.,

‫ ب َخ ْم ٍس َوع ْشرينَ درجة‬:ٍ‫ َوفي ر َوايَة‬.ً‫ َوع ْشرينَ دَ َر َجة‬،‫ص ََلة الفَد‬
َ ‫ض ُل م ْن‬ َ ‫ص ََلة ُ ْال َج َما‬
َ ‫عة أ َ ْف‬ َ .

'Shalat berjamaah itu lebih utama dua puluh derajat (kedudukan di sisi Allah)
daripada shalat sendiri.Sedangkan dalam riwayat lain, "Dua puluh lima derajat."

5
2. Dasar Hukum
Adapun hukum shalat berjamaah itu an- tara sunnah mu'akkadah (sangat
dianjurkan) ataupun wajib. Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat, "Shalat
berjamaah untuk shalat fardhu, selain shalat Jumat, adalah sunnah mu'akkadah bagi
kaum laki-laki yang berakal dan mampu untuk melaksanakannya tanpa ada kesulitan.
Adapun untuk kaum wanita, anak-anak, orang gila, budak, orang lumpuh, orang sakit,
orang tua renta, cacat tangan dan kaki berbeda sisi, maka tidaklah wajib dan jatuhnya
hanyalah sunnah. Karena, teks hadits yang telah disebutkan sebelumnya

َ ‫ أ َ ْو ب‬،ً‫ص ََلة ْالفَدْ ب َخ ْمس َوع ْشرينَ دَ َر َجة‬


ً‫سبْع َوع ْشرينَ دَ َر َجة‬ َ ‫ض ُل م ْن‬ َ ‫ص ََلة ُ ْال َج َما‬
َ ‫عة أ َ ْف‬ َ

"Shalat jamaah lebih utama 25 atau 27 derajat daripada sholat sendiri’. Menunjukkan
bahwa shalat jamaah itu hanya untuk orang-orang yang disunnahkan untuk
melakukannya. Seakan-akan, maksud dari teks hadits itu sebenarnya sebagai bonus
tambah- an dari shalat wajib. Dengan begitu, seakan- akan Rasulullah saw. hendak
bersabda, "Shalat berjamaah itu lebih sempurna daripada shalat sendiri."
Adapun madzhab Syafi'i dalam pendapat yang paling kuat 755 menyebutkan,
shalat jamaah adalah fardhu kifaayah bagi kaum laki-laki merdeka yang bermukim,
tidak telanjang, da- lam melaksanakan shalat-shalat wajib. Karena, dengan
melakukan shalat berjamaah itu ber- arti mereka kaum laki-laki telah melakukan
simbol menetapnya di sebuah negeri kecil atau- pun besar. Namun, jika semua orang
enggan untuk melaksanakan shalat jamaah, maka se- muanya harus diperangi, yaitu
pemimpin atau- pun wakilnya yang memerangi mereka, bukan sembarang orang.
Adapun untuk kaum wanita, anjurannya tidak sebesar kepada kaum laki- laki, itu
menurut pendapat yang lebih kuat. Berdasarkan hadits Nabi saw.. yang berbunyi,

َ‫ فَ َعلَيْك‬، ُ‫طان‬
َ ‫ش ْي‬
َّ ‫علَيْه ُم ال‬
َ َ‫عةَ إَل ا ْست َ ْح َوذ‬ َ ‫َما م ْن ث َ ََلثَة في قَ ْريَ ٍة َو ََل بَد َْو ََل تُقَا ُم فيه ُم ْال َج َما‬
‫ب منَ ْالغَنَم ْال َقاص َية‬ ُ ْ‫عة َفإ َّن َما َيأ ْ ُك ُل الذئ‬َ ‫ب ْال َج َما‬.

6
"Tidaklah ada tiga orang yang tinggal di sebuah kampung atau desa, kemudian tidak
dilaksanakan shalat berjamaah di sana, kecuali setan telah menguasai mereka. Karena
itu, kalian harus selalu melakukan shalat berjamaah! Srigala hanya akan memangsa
seekor domba yang berada paling belakang." 1

3. Syarat-syarat
Berikut ini beberapa syarat sah shalat berjamaah.
1) Islam, shalat berjamaah dengan imam nonmuslim tidak sah berdasarkan
kesepakatan semua mazhab. Jika shalat dilakukan di belakang imam yang
mengaku Islam, namun ternyata ia seorang kafir maka shalat tersebut batal
dan harus diulang.
2) Baligh, imam harus seseorang yang sudah baligh. Menurut Mazhab Hanbali,
Hanafi, dan Maliki, tidak sah bermakmum pada anak kecil yang sudah
mumayiz dalam shalat fardhu. Sedangkan menurut Mazhab Syafi'i, hal itu sah
kecuali dalam shalat Jumat. Apabila imam yang anak kecil tersebut termasuk
bagian dari jamaah shalat Jumat yang hanya berjumlah 40 orang maka tidak
sah, namun jika tidak termasuk, hukumnya sah.
Akan tetapi, dalam shalat sunnah hal itu sah menurut selain Mazhab
Hanafi. Sedangkan menurut Mazhab Hanafi, tidak sah seorang yang baligh
bermakmum kepada anak kecil secara mutlak, baik dalam shalat fardhu
maupun shalat sunnah.
3) Laki-laki, imam disyaratkan harus laki-laki. Wanita dan waria tidak boleh
menjadi imam bagi makmum laki-laki. Namun jika makmumnya wanita, tidak
disyaratkan imam harus laki-laki. Adapun menurut Mazhab Maliki, imam
harus laki-laki bagaimanapun keadaan makmum.

1
Wahbah Az-Zuhaili,Fiqih Islam Wa Adillatuhu,(Jakarta:Gema Insani,2010),hlmn284-287.

7
4) Berakal, disyaratkan bagi imam shalat harus berakal. Jika seseorang ter-
kadang gila dan sembuh pada saat lain, ia hanya sah menjadi imam ketika
sembuh. Hal ini berdasarkan kesepakatan semua mazhab.
5) Imam boleh membaca bacaan wajib jika makmum juga boleh membacanya.
Imam tidak mengalami udzur, seperti mengeluarkan urine terus-menerus atau
diare.
6) Imam terbebas dari hadas dan najis. Menurut Mazhab Maliki, tidak sah
shalatnya orang yang berjamaah apabila imamnya berhadas dengan sengaja.
Namun, jika imam tidak sengaja ada dua kemungkinan; pertama, apabila ia
melakukan suatu amalan dalam shalat setelah mengetahui hadasnya maka
shalat para makmum batal, sebagaimana shalat mereka batal ketika imam
mengalami hadas,walaupun imam sendiri tidak mengetahuinya.
7) Lidah (lisan) imam normal, tidak salah dalam mengucapkan huruf, misal- nya
mengganti ra' dengan ghain. Menurut Mazhab Hanafi, Syafi'i, dan Hanbali,
orang seperti ini disebut altsagh. Ia wajib meluruskan lidahnya dan berusaha
mengucapkan huruf dengan benar semampunya.
8) Imam tidak sedang bermakmum dengan imam lainnya.
9) Shalat imam sah menurut mazhab makmum. Apabila makmum meng- anggap
shalat imam tidak sah maka shalat makmum batal, demikian menurut Mazhab
Hanafi dan Syafi`i. Sedangkan menurut Mazhab Maliki dan Hanbali, yang
menjadi syarat sah shalat adalah mazhab imamnya. Misalnya, pengikut
Mazhab Maliki atau Hanbali bermakmum pada pengikut Mazhab Hanafi atau
Mazhab Syafi'i yang tidak mengusap seluruh kepala dalam wudhu, maka
shalat makmum sah karena shalat imam sah menurut mazhabnya. Adapun
perkara yang menjadi syarat sah jamaah, dalam hal ini yang dipandang adalah
mazhab makmum.
10) Makmum tidak mendahului imam. Menurut pandangan selain Mazhab Maliki,
apabila makmum mendahului imam, jamaah dan shalatnya batal. Sedangkan
Mazhab Maliki mengatakan, dalam shalat berjamaah tidak disyaratkan

8
makmum tidak mendahului imam. Jika makmum mendahului imam,
walaupun yang mendahului adalah seluruh makmum, shalatnya sah menurut
pendapat yang kuat. Namun demikian, kecuali dalam keadaan darurat,
mendahului imam hukumnya makruh.
11) Makmum berniat mengikuti imam. Menurut selain Mazhab Hanafi, makmum
harus berniat mengikuti imam dalam semua shalat. Sedangkan menurut
Mazhab Hanafi, niat tersebut adalah syarat dalam selain shalat Jumat dan
shalat id -menurut pendapat yang dipilih-. Menurutnya, karena jamaah
merupakan syarat sah kedua shalat tersebut, niat mengikuti imam tidak di
perlukan.2

4. Rukun
1) Niat melakukan sholat dalam hati
2) Berdiri jika mampu
3) Takbiratul ihrom
4) Membaca surah alfatihah
5) Ruku’ dan tuma’ninah
6) I’tidal dan tuma’ninah
7) Sujud dua kali dan tuma’ninah
8) Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
9) Duduk akhir
10) Membaca tasyahud akhir
11) Membaca sholawat atas nabi
12) Memberi salam pertama (kanan)
13) Tertib

2
Asmaji Muchtar,Dialog Lintas Madzhab,(Jakarta:Imprint Bumi Angkasa,2016,hlmn 177

9
B. Sholat Jum’at
1. Pengertian
Sholat jum’at ialah sholat dua rakaat sesudah khutbah pada waktu zuhur di
hari jum’at. Shalat Jumat diwajibkan atas semua orang yang memenuhi syarat. Shalat
yang berjumlah dua rakaat ini bukan pengganti shalat zhuhur. Jika seseorang
meninggalkan shalat Jumat, wajib melakukan shalat zhuhur empat rakaat.
Waktu shalat Jumat adalah pada waktu zhuhur, yaitu ketika tergelincirnya
matahari sampai bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya, selain
bayang-bayang yang ada saat tengah hari. Artinya, apabila dilakukan sebelum atau
sesudah waktu itu maka shalatnya tidak sah. Hal ini disepakati oleh Mazhab Hanafi
dan Syafi'i.
Mazhab Hanbali mengatakan, waktu shalat Jumat dimulai dari matahari
meninggi hingga satu tombak sampai bayang-bayang sesuatu sama panjang dengan
bendanya, selain bayang-bayang yang ada saat tengah hari. Waktu sebelum matahari
tergelincir disebut waktu jawaz, dan setelah tergelincirnya matahari adalah waktu
wujub. Melakukan shalat Jumat pada waktu wujub lebih utama.
Menurut Mazhab Maliki, waktu shalat Jumat dimulai dari tergelincirnya
matahari sampai terbenam. Apabila waktu yang tersisa hanya cukup untuk melakukan
satu rakaat setelah khutbah maka tidak perlu dilakukan, cukup mengerjakan shalat
zhuhur, tetapi jika shalat Jumat tetap dilakukan hukumnya sah.
Apabila shalat Jumat masih berlangsung, tetapi waktu habis, terjadi perbedaan
pendapat. Menurut Mazhab Hanafi, shalat Jumat batal karena keluarnya waktu,
walaupun setelah duduk tasyahud.
Mazhab Syafi'i mengatakan, jika waktu shalat Jumat yang tersisa masih
mencukupi, lalu mereka memperpanjang shalat hingga waktu habis, shalat tersebut
tidak batal tetapi diteruskan menjadi shalat zhuhur tanpa niat shalat zhuhur. Memutus
shalat Jumat lalu memulai shalat zhuhur hukumnya haram. Apabila shalat dimulai
ketika waktu yang tersisa tinggal sedikit, tetapi orang- orang menyangka waktu

10
tersebut cukup, sehingga saat waktu habis mereka masih dalam shalat, maka shalat ini
batal dan tidak berubah menjadi shalat zhuhur.
Menurut Mazhab Hanbali, apabila memulai shalat Jumat di penghujung waktu
lalu waktu habis saat masih dalam shalat maka tetap dilanjutkan sebagai shalat
Jumat.Mazhab Maliki mengatakan, apabila shalat Jumat dilaksanakan dan yakin akan
selesai sebelum waktu habis, namun ternyata matahari tenggelam belum shalat selesai
ada dua kemungkinan. Pertama, jika waktu itu telah Makukan satu rakaat beserta dua
sujudnya, shalat tetap diteruskan sebagai dalat Jumat. Kedua, jika tidak demikian,
shalat diteruskan menjadi shalat dzuhur.3

2. Dasar hukum
Salat Jumat itu fardu 'ain, artinya wajib atas setiap laki-laki dewasa yang
beragama Islam, merdeka, dan tetap di dalam negeri. Perempuan, kanak-kanak,
hamba sahaya, dan orang yang sedang dalam perjalanan tidak wajib salat Jumat.
Firman Allah Swt.:

َّ ‫صلوة م ْن َي ْوم ْال ُج ُم َعة فَا ْسعَ ْوا إلَى ذ ْكر‬


‫ّللا‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذينَ آ َمنُوا ذَا نُود‬
َ ‫ي لل‬

.‫َوذَ ُروا ْالبَ ْي َع‬


"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari
Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli."
(AL-JUMU'AH: 9)
Yang dimaksud dengan "jual beli" ialah segala pekerjaan selain dari rusan
salat. Sabda Rasulullah Saw:

ٌ ‫ك َوا ْم َرأَة‬
ُ ‫ع ْبد ُ َم ْملُو‬
َ ً‫اربَعَة‬
ْ ‫ع ٍة إ ََّل‬
َ ‫علَى كُل ُمسْل ٍم في َج َما‬
َ ٌ‫الجمعة حق واجب ن َواجب‬

3
Asmaji Muchtar,Dialog Lintas Mazhab,(Jakarta:Imprint Bumi Aksara.2016),hlmn 167.

11
‫ رواه أبو داود والحاكم‬.‫اوصي أو مريض‬.
"Salat Jumat itu hak yang wajib dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam
dengan berjamaah, kecuali empat macam orang: (1) Hamba sahaya yang dimiliki (2)
perempuan, (3) anak-anak, (4) orang sakit." (RIWAYAT ABU DAWUD DAN
HAKIM) .

3. Syarat-syarat
1) Islam, tidak wajib atas orang non Islam.
2) Balig (dewasa), tidak wajib Jumat atas kanak-kanak.
3) Berakal, tidak wajib Jumat atas orang gila.
4) Laki-laki, tidak wajib Jumat atas perempuan.
5) Sehat, tidak wajib Jumat atas orang sakit atau berhalangan.
Tetap di dalam negeri, tidak wajib Jumat atas orang yang sedang dalam perjalanan.

4. Rukun Sholat Jum’at


1) Dilakukan pada waktu dzuhur secara berjamaah
2) Diawali dengan adanya 2 khutbah jum’at
3) Dilakukan dalam posisi berdiri bagi yang mampu
4) Membaca niat sholat jum’at
5) Takbiratul ihrom
6) Membaca surah al fatihah
7) I’tidal dengan tuma’ninah
8) Sujud 2 kali dengan tuma’ninah
9) Duduk di antara 2 sujud dengan tuma’ninah
10) Duduk takhiyat akhir
11) Salam4

4
Sulaiman Rasjid.Fiqh Islam.(Bandung:Sinar Baru Algensindo)hlmn 123.

12
C. Dua Khutbah
1. Pengertian
Khutbah jum'at merupakan suatu hal yang wajib dalam sholat jum'at, oleh
karena itu sholat jumat harus diawali dengan khubah jum'at. Khutbah Jum'at berasal
dari bahasa arab yang artinya berpidato, nasihat yang disampaikan khatib di mesjid
sebelum sholat jum'at. Adapun isi tuturan yang ada dalam khutbah tidak lain
merupakan ajakan khatib kepada jamaahnya untuk menjadi orang yang
bertakwa.Menurut Abdul Jalil Syibli, khutbah adalah seni berpidato di hadapan orang
banyak dengan cara menyampaikan secara langsung sehingga membuat para jamaah
merasa puas dengan apa yang disampaikan.
Dalam istilah fiqih definisi khutbah Jum'at adalah pidato, ceramah atau
perkataan yang mengandung mau izah dan tuntutan ibadah diucapkan oleh khatib
dengan memenuhi (syarat dan rukun) yang telah ditentukan oleh syara' untuk
memberi pengertian kepada hadirin. Khutbah Jum'at terbagi menjadi dua, khutbah al-
ula dan khutbah ats-tsani. Dan di antara keduanya ada waktu istirahat
sebentar.Definisi khutbah Jum'at secara istilah menurut Syekh Abdurrahman As-
Sudais adalah kata-kata pilihan, yang baik susunan katanya dan kuat pengaruhnya.
Bertujuan mengajak manusia kepada kebaikan dan. mencegah mereka dari
kemungkaran yang sesuai dengan hukum-hukum Islam,demi mewujudkan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Shalat jum'at tidak diwajibkan atas wanita, dijelaskan di dalam bukunya
Syeikh Shalih bin Fauzan Alfauzan yaitu: Ibnu Mundzir dan lainnya berkata bahwa
tidak ada shalat jum'at bagi kaum wanita. Mereka sepakat bahwa mereka mendatangi
seorang imam untuk melaku- kan shalat dengannya, maka yang demikian itu cukup
bagi mereka karena, demikian pula orang sakit peng- guguran kewajiban itu untuk
memberikan keringanan, dan tidak diperbolehkan orang-orang yang berkewajiban
untuk melakukan shalat jum'at untuk mengadakan perjalanan kecuali setelah
melakukan shalat.

13
2. Dasar Hukum
Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah radhiyallahu 'anhu, dia
berkata,

‫ فمن نبأك أنه كان يخطب جالسا‬،‫ ثم يجلس ثم يقوم فيخطب قائما‬،‫كان رسول هللا يخطب قائما‬
‫ فقد صليت معه‬،‫فقد أكثر من ألفي صَلة كذب‬

"Dahulu Rasulullah berkhutbah dalam keadaan berdiri, kemudian duduk lalu bangun
dan berkhutbah dalam keadaan berdiri. Oleh karena itu, siapa saja yang memberi tahu
kamu bahwa beliau berkhutbah dalam keadaan duduk. maka dia benar-benar telah
berdusta. Sungguh aku shalat bersama beliau lebih dari dua ribu kali shalat."
[Hadits riwayat Muslim (862), AN-Nasa'i (1418). Abu Dawud (1093). Ibnu Majah
(1106). Ahmad (5/1006) dan Ad-Darimi (1559)]
Perbuatan dalam hadits tersebut memiliki dalalah (penunjukkan dalil) yang
jelas. Mengenai bantahan orang yang menyatakan bahwa apa yang tersebut dalam
kedua hadisttersebut hanyalah perbuatan semata dan sekedar perbuatan tidak
menunjukkan atas wajibnya hal tersebut, maka jawabannya adalah sebagai berikut:
"Memang demikian halnya bila tidak ada dalil selain kedua hadits tersebut dalam
masalah ini. Namun terdapat perintah untuk berkhutbah secara mujmal (garis besar)
di dalam firman- Nya:

‫فَا ْس َع ْوا إلَى ذ ْكر الَّه َوذَ ُروا ْال َب ْي َع‬


maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli."
[Al-Jumu'ah: 9]
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, perbuatan ini
merupakan penjelasan terhadap perintah yang bersifat mujmal ini sehingga hukumnya
menjadi wajib. Wallahu a'lam.

14
3. Syarat Dua Khutbah
1) Kedua khotbah itu hendaklah dimulai sesudah tergelincir matahari. Ke-
terangannya yaitu amal Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari.
2) Sewaktu berkhotbah hendaklah berdiri jika mampu. Keterangan- nya adalah
amal Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim.
3) Khatib hendaklah duduk di antara kedua khotbah, sekurang-kurang-nya
berhenti sebentar. Hal ini berdasarkan amal Rasulullah Saw.yang
diriwayatkan oleh Muslim.
4) Hendaklah dengan suara yang keras kira-kira terdengar oleh bi- langan yang
sah Jumat dengan mereka, sebab yang dimaksud dengan mengadakan
khotbah" itu ialah untuk pelajaran dan nasihat kepada mereka.
5) Hendaklah berturut-turut baik rukun, jarak keduanya, maupun jarak antara
keduanya dengan salat.
6) Khatib hendaklah suci dari hadas dan najis. Keterangannya adalah amal
Rasulullah Saw.
7) Khatib hendaklah menutup auratnya. Hal ini berdasarkan amal Rasulullah
SAW.

4. Rukun Dua Khutbah


1) Mengucapkan puji-pujian kepada Allah. Keterangannya adalah amal
Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim.
2) Membaca salawat atas Rasulullah Saw. Sebagian ulama berkata bahwa
salawat ini tidak wajib, berarti bukan rukun khotbah.
3) Mengucapkan syahadat (bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang sebenarnya
melainkan Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya).
Sabda Rasulullah Saw:
‫ رواه أحمد وأبو داود‬. ‫ي ك َْاليَد ْال َج ْز َماء‬ ْ ‫ كُل ُخ‬.
َ ‫طبَ ٍة لَي‬
َ َ‫ْس في َها نَشَهد ُ ف‬
"Tiap-tiap khotbah yang tidak ada syahadatnya adalah seperti tangan yang
terpotong." (RIWAYAT AHMAD DAN ABU DAWUD)

15
4) Berwasiat (bernasihat) dengan takwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu
kepada pendengar, sesuai dengan keadaan tempat dan waktu, baik urusan
agama maupun urusan dunia-seperti ibadat, kesopanan, pergaulan,
perekonomian, pertanian, siasat, dan sebagainya serta bahasa yang dipahami
oleh pendengar.
5) Membaca ayat Qur'an pada salah satu dari kedua khotbah.

ُ ُ‫سلَّ َم يَ ْخط‬
ُ ‫ب قَائ ًما َو تَجْل‬
‫س‬ َ ‫علَيْه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫عن جابر ابن سمرة قَالَ َكانَ َرسُو ُل هللا‬

َ َّ‫ت َويُذَك َُر الن‬


‫ رواه مسلم‬. ‫اس َويُ َحذ ُر‬ ٍ ‫ بين الخطبتين ويقرأ آيَا‬.

Dari Jabir bin Samurah. Ia berkata, "Rasulullah Saw. khotbah sambil berdiri.
Beliau duduk di antara keduanya, lalu beliau membacakan beberapa ayat Qur'an,
memperingatkan, dan mempertakuti manusia." (RIWAYAT MUSLIM)

6) Berdoa untuk mukminin dan mukminat pada khotbah yang kedua. Sebagian
ulama berpendapat bahwa doa dalam khotbah tidak wajib sebagaimana juga
dalam selain khotbah.5

5
Sulaiman Rasjid.Fiqih Islam,(Bandung:Sinar Baru Algensindo),hlmn125-126.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan bersama- sama, paling sedikit
dikerjakan oleh dua orang, satu orang di depan menjadi imam dan yang lainnya di
belakangnya menjadi makmum, shalat berjamaah hukumnya sunah muakad, artinya
sangat di anjurkan untuk di kerjakan. karena pahalanya berlipat ganda sampai 27
derajat.
Shalat jum'at adalah shalat dua rakaat yang di dahului oleh dua khutbah dan
dilakukan pada waktu zuhur dengan berjamaah, shalat jum'at hukumnya fardu'ain,
artinya wajub dilaksanakan bagi setiap muslim yang sudah balig, berakal sehat,
merdeka, dan orang yang mukim, adapun syarat- syarat jum'at adalah:
1) Diadakan pada suatu tempat di mana para jamaah shalat jum'at
2) Dilakukan secara berjamaah.
3) Dilakukan sepenuhnya pada waktu Dzuhur.
4) Harus didahului dua khutbah.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini saya berharap kita semua dapat mengetahui
tentang sholat berjamah dan sholat jum’at.Supaya ibadah kita semakin bertambah di
hadapan Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

Wahbah Az –Zuhaili.Fiqh Islam Wa Adillatuhu.Jakarta:Gema Insani.2010.


Sulaiman Rasjid.Fiqh Islam.Cet 78; Bandung :Sinar Baru Algensido.2017.
Asmaji Muchtar.Dialog Lintas Mazhab.Jakarta:Imprint Bumi Angkasa.2016.

18

Anda mungkin juga menyukai