Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELAKSANAAN SHALAT DALAM SITUASI PERJALANAN

Disusun Oleh:

Nama : Alya Eka Yatri

Nim : 20700120079

Kelas : C Pendidikan Matematika

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini bisa tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang sudah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembacanya. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini si pembaca mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari–hari.

Saya sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini,


karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu saya begitu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 9 Juni 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................3


B. Rumusan Masalah........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

A. Pengertian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar.................................................5


B. Syarat-syarat Shalat Jama’ dan Shalat Qashar ............................................7
C. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Shalat Qashar..............................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Shalat merupakan ma’lum min al din bi al dharurah (bagian dari urusan
agama yang difahami urgensitasnya). Shalat adalah kewajiban dalam Islam
yang paling utama dan menjadi pilar agama yang paling agung, agama tidak
akan tertegak tanpanya. 1Shalat merupakan rutinitas ibadah yang tetap saja
dilakukan dalam kondisi apa pun, apakah itu dalam kondisi sehat atau pun
sakit, ketika menetap di suatu tempat maupun ketika dalam perjalanan. Islam
memandang shalat sebagai tiang agama yang dapat membuktikan keislaman
seseorang dan untuk mengukur sejauh mana keimanannya.
Selain shalat fardhu, upaya taqarrub juga dapat dilanjutkan dengan
shalat-shalat nawafil atau shalat-shalat yang disunnahkan untuk meraih
fadhilat-fadhilat tertentu. Kewajiban shalat sudah sangat jelas sumbernya dari
al-Quran dan al-Sunnah serta Ijma’, tiada satu pun kaum muslimin yang
menyelisihi tentang kewajiban shalat yang difardhukan atas mereka lima
waktu sehari semalam. 2Menafikan kewajiban tersebut atau meremehkannya
berimplikasi berat sehingga dapat dihukumi murtad. Maka tidak ada kondisi
apapun yang mengizinkan seorang muslim untuk meninggalkan shalat.
Dinamika kehidupan manusia selalu bergelut dengan beragam peristiwa
yang melingkupinya. Adakalanya senang, susah, gembira, sedih, aman, takut,
tenang, khawatir dan seterusnya. Perbedaan sifat yang demikian itu sudah
merupakan sunatullah (alamiah), sehingga tak dapat terelakkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai agama yang membawa misi kemaslahatan
universal (Rahmatan li al-‘Alamin), Islam tidak melepaskan perhatiannya
padaunsur-unsur kesulitan yang dialami umatnya. Islam memberikan
apresiasi besar pada kesulitan yang dihadapi kaum muslimin dengan
memberikan keringanan hukum pada obyek hukum yang dinilai sulit.3
1
Ali Abu al-Bashal, Al-Rukhasu fi al-Shalah, Alih bahasa, Imtihan al-Syafi’i, (Solo:
Aqwam, 2013), Cet.1, h. 10
2
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtashid, alih bahasa oleh Imam
Ghazali Said dan Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), cet. Ke-3, h. 192
3
Abdul Haq, Ahmad Mubarok dan Agus Rauf, Formulasi Nalar Fiqh (Telaah Kaidah
Fiqh Konseptual), (Surabaya: Khalista, 2009), cet. Ke-5, jilid 1, h.173

3
Dalam kondisi tertentu shalat tidak dapat didirikan secara normal
karena ada halangan yang menyebabkan ianya tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana kondisi normal. Orang yang sakit sehingga tidak mampu berdiri,
maka shalat dalam kondisi duduk adalah sebuah rukhshah4, begitu juga
dengan mereka yang dalam kondisi safar, terdapat ketentuan untuk
memendekkan, menghimpun ( jama’) shalat dan berbuka jika berpuasa.
Selama berpergian, orang Islam disyariatkan dan diperbolehkan untuk
mengqashar shalat, hal ini ditetapkan berdasarkan dalil al-Quran, sunnah dan
ijma’. Adapun ketetapan dari al-Quran antara lain firman Allah SWT dalam
surat al-Nisa’(4) : 101:
‫صرُوْ ا ِمنَ الص َّٰلو ِة ۖ ِا ْن ِخ ْفتُ ْم اَ ْن يَّ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ۗا اِ َّن‬
ُ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ ْن تَ ْق‬
َ ‫ض فَلَي‬ ِ ْ‫ض َر ْبتُ ْم فِى ااْل َر‬ َ ‫َواِ َذا‬
‫ْال ٰكفِ ِر ْينَ َكانُوْ ا لَ ُك ْم َع ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬
Artinya : Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu
meng-qasar salat, jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud shalat jama’ dan shalat qashar?
2. Apakah syarat-syarat shalat jama’ dan shalat qashar?
3. Bagaimana tata cara pelaksanaan shalat jama’ dan shalat qashar?

Yang dimaksudkan rukshahdalahkemudahan atau keizinan yang diberikan syara’bagi


4

mukallaf yang mengalami kesulitan atau keudzuran dalammelaksanakan suatu kewajiban. Lihat
buku: Hafidz Abdurrahman, Ushul Fiqh, (Bogor: Al-Azhar Press, 2012), cet. ke-2, h. 74.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


1. Shalat Jama’
Shalat jama’adalah mengumpulkan shalat Dzuhur dan shalat Ashar
atau shalat Maghrib dan shalat Isya’ di waktu shalat yang pertama yang
disebut jama’ taqdim atau di waktu shalat kedua yang disebut jama’
ta’khir.5
Pada prinsipnya dalam situasi dan kondisi yang normal, shalat
wajib harus dikerjakan sesuai dengan waktunya yang sudah ditentukan.
Akan tetapi apabila dalam keadaan bepergian (musafir) yang jauhnya
antara kurang lebih 81 Km, atau dalam keadaan masyaqqat, boleh
dilakukan dengan cara jama’.6
Hukum melaksanakan jama’ adalah boleh. Sebagaimana seseorang
yang melakukan jama’ bila shalat sendirian dan tidak jama’ bila shalat
berjamaah. Namun lebih utama tidak melakukan jama’.7
Menurut Yusuf Qaradhawi, sesungguhnya kebolehan menjama’ itu
jarang dan kemungkinannya sangat kecil, ha nya dalam rangka
menghilangkan “masyaqqat” serta kesulitan yang kadang-kadang
dihadapi manusia. 8Jama’ terbagi menjadi dua:
a. Jama’ Taqdim
Ialah penggabungan shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang
pertama, misalnya shalat Dzuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada
saat waktu shalat Dzuhur.
b.  Jama’ Takhir
Shalat jamak yang dilaksanakan pada waktu shalat yang terakhir,
misalnya shalat Dzuhur dengan shalat Ashar dilaksanakan pada saat
waktu shalat Ashar.

5
Tim kajian Ahla Shuffah, Kamus Fiqh, (Kediri: Lirboyo Press, 2014), hal. 166.
6
Rustam Dyah, Fikih Ibadah Kontemporer, (Semarang: CV. Karya Abadi, 2015), hal. 46.
7
Tim kajian Ahla Shuffah, Kamus Fiqh, (Kediri: Lirboyo Press, 2014), hal. 166.
8
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid I, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal.
328.

5
2. Shalat Qashar
Shalat Qashar adalah melaksanakan shalat Dzuhur, Ashar atau
Isya’ dengan dua rakaat oleh seorang musafir.9
Para Imam telah sepakat bahwa musafir boleh meng-qashar shalat
yang empat rakaat menjadi dua rakaat. Namun, mereka berbeda pendapat
tentang apakah qashar shalat itu merupakan rukhsah (keringanan) atau
‘azimah (ketetapan mutlak). 10Selain itu, ulama’ berbeda pendapat dalam
beberapa hal yaitu: Mengqashar shalat dan hukumnya, Jarak tempuh
perjalanan yang membolehkan qashar, Jenis perjalanan yang
membolehkan qashar, Tempat dibolehkannya qashar, Batas perjalanan
dan kebolehan qashar.11
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qashar itu wajib ‘ain atas
tiap-tiap musafir. Maka fardhunya hanya 2 rakaat saja, sehingga apabila ia
berniat 4 rakaat dan tidak duduk sesudah 2 rakaat pertama, batallah
shalatnya, karena ia meninggalkan fardhu duduk terakhir. Dan apabila ia
duduk sesudah dua rakaat pertama, shalat fardlunya dan dua rakaat yang
akhir dihitung sunat. Dan itu juga madzhab Hadawiyyah. Berkata al-
Khaththaby dalam: ma’alimu ‘s-Sunan:
“Madzhab kebanyakan mala salaf dan fuqoha beberapa kota,
qashar shalat dalam perjalanan adalah wajib. Dan itu pendapat ‘Ali,
‘Umar, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, dan pendapat ‘Umar bin Abd. ‘Aziz,
Qataadan, dan al-Hasan”
Tiga Imam (Malik, Syafi’i, dan Ahmad Ibnu Hanbal) berpendapat
bahwa qashar bukan wajib ‘ain, melainkan hanya rukhsah (dispensasi),
maka si mukallaf dapat memilih tentang menggugurkan fardhu itu antara
‘azimah menyempurnakan 4 rakaat dan rukhshah qashar. Tetapi mereka
berbeda pendapat mengenai hukum rukhshah ini:

9
Tim kajian Ahla Shuffah, Kamus Fiqh, (Kediri: Lirboyo Press, 2014), hal. 164.
10
Syaikh al-Alamah Muhammad bin ‘Abdurrahman da-Dimasyiqi, Fikih Empat
Madzhab, (Bandung: Hasyimi, 2015) hal. 85.
11
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz.I ( Terj. MA Abdurahman & A.Haris Abdullah ),
(Semarang: CV as Syifa’, , 1990), hal. 350.

6
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa qashar sunat muakkad yang
kalau ditinggalkan dengan sengaja wajib i’adah dalam waktunya, dan
ketinggalan karena lupa wajib sujud sahwi.
Berkata ulama Hanabilah, bahwa qashar itu lebih utama dan tidak
makruh dengan ‘azimah. Dan itulah yang masyhur dari mazhab Syafi’i
apabila perjalanan itu 3 hari. Jika perjalanan kurang dari 3 hari, maka
menyempurnakan adalah lebih utama . kata mereka: itu untuk keluar dari
ikhtilaf Abu Hanifah dan orang-orang yang sependapat dengannya.12
Kaitannya dengan hal di atas dalam hal perjalanan dan kebolehan
mengqashar Imam Syafi’i dan Imam Malik berpendapat bahwa jika
seseorang berniat hendak bermukim lebih dari empat hari maka haurus
mencukupkan shalat dan kalau kurang dari 4 harimaka boleh mengqashar
shalat13. Kata Imam Abu Hanifah, tidak boleh qashar kalau Safar itu
kurang dari 3 marhalah, yakni perjalanan 24 farsakh.14

B. Syarat-syarat Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


1. Shalat Jama’
Tidak setiap perjalanan umat muslim dapat memberlakukan
shalat jamak. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
seseorang diperbolehkan melakukan shalat jama’, antara lain:
a. Bukan merupakan perjalanan untuk hal yang maksiat.
b. Ada minimal jarak yang ditempuh yaitu saat mencapai farsakh (5
km hingga 80 km) atau menurut beberapa pendapat ulama adalah
80,640 km.
c. Lakukan pada saat masih berada dalam perjalanan.
d. Melakukan setelah keluar dari batas desa.
2. Shalat Qashar
a. Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau
perjalanan sehari semalam).

12
Syaikh Muhammad Syaltout, Muqaranatul Madzahib Fii Fiqhi,alih bahasa: Ismuha,
Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqh, (Jakarta: Bintang Buan, 1973), hal. 63-64.
13
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Juz I, (Beirut: Darul Kutub al’ arobi, tt), hal 287.
14
Teungku Muhammad Hasbi sah-Shiddiqie, Hukum-hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar
Madzhab.(Semarang: Pustaka Rizki Putera, 2001), Hal. 87.

7
b. Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran
yang didasari niat mengerja maksiat ).
c. Mengetahui hukum kebolehan qasar.
d. Niat qasar ketika takbiratulihram.
e. Sholat yang diqasar adalah shalat rubaiyah (tidak kurang dari
empat rakaat).
f. Perjalanan terus menerus sampai selesai sholat tersebut.
g. Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (sholat yang tidak
diqasar) dalam sebagian sholat nya.

C. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Shalat Qashar


1. Shalat Jama’
Ada dua kategori shalat jamak, yaitu jamak taqdim dan jamak
takhir. Jamak taqdim dilakukan di waktu awal shalat fardhu,
sedangkan jamak takhir dilakukan di waktu shalat yang terakhir.
Kedua shalat jamak tersebut memiliki tata cara pelaksanaan
shalat yang sama, yang membedakan hanya waktunya saja. Untuk
lebih memahaminya, simak penjelasan tata cara shalat jamak berikut
ini.
a. Tata Cara Shalat Jamak Taqdim
1) Dzuhur dan Ashar
Diawali dengan membaca niat jamak taqdim Dzuhur dan
Ashar, yaitu: Ushollii fardlozh dzuhri arbaa rakaaatin
majmuuan maal ashri adaa-an lillaahi taaalaa.
Artinya: Aku sengaja sholat fardu Dzuhur 4 rakaat yang
dijamak dengan Ashar, fardu karena Allah Taaala.
Kemudian setelah selesai sholat Dzuhur, langsung dilanjut
sholat Ashar dengan bacaan niat:
Ushollii fardlozh ashri arbaa rakaaatin majmuuan maal
dzuhri adaa-an lillaahi taaalaa.
Artinya: Aku berniat sholat Ashar 4 rakaat dijamak dengan
Dzuhur, fardu karena Allah Taaala.

8
2) Maghrib dan Isya
Diawali dengan membaca niat jamak taqdim Maghrib dan
Isya, yaitu:
Ushollii fardlozh maghribi tsalaatsa rakaaatin majmuuan
maal isyaai jama taqdiimin adaa-an lillaahi taaalaa.
Artinya: Aku sengaja sholat fardu Maghrib 3 rakaat yang
dijamak dengan Isya, dengan jamak taqdim fardu karena
Allah Taaala.
Kemudian langsung dilanjut sholat Isya dengan bacaan niat:
Ushollii fardlozh isyaai arbaa rakaaatin majmuuan maal
maghiribi jama taqdiimin adaa-an lillaahi taaalaa.
Artinya: Aku berniat sholat Isya empat rakaat dijamak
dengan Magrib, dengan jama taqdim fardu karena Allah
Taaala
b. Tata Cara Shalat Jamak Takhir
1) Dzuhur dan Ashar
Membaca niat shalat jamak takhir Dzuhur dan Ashar, yaitu:
Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an
ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa.
Artinya: Aku sengaja sholat fardu Dzuhur 4 rakaat yang
dijamak dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.
Setelah selesai sholat Dzuhur dilanjut sholat Ashar dengan
bacaan niat:
Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an
ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi ta’aalaa.
Artinya: Aku sengaja sholat fardu Ashar 4 rakaat yang
dijamak dengan Dzuhur, fardu karena Allah Ta’aala
2) Maghrib dan Isya
Membaca niat sholat jamak Maghrib dan Isya, yaitu:
Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin
majmuu’an ma’al ‘isyaa’i Jam’a ta-khiirinin adaa-an
lillaahi ta’aalaa.

9
Artinya: Aku sengaja sholat fardu Maghrib tiga rakaat yang
dijamak dengan Isya, dengan jamak takhir fardu karena
Allah Ta’aala.
Setelah selesai sholat Maghrib dilanjut sholat Isya dengan
bacaan niat:
Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an
ma’al magribi Jam’a ta-khiirinin adaa-an lillaahi
ta’aalaa.
Artinya: Aku berniat sholat Isya empat rakaat yang dijamak
dengan Magrib, dengan jamak takhir fardu karena Allah
Ta’aala.
2. Shalat Qashar
Membaca niat shalat jama’ Dzuhur
Usholli fardhol dhuhri rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala.
Artinya: Aku niat salat fardu dzuhur 2 rakaat qashar, karena Allah
Ta'aala.
Niat shalat qashar Ashar
Usholli fardhol ashri rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala.
Artinya: Aku niat salat fardu Ashar 2 rakaat qashar, karena Allah
Ta'aala.
Niat shalat qashar ‘Isya
Usholli fardhol isya'i rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala.
Artinya: Aku niat salat fardu Isya 2 rakaat qashar, karena Allah
Ta'aala.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat jama’ dan qashar adalah keringanan (rukhsah) yang diberikan
Allah kepada hambanya, yang harus diterima oleh umat muslim sebagai
shodaqah dari Allah SWT. Shalat yang dapat di jama’ adalah semua shalat
fardhu kecuali sholat subuh.Dan shalat yang dapat di qashar adalah semua
shalat fardhu yang empat rakaat yaitu shalat isya’, dhuhur dan ashar.

B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang kita harapkan. Maka dari itu, kami butuh kritikan dan
saran dari ibu dosen pembimbing dan teman-teman yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaannya kedepan

11
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/7227/2/BAB%20I.pdf

http://pustakamadzhab.blogspot.com/2017/03/makalah-shalat-jama-dan-shalat-
qashar.html

https://galamedia.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-35724398/ini-syarat-sholat-
jamak-dan-qashar-dalam-kitab-fikih-safinatun-naja

https://kumparan.com/berita-hari-ini/shalat-jamak-syarat-lengkap-dan-tata-
caranya-1v5i0TwFlMC/full

https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-salat-jamak-dan-qashar-sesuai-
syariat-islam-serta-syarat-diperbolehkannya-kln.html?page=all

12

Anda mungkin juga menyukai