Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR’AN

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Nur Alfi Khotamin, M.H.I

Disusun Oleh:

Bagus Galih 221140013

Putri Rofingatul Hasanah 221140049

Ulfah Khoirunnisah 221140056

Progam Studi Hukum Ekonomi Syari’ah

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugasmakalah yang berjudul
Kedudukan dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an dengan tepat waktu. Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah di progam studi Hukum Ekonomi
Syari’ahFakultas Syari’ah Dan Ekonomi Islam Universitas Ma’arif Lampung pada
semester Dua. Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Nur Alfi Khotamin, M.H.I
selaku dosen pembimbing Mata kuliah Ulumul Hadits dan kepada segenap pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Metro, 03 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam...................................2


B. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an...........................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A..Kesimpulan................................................................................................10
B..Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadits bukanlah teks suci sebagaimana Al-qur’an. Namun, Hadits
selalu menjadi rujukan kedua setelah Al-qur’an dan menempati posisi penting
dalam kajian keislaman. Mengingat penulisan hadits yang dilakukan ratusan
tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Maka banyak terjadi silang
pendapat terhadap keabsahan sebuah hadits. Sehingga hal tersebut
memunculkan sebagian kelompok meragukan dan mengingkari akan
kebenaran Hadits sebagai sumber hukum.
Banyak al-qur’an dan hadits yang memberikan pengertian bahwa
hadits itu merupakan sumber hukum islam selain al-qur’an yang wajib di ikuti,
baik dalam bentuk perintah, maupun larangan nya. Dan Hadits merupakan
mubayyin (penjelas) bagi Al-Qur’an. yang karenanya, siapapun tidak akan
bisa memahami Al-Qur’an tanpa dengan memehami dan menguasai Hadits.
Begitu pula halnya menggunakan Hadits tanpa Al-Qur’an akan kehilangan
arah, karena Al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama yang berisi garis
besar syariat Islam.
Makalah ini akan memaparkan sedikit tentang kedudukan hadits
terhadap al-qur’an dengan melihat dalil aqli maupun naqli mengenai
keabsahannya dan memaparkan mengenai fungsi hadist terhadap Al quran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiamana kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam?
2. Apa fungsi hadits terhadap al-qur’an?

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam


Umat Islam sepakat bahwa Hadits Rasul merupakan sumber dan dasar
hukum Islam setelah Al-Qur’an, dan umat Islam diwajibkan mengikuti Hadits
sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-Qur’an.
Menurut Yusuf Qardhawi, bahwa Rasulullah merupakan sumber
hukum kedua bagi Islam setelah Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan undang-
undang yang memuat pokok-pokok dan kaidah-kaidah mendasar bagi Islam ,
yang mencakup bidang akidah, akhlak, muamalah dan adab sopan santun.
Selain itu, ia juga mengatakan, sunah (Hadits) merupakan penjelasan teoritis
dan praktis bagi Al-Qur’an. Oleh sebab itu, kita harus mengikuti dan
mengamalkan hukum-hukum dan pengarahan yang diberikan Rasulullah saw.,
menaati perintah Rasulullah adalah wajib, sebagaimana kita menaati apa yang
disampaikan oleh Al-Qur’an.1
Dengan demikian, Hadits merupakan mubayyin (penjelas) bagi Al-
Qur’an yang karenanya, siapapun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an tanpa
dengan memehami dan menguasai Hadits. Begitu pula halnya menggunakan
Hadits tanpa Al-Qur’an akan kehilangan arah, karena Al-Qur’an merupakan
dasar hukum pertama yang berisi garis besar syariat Islam. Uraian dibawah ini
paparan tentang kedudukan Hadits sebagai sumber hukum Islam dengan
melihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli.
1. Dalil Al-Qur’an
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban
mempercayai dan menerima segala yang disampaikan oleh Rasul kepada
umatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Diantara ayatnya adalah:
‫َیٰۤـ َأُّیَها ٱَّلِذ یَن َء اَم ُنۤو ۟ا َأِط یُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط یُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلی ٱَأۡلۡم ِر ِم نُك ۖۡم َفِإن َتَنٰـ َز ۡع ُتۡم ِفی‬
‫َش ۡی ء َفُر ُّد وُه ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُسوِل ِإن ُك نُتۡم ُتۡؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّلل َو ٱۡل َیۡو ِم ٱۡل َٔـاِخ ِۚر َذ ٰ ِلَك َخ ۡی ر َو َأۡح َس ُن‬
‫َتۡأ ِو یاًل‬

1
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 33

v
“Hai orang-rang yang beriman! Taatilah Allah, Rasul dan Ulil Amri
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu ,
maka kembalilah kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih baik utama dan
lebih baik akibatnya”. [QS. An-Nisa’ (4): 59]
Selain Allah SWT memerintahkan umat Islam agar percaya kepada
Rasulullah SAW, juga meneyerukan agar menaati segala bentuk
perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya, baik berupa perintah
maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh kepada Rasulullah SAW ini
sama halnya tuntutan taat kepada Allah SWT.2
‫َّم ن ُیِط ِع ٱلَّرُسوَل َفَقۡد َأَطاَع ٱَۖهَّلل َو َم ن َتَو َّلٰى َفَم ۤا َأۡر َس ۡل َنٰـَك َع َلۡی ِهۡم َح ِفیظ‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. [QS. Hayr (59): 7]
Hukum taat kepada Rasulullah sama dengan taat kepada Allah, hal ini
sebagaimana disebut dalam firman Allah (QS. An-Nisa’: 80)3
‫َّم ن ُیِط ِع ٱلَّرُسوَل َفَقۡد َأَطاَع ٱَۖهَّلل َو َم ن َتَو َّلٰى َفَم ۤا َأۡر َس ۡل َنٰـَك َع َلۡی ِهۡم َح ِفیظ‬
“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati
Allah....” [QS. An-Nisa’ (4): 80]
2. Dalil Hadits
Selain berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, kedudukan Hadits
ini dapat dilihat melalui Hadits Nabi saw., yang berkenaan dengan
keharusan menjadikan Hadits sebagai pedoman hidup disamping Al-
Qur’an sebagai pedoman utamanya. Nabi saw., bersabda:
‫ تركت فيكم أمرين لن تضلوا أبداما إن تمسكتم بهما كتب‬: ‫قال رسول هللا عليه وسلم‬
‫هللا وسنة نبيه (رواه مالك‬
“Rasulullah saw., besabda: “aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu
tidak akan tersesat selamanya, selagi kamu berpegang teguh kepada

2
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 51
3
Sohari Sahrani, Op.Cit., hlm. 34

vi
keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunah NabiNya”. (HR.
Malik)4
Dalam Hadits lain, Nabi saw., bersabda:
‫(رواه‬...‫فعليكم بسّنتي وسّنتي الخلفاء الرا شدين المهديين تمسكوا بها وعّضوا عليها‬
)‫ابن ماجا‬
“Wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
khulafaurrasyidiin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang
teguhlah kamu sekalian dengannya”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah ).
Hadist diatas menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh
kepada Hadist atau menjadikan Hadist sebagai pegangan dan pedoman
hidup itu adalah wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada Al-
Qur’an.
3. Dalil dari Ijma’
Umat Islam sepakat menjadikan Hadits sebagai salah satu dasar
hukum beramal karena sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah.
Kesepakatan ini, telah terjadi sejak Rasulullah masih hidup. Sepeninggal
beliau, masa Khulafa Al-Rasyidin dan masa selanjutnya tidak ada yang
mengingkarinya bahkan menghafal dan menyebarluaskan ke generasi
selanjutnya.
Banyak peristiwa yang menunjukkan adanya kesepakatan
menggunakan Hadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain:
a. Ketika Abu Bakar di baiat menjadi Khalifah, ia pernah berkata: “saya
tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh
Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan
perintahnya.
b. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad, ia berkata: “saya tahu engkau
adalah batu. Saendainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu,
saya tidak akan menciummu”

4
Muzier Suparta, Op.Cit., hlm. 55

vii
c. Diceritakan dari Sa’id bin Musayyab bahwa Utsman bin ‘Affan
berkata: “saya duduk seperti duduknya Rasulullah, saya makan seperti
makannya rasulullah dan saya shalat seperti shalatnya Rasulullah saw.
Masih banyak contoh yang menunjukkan apa yang disampaikan dan
diserukan niscaya diikuti umatnya. Dan begitu cara sahabat dalam menjaga
dan mempraktikkan Sunah.

4. Sesuai dengan Petunjuk Akal


Kerasulan Nabi Muhammad SAW telah di akui dan di benarkan oleh
umat islam. Maka sudah selayaknya segala peraturan dan perundang –
undangan serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan
ilham atau hasil ijtihad semata, ditempatkan sebagai sumber hukum dan
pedoman hidup. Disamping itu, secara logika kepercayaan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai rasul mengharuskan ummatnya mentaati dan
mengamalkan segala ketentuan yang beliau sampaikan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hadis merupakan salah satu
sumber hukum dan sumber ajaran islam yang menduduki urutan kedua
setelah Al-Quran.
B. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan
ajaran dalam Islam, antara satu dengan yang lainnya. Keduanya merupakan
satu kesatuan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat
ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global.
Disinilah Hadits menduduki dan menempati fungsinya sebagai sumber
ajaran Islam yang kedua. Hadits menjadi penjelas (mubayyin) isi kandungan
Al-Qur’an. Sesuai firman Allah swt., pada surat An-Nahl: 44
‫ِبٱْلَبِّيَٰن ِت َو ٱلُّز ُبِرۗ َو َأنَز ْلَنٓا ِإَلْيَك ٱلِّذْك َر ِلُتَبِّيَن ِللَّناِس َم ا ُنِّز َل ِإَلْيِهْم َو َلَع َّلُهْم َيَتَفَّك ُروَن‬
“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agr kamu mnerangkan kepada
umat manusia apa yang di turunkan kepada mereka dan supaya mereka
berfikir”. [QS. AN-Nahl(16):44]

viii
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an bagi umat manusia , agar Al-
Qur’an ini dapat dipahami oleh manusia , maka Rasul SAW di perintahkan
untuk menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada
mereka melalui Hadits-Haditsnya.
Oleh karena itu, fungsi Hadits Rasul sebagai penjelas (bayan) Al-
Qur’an itu bermacam-macam.5 Disini pemakalah akan menjelaskan empat
bayan, sebagai berikut:
1. Bayan Taqrir
Bayan Taqrir disebut juga bayan ta’kid, ada juga yang menamai bayan
Itsbat. Yang dimaksud dengan bayan ini, adalah menetapkan, memperkuat
serta memperkokoh apa yang telah diterangkan kandungan Al-Qur’an.
Seperti dalam surat Al-Baqarah: 185
‫َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم ٱلَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُه‬
“Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan,
hendaklah ia berpuasa...”. [QS. AL-Baqarah(2): 185]
Ayat di ayas di-taqrir oleh Hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar,
yang berbunyi:
‫فإذا رأيتم الهال ل فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا (رواه مسلم‬
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah , juga apabila
melihat (ru’yah) itu maka berbukalah” . (HR.Muslim)
Abu Hamadah menyebut bayan taqrir atau bayan ta’kid ini dengan
istilah bayan al- muwafiq li al-nas al kitab. Hal ini dikarenakan munculnya
hadis-hadis itu sesuai dengan nas Al-Qur’an.6
2. Bayan Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan Tafsir adalah bahwa kehadiran Hadits
berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsir terhadap ayat-ayat
AlQur’an yang masih bersifat global (mujmal), memberi persyaratan atau
batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak dan

5
Ibid; Sohari Sahrani, hlm. 38
6
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, h. 39

ix
mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih
bersifat umum.
a. Merinci ayat-ayat yang Mujmal
Mujmal ialah ayat yang ringkas atau singkat. Dari ungkapan yang
singkat ini terkandung makna yang perlu dijelaskan. Hal ini karena
belum jelas makna yang dimaksudkannya kecuali setelah ada
penjelasan. Sebagai contoh ayat tentang shalat dan zakat (QS. Al-
Baqarah: 43)
‫َو َأِقيُم و۟ا ٱلَّص َلٰو َة َو َء اُتو۟ا ٱلَّز َكٰو َة َو ٱْر َك ُعو۟ا َم َع ٱلَّٰر ِكِع يَن‬
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'.” [QS. Al-Baqarah(2): 43]

Untuk memperjelas ayat tersebut, Nabi saw., memberikan perincian


dengan sabdanya:
‫صّلوا كما رأيتموني أصّلي (رواه البخارى‬
“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku sholat” (HR. Bukhori)
b. Men-taqyid ayat-ayat yang mutlaq
Kata mutlaq artinya yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri, apa
adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah maupun sifatnya.
Men-taqyid yang mutlaq, artinya membatasi ayat-ayat yang mutlaq
dengan sifat, keadaan atau syarat-syarat tertentu. Sebagai contoh pada
surat QS. Al-Maidah: 38
‫َو ٱلَّساِرُق َو ٱلَّساِرَقُة َفٱْقَطُع ٓو ۟ا َأْيِدَيُهَم ا َج َز ٓاًۢء ِبَم ا َك َسَبا َنَٰك اًل ِّم َن ٱِهَّللۗ َو ٱُهَّلل َع ِز يٌز َحِكيٌم‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang telah apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi maha Bijaksana.” [QS. Al-Maidah(5): 38]
Ayat tersebut di-taqyid oelh Hadits riwayat Muslim:
‫أوتي رسول هللا صلى هللا عليه وسّلم بسارق فقطع يده من مفصل الكهّف‬

x
“Rasulullah SAW di datangi seseorang dengan membawa pencuri ,
maka beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.”
(H.R Muslim)
3. Bayan Tasyri’
Kata at-tasyri’ artinya pembuatan, mewujudkan atau menetapkan
hukum. Yang dimaksud bayan tasyri’ adalah mewujudkan sesuatu hukum
atau ajaran-ajran yang tidak didapati di dalam Al-Qur’an, atau dalam Al-
Qur’an hanya terdapat pokok-pokoknya saja. Banyak Hadits Nabi saw.,
termasuk kedalam kelompok ini, diantaranya tentang zakat fitrah:
‫ فرض زكاة الفطر من رمضان على الّناس‬: ‫إّن رسول هللا صلى هللا عليه وسّلم‬
‫صاعا من تمر اوصاعا من شعير على كّل حّر اوعبد ذ كر اوأنثى من المسلمين‬
“Bahwasannya Rasulullah saw., telah mewajibkan zakat fitrah pada
bulan Ramadhan satu sukat (sha’) kuram atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan. (H.R
Muslim)7
4. Bayan Nasakh
Secara bahasa, an-nasakh berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan), at-taghyir (mengubah).
Para ulama’, baik mutaqaddimin maupun muta’akhirin berbeda
pendapat dalam mendefinisikan bayan an-nasakh. Perbedaan ini terjadi
karena perbedaan diantara mereka dalam mendefinisikan kata nasakh dari
segi kebahasaan.8
Pada perbedaan ini, intinya ketentuan yang datang kemudian tersebut
menghapuskan ketentuan yang datang terdahulu, karena yang terakhir
dipandang lebih luas dan lebih cocok dengan nuansanya.
Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh para ulama’ adalah sabda
Nabi saw., dari Abu Ummah Al-Bahili,
‫إّن هللا قد أعطى كّل ذي حّق حّقه فال وصّية لوارث (رواه أحمد واألربعة إالالنسائ‬

7
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits,h. 42
8
M. Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2009) hlm. 84

xi
“ Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap prang haknya
(masing-masing). Maka, tidak ada wasiat bagi ahli waris. (H.R Ahmad
dan Al-Arba’ah, kecuali An-Nasa’i)
Hadits ini menurut mereka men-nasakh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah:
180
‫ُك ِتَب َع َلْيُك ْم ِإَذ ا َح َض َر َأَح َد ُك ُم اْلَم ْو ُت ِإن َتَر َك َخْيًرا اْلَو ِص َّيُة ِلْلَو اِلَد ْيِن َو اَأْلْقَر ِبيَن‬
‫ِباْلَم ْعُروِف ۖ َح ًّقا َع َلى اْلُم َّتِقيَن‬
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalakan harta yang banyak berwasiat
untuk bapak-ibu dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S Al-Baqarah: 180)9

BAB III
9
M. Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadits, hlm . 86

xii
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Antara Hadist dan Al-Qur’an memiliki pertalian dan hubungan yang
sangat erat sekali, karenanya satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan Hadits
merupakan mubayyin atau penjelas dari Al-Qur’an
Secara ‘aqli maupun secara naqli, maka kedudukan hadist terhadap
Al-Qur’an adalah bahwa Hadist merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an.
Hadits berfungsi sebagai bayan at-tafsir, bayan at-taqrir,bayan an-naskh, dan
bayan at-tasyri’ yang merupakan penjelasan dan penafsiran Al-Qur’an.
Kewajiban untuk mengamalkan keduanya, bukan saja karena perintah
Al-Qur’an dan Hadits, tapi merupakan kebutuhan umat Islam kepadanya
sangat besar, yaitu pedoman hidup dan pedoman untuk beramal.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta kritik yang
membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

xiii
Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2009. Ulumul Hadits. Bandung: CV.
Pustaka Setia

Suparta, Munzier. 2002. Ilmu Hadits. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sahrani, Sohari. 2011. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia

xiv

Anda mungkin juga menyukai