Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MAKALAH MASALLUL FIQHIYAH


‘’PEMBEDAHAN MAYAT’’

OLEH Kelompok 8
Ade Memeng tri Putri (1911111012)
Muhamad Kasim (1911111024)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHMMADIYAH KUPANG
2022

1
KATA PENGANTAR

              Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
mempunyai tujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat
tentang Bedah Mayat .
              Dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada
Dr.Iskandar,M.Sy. yang telah memberikan kesempatan untuk membuka
kembali wawasan tentang ilmu agama  dan tak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada teman – teman yang telah mendukung menyumbangkan pikiran dan
tenaganya dalam menyelesaikan makalah ini.
              Demikianlah atas kekurangannya dalam tugas ini. Saya mohon maaf
dan saya juga dengan terbuka menerima setiap kritik dan saran yang
membangun dari berbagi pihak supaya isi dalam makalah semakin bermutu.
Dan semoga makalah bermanfaat bagi pembaca khususnya pada mata kuliah
agama.

                                                                                     Kupang.10 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB  I PENDAHULUAN............................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Tujuan..................................................................................................4
BAB 11 PEMBAHASAN..............................................................................5
A. Pengertian Bedah Mayat.......................................................................5
B. Tujuan Bedah Mayat.............................................................................6
C. Macam- Macam Bedah Mayat..............................................................10
D. . Hukum Bedah Mayat............................................................................11
E. Pendapat para ulama tentang bedah mayat...........................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................17

3
BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
  Sering terjadi dengan yang namanya otopsi atau bedah mayat. Biasanya
mayat yang mati karena kasus atau pembunuhan atau juga kecelakaan
yang sering terjadi. Hukumnya dalam islam masih di perdebatkan para
ulama. Sebenarnya apa sih tujuannya. Dan kalau memang untuk
kepentingan negara terus bagai mana dengan mayatnya. Padahal
namanya orang mati itu sakitnya luar biasa. Apalagi sampai di otopsi
atau di bedah bedah.
 Pada makalah akan sedikit menjelaskan tentang bagaimana hukumnya
membedah (mengotopsi) seseorang yang telah meninggal dunia. Karena
manusia harus dihargai walaupun sudah meninggal sekalipun. Karena
biasanya sesudah terjadi suatu peristiwa baru dipikirkan pemecahannya
dan menetapkan hukumnya.
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, diharapkan mahasiswa mengetahui
dan mengerti tentang apa itu bedah mayat.

4
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bedah Mayat
Secara etimologi bedah mayat adalah pengobatan dengan jalan memotong
bagian tubuh seseorang. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Al-
Jirahah yang berarti melukai, mengiris, atau operasi pembedahan.
Sedangkan secara terminologi bedah mayat adalah suatu penyelidikan
atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat organ tubuh dan
susunannya pada bagian dalam. Setelah dilakukan pembedahan atau
pelukaan, dengan tujuan menentukan sebab kematian seseorang, baik
untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab misteri suatu
tindak kriminal
Bedah mayat atau yang sering dikenal dengan sebutan otopsi berasal dari
kata oto dan opsis. Pengertian otopsi ialah suatu pemeriksaan
terhadap tubuh mayat untuk kepentingan tertentu, meliputi pemeriksaan
bagian luar dan bagian dalam dengan menggunakan cara-cara yang dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah oleh ahli yang berkompetensi.1


Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah jirahah atau Amaliyah bil al
jirahah yang berarti melukai, mengiris atau operasi pembedahan.2
Bedah mayat oleh dokter Arab dikenal dengan istilah at-tashrih jistul
al-mauta. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah autopsy yang
berarti pemeriksaan terhadap jasad orang yang mati untuk mencari sebab-
sebab kematiannya.3 Kepentingan tertentu dalam proses otopsi ini bukan
hanya digunakan untuk dunia ilmu kedokteran saja tetapi juga untuk
kepentingan hukum dalam proses pembuktian suatu perkara.

1
Iwan Aflanie,Nila Nirmalasari,dan Hendry Muhammad,Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal (cet
1,Jakarta :Rajawalu Pers) hlm 243.
2
Imam al-suyuti,al asybahwa al Nazhair fi Qawaid wa furu fiqh al-syafi’I tahqiq oleh Muhammad Hasan ismail
al- syafi’i.hlm 54.
3
Kamal Mahmud Bedah Mayat dan segi hukum islam,(Jakarta : Pustaka panjimas) hlm 12.

5
Menurut peneliti otopsi merupakan cara untuk membuktikan atau
mengungkapkan kasus untuk mendapatkan kebenaran yang
sesungguhnya.Yang perlu ditekankan bahwa forensik adalah cara untuk
mendapatkan alat bukti bantu untuk mendapatkan bukti dari suatu tindak
pidana.
Bedah mayat dalam bahasa arab disebut ‫ث ْال َموْ تَى‬
ِ َ‫تَ ْش ِر ْي ُح ُجث‬. Bedah mayat
adalah suatu upaya tim dokter ahli untuk membedah mayat, karena ada
suatu maksud atau kepentingan tertentu. Jadi, bedah mayat tidak boleh
dilakukan oleh sembarang orang, walaupun hanya sekedar mengambil
barang dari tubuh ( perut) mayat itu. Sebab, manusia harus dihargai
kendatipun ia sudah menjadi mayat. Apalagi yang ada hubungannya
dengan ilmu pengetahuan dan penegakkan keadilan4
B. Tujuan Bedah Mayat
1. Untuk menyelamatkan janin yang masih hidup dalam Rahim mayat
Pada prinsipnya ajaran islam memberikan tuntutan pada umatnya,
agar selalu berijtihad dalam suatu hal yang tidak ada ditemukan
nash nya  dengan memberikan pedoman dasar dalam Al-qur’an
yang artinya:“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia Telah memilih kamu dan dia sekali-
kali tidak menjadikan untuk kamu kesempitan dalam agama.”
(Qs.Al-haj: 78)
Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi manusia, harus
menggunakan akal pikiran yang disebut dengan ijtihad dalam
islam, yang hasilnya untuk kemaslahatan umat dengan ketentuan,
bahwa kemaslahatan umum lebih diutamakan dari pada
kemaslahatan perorangan. Demikian juga halnya kemaslahatan

4
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-haditsah: Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm. 152

6
orang hidup lebih diutamakan dari pada orang mati. Dalam hal ini
berati janin perlu diselamtkan.
2. Untuk mengeluarkan benda yang berharga dari tubuh mayat
Dalam kehidupan sehari-hari bisa saja terjadi, bahwa seseorang
menelan permata orang lain, apakah karena alasan ingin
menghilangkan jejak barang curian, atau karena alasan lainnya dan
sesudah itu dia pun meninggal (kebetulan). Kemudian pemilik
barang tersebut menuntut agar barang permata tersebut dapat
dikembalikan kepadanya. Untuk mengeluarkan benda tersebut
tentu harus membedahnya. Ada suatu hal yang sepantasnya
menjadi pertimbangan si pemilik barang, yaitu tentang nilai barang
yang ditelan orang itu. Mungkinkah dapat dimaafkan, atau diminta
pengganti yang senilai barang itu. walaupun hukum membenarkan,
tetapi hendaknya ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
amat erat hubungannya dengan kemanusiaan dan kepribadian
( pribadi muslim).
3. Untuk kepentingan penegakkan hukum
Dalam suatu Negara, diperlukan tegaknya hukum yang seadil-
adilnya untuk digunakan mengatur umat. Dalam hal ini penegak
hukumlah yang lebih bertanggung jawab untuk menegakkan
hukum dengan disertai kesadaran seluruh warga Negara tersebut.
Untuk penegakkan hukum yang adil menurut islam, tentu
diserahkan kepada ahli nya agar para ahli dapat menerapkannya
dengan cara yang adil dan benar, sebagaimana firman Allah yang
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil.” ( QS.an-Nisa’: 58)

7
Biasanya bedah mayat dilakukan bila kematian seseorang
diragukan, apakah karena diracun, atau sengaja minum racun atau
pembunuhan yang dilakukan dengan cara lain. Bahkan bila ada
keanehan dan kecurigaan, mayat yang sudah dikubur kan pun
digali kembali.
Penghormatan terhadap si mayat memang perlu dijaga, tetapi
penegakkan hukum lebih penting lagi, karena menyangkut nasib
seseorang yang akan dijatuhi hukuman berat atau ringan.
4. Untuk kepentingan penelitian ilmu kedokteran
Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan
disegala bidang kehidupan. Oleh karena itu, kita tidak heran bila
para sarjana muslim di abad pertengahan telah menemukan
berbagai macam ilmu pengetahuan dengan melalui karya-karyanya
dibidang Filsafat, Fisika, Biologi, Ilmu Kedokteran, Ilmu
Kesenian, Matematika, Astronomi dan sebagainya.
Bertepatan dengan zaman kegelapan yang melanda benua Eropa
pada waktu itu, maka bangkitlah pemikir-pemikir Muslim yang
terkemuka yang mengagurnkan pecinta ilmu pengetahuan di
Negara Barat, antara lain:  Al-kindy, Al-farabi, Ibnu Sina, Ibnu
Rushdy, Ibnu Bajah, Al-Jabir, Al-Khawarizmi, Ar-Razy, Al-
Masudy, Al-Wafa, Al-Biruni, dan Umar Hayyan.
Pemikir tersebut inilah yang mula-mula membuka tabir untuk
menerangi seluruh penjuru dunia dengan membawa penemuan-
penemuannya diberbagai cabang ilmu pengetahuan. Namun
demikian, umat islam di abad sesudahnya megalami kemunduran,
sedangkan bangsa-bangsa barat bangkit mempelajari ilmu-ilmu
yang telah dirintis oleh sarjana Muslim, yang akhirnya membawa
mereka kepada kemajuan di segala bidang kehidupan.

8
Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang relevansinya dengan
pembedahan mayat  yaitu ilmu Anatomi, yang sebenarnya dasar-
dasar nya sudah ada dalam Al-qur’an sejak 14 abad yang lalu. Dan
konsep inilah yang dikembangkan oleh sarjana muslim di abad
pertengahan hingga dipelajari oleh bangsa barat  lewat penelitian
ilmiah. Konsep tersebut dalam Alqur’an dijelaskan Artinya :“Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan.” (QS. Az-Zumar:6)
Adapun ada tiga kegelapan yang dimaksud dalam ayat tersebut
diatas adalah: kegelapan dalam perut, kegelapan dalam Rahim dan
kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam Rahim. Di
masa lalu dengan tafsiran perut, Rahim dan tulang belakang. Tetapi
setelah ilmu pengetahuan  mengalami kemajuan, maka sebenarnya
yang dimaksud dengan  kalimat tersebut adalah chorion, amnion,
dan dinding uterus.
Ketiga bagian dalam tubuh tersebut telah dipelajari oleh ahli
Anatomi, yang sebenarnya konsepsinya sudah ada sejak lahirnya
agama islam dibumi ini. Oleh karena orang islam tidak
mengembangkan konsepsi tersebut  karena menganggapnya sudah
cukup karena bersumber dari Tuhan, maka kemudian orang Barat
yang mengembangkannya dengan mengambil pedoman dari hasil
studi mereka, melalui karya-karya sarjana muslim  tersebut di
muka. Berarti orang Barat tidak langsung mempelajarinya lewat
Al-quran, tetapi melalui tulisan-tulisan pemikir muslim yang hidup
di abad pertengahan.

9
C. Macam- Macam Bedah Mayat
Dalam dunia kedokteran,dikenal 3 macam otopsi,yakniL:
1. Otopsi Anatomi,adalah atopsi yang dilakukan untuk kepentingan
pendidikan yaitu dengan mempelajari susunan tubuh manusia yang
normal.Bahan yang dipakai ialah mayat yang dikirim kerumah
sakit yang telah disimpan selama 2x24 jam dilabolatorium ilmu
kedokteran kehakiman.Setelah diawetkan dilabolatorium
anatomi,mayat yang disimpan sekurang-kurangnya satu sebelum
digunakan untuk praktikum anatomi.Hal ini terdapat dalam pasal
935 KUHperdata.
2. Otopsi Klinik, adalah otopsi yang dilakukan terhadap

jenazah darfi penderita penyakit yang dirawat dan

kemudian meninggal dunia di rumah sakit. Pada autpsi

klinik, diperlukan surat pengantar visum dari pihak

kepolisian (penyidik) dengan persetujuan anggota

keluarga. Keluarga yang berhak memberikan ijin

menurut undang-undang yaitu,istri/suami, kedua orang

tua kandung, anak yang telah dewasa.

3. Otopsi forensik ialah yang dilakukan untuk

kepentingan peradilan,yaitu membantu penegakan

hukum dalam rangka menemukan kebenaran materil.

10
D. Hukum Bedah Mayat
Tujuan bedah mayat yang telah dikemukakan diatas, perlu dikaitkan
dengan hukum islam, agar orang yang akan melaksanakannya  tidak
merasa ragu-ragu dan dianggap bertentangan dengan ajaran agama.
a. Menyelamatkan janin
Seorang wanita hamil, yang meninggal dunia, tidak boleh
dikuburkan sebelum jelas betul atau sebelum terbukti, bahwa
bayi yang dikandungnya itu juga meninggal, berdasarkan
keterangan bidan atau dokter ahli. Hal ini dilakukan terhadap
janin yang sudah berumur tujuh bulan atau lebih.
Dalam hal ini, islam membolehkan membedah mayat yang
didalam rahimnya terdapat janin yang masih hidup. Urusan
tersebut diserahkan kepada dokter ahli untuk
melaksanakannya, dan merawat janin yang diselamatkan itu.
Bahkan ada pendapat yang mengatakan, wajib hukumnya
membedah mayat, bila diperkirakan dokter, janinnya masih
hidup.
b. Mengeluarkan benda yang berharga dari perut mayat
Bedah mayat ini dilakukan, bila pemilik barang mengajukan
tuntutan, agar barangnya yang telah ditelan itu harus
dikembalikan. Bedah mayat dalam soal ini wajib dilakukan,
karena menyangkut dengan hak milik orang lain yang dapat
menganggu mayat dialam kubur dan hari pengadilan kelak
pada hari berbangkit.
Bedah mayat wajib hukumnya, bila dalam perutnya ada batu
permata (barang berharga) milik orang lain. Hal ini berarti,
tidak wajib mayat itu dibedah, bila yang ada dalam perutnya
itu miliknya sendiri dan dianggap sudah hancur atau habis
dan tidak ada lagi hubungannnya dengan hak ahli waris. Para

11
ahli waris, cukup melihat kepada peninggalan yang ada,
disamping perlu menghormati si mayat.5
c. Menegakkan kepentingan hukum
Peralatan modern kadang-kadang sulit juga membuktikan
sebab-sebab kematian seseorang dengan hanya penyelidikan
dari luar tubuh mayat. Kesulitan tersebut, cukup menjadi
alasan untuk membolehkan membedah mayat sebagai bahan
penyelidikan, karena sangat diperlukan dalam penegakan
hukum, dan sesuai dengan kaidah fiqhiyah:
Artinya: “ Tidak haram bila darurat dan tidak makruh karena
hajat.”
Juga berpegang kepada kaidah
Artinya:“Hajat menempati kedudukan darurat, baik hajat
( yang bersifat) umum maupun hajat khusus (perorangan).”
Kalau penegak hukum tidak mau mengusut kejahatan,
karena yang dianiaya sudah meninggal dunia, lalu takut
mengadakan pengusutan dengan cara  pembedahan mayat,
maka berarti dia memberi jalan kepada penjahat untuk tidak
takut beraksi. Hukum harus ditegakan, meskipun melalui
pembedahan mayat dan pembongkaran kuburan untuk
mencapai keadilan.
d. Memperhatikan kepentingan pendidikan dan keilmuan
Diantara ilmu dasar dalam pendidikan kedokteran adalah
ilmu tentang susunan tubuh manusia yang disebut anatomi.
Untuk membuktikan teori-teori dalam ilmu kedokteran
tersebut tentu dengan jalan praktek langsung terhadap
manusia. Otopsi menurut teori kedokteran atau bedah mayat,

5
M.Ali Hasan,Masail Fiqhiyah Al-Haditsah :Masalah –masalah hukum islam (Jakarta : Pt Raja grafindo
persada,2003)hlm 155-156)

12
merupakan syarat  yang amat penting bagi seorang calon
dokter, dalam memanfaatkan ilmunya kelak.
Sekiranya mayat itu memang diperlukan sebagai sarana
penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran, maka
menurut hukum islam, hal ini dibolehkan, karena
pengembangan ilmu kedokteran bertujuan untuk
mensejahterakan umat manusia.6
Hukum  bedah mayat dengan tujuan anatomis dan klinis
dapat berpedoman kepada hadits Rasulullah SAW yang
menganjurkan untuk berobat, karena setiap penyakit ada
obatnya. ( HR. Abu Daud dari Abu Darda). Hadits ini juga
mengandung anjuran untuk mengembangkan ilmu
kesehatan, seperti bedah mayat untuk mengantisipasi
penyakit yang belum ditemukan obat nya pada saat itu.
Sedangkan bedah mayat dengan tujuan forensik merupakan
salah satu upaya memetapkan hukum secara adil adalah
wajib hukumnya
E. Pendapat para ulama tentang bedah mayat
Dalam menetukan hukum bedah mayat , tidak sama pendapat para ulama:
a) Imam Ahmad bin hambali
Seorang yang sedang hamil dan kemudian dia meninggal dunia,
maka perutnya tidak perlu dibedah, kecuali sudah diyakini benar,
bahwa janin itu masih  hidup.
b) Imam syafi’i
Jika seorang hamil, kemudian dia meniggal dunia dan ternyata
janinnya masih hidup, maka perutnya boleh dibedah untuk
mengeluarkan janinnya. Begitu juga hukumnya, kalau dalam perut
si mayat itu ada barang  yang berharga.
6
Ibid.hlm157-158

13
c) Imam malik
Seorang yang meninggal dunia dan didalam perutnya ada barang
yang berharga, maka mayat itu harus dibedah, baik barang itu
milik sendiri maupun milik orang lain. Tetapi tidak perlu (tidak
boleh dibedah) , kalau hanya untuk mengeluarkan janin yang
diperkirakan masih hidup.
d) Imam hanafi
Seandainya diperkirakan janin masih hidup, maka perutnya  wajib 
dibedah untuk mengeluarkan  janin itu.
e)  Fatwa MUI Tentang Bedah Mayat
Fatwa MUI no 6 Tahun 2009 tentang Otopsi Jenazah, pada
dasarnya mengharamkan otopsi (otopsi forensik dan otopsi klinis),
tapi kemudian membolehkan asalkan ada kebutuhan pihak
berwenang dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam fatwa MUI tersebut pada “Ketentuan Hukum” nomor 1
disebutkan,”Pada dasarnya setiap jenazah harus dipenuhi hak-
haknya, dihormati, keberadaannya dan tidak boleh dirusak.” Ini
artinya, menurut MUI hukum asal otopsi adalah haram.
Kemudian pada “Ketentuan Hukum” nomor 2 pada Fatwa MUI
tersebut disebutkan, “Otopsi jenazah dibolehkan jika ada
kebutuhan yang ditetapkan oleh pihak yang punya kewenangan
untuk itu.” Ini berarti hukum asal otopsi tersebut dikecualikan,
yaitu otopsi yang asalnya haram kemudian dibolehkan asalkan ada
kebutuhan dari pihak berwenang.
Kebolehan otopsi tersebut menurut MUI harus memenuhi 4
(empat) syarat. Dalam “Ketentuan Hukum” nomor 3 pada Fatwa
MUI tersebut, disebutkan 4 syarat tersebut, yaitu:
1) otopsi jenazah didasarkan kepada kebutuhan yang
dibenarkan secara syar’i (seperti mengetahui penyebab

14
kematian untuk penyelidikan hukum, penelitian kedokteran,
atau pendidikan kedokteran), ditetapkan oleh orang atau
lembaga yang berwenang dan dilakukan oleh ahlinya,
2) otopsi merupakan jalan keluar satu-satunya dalam
memenuhi tujuan,
3) jenazah yang diotopsi harus segera dipenuhi hak-haknya,
seperti dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan,
dan
4) jenazah yang akan dijadikan obyek otopsi harus
memperoleh izin dari dirinya sewaktu hidup melalui wasiat,
izin dari ahli waris, dan/atau izin dari Pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.”

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan yang sudah dikemukakan pada makalah ini,
maka perihal status hukum bedah mayat ditinjau menurut hukum Islam
melalui pendekatan teori-teori pada kaidah fiqhiyah, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Bedah mayat adalah suatu tindakan dokter ahli untuk membedah
mayat karena dilandasi oleh suatu maksud atau kepentingan-
kepentingan tertentu seperti: kepentingan penegakkan hukum;
menyelamatkan janin yang masih hidup di dalam rahim mayat; untuk
mengeluarkan benda yang berharga dari mayat; dan untuk keperluan
penelitian ilmu kedokteran. Tindakan pembedahan yang didasari oleh
motif-motif tersebut dibolehkan dalam ajaran Islam, bahkan bisa
dihukumkan wajib apabila keperluan bedah itu menempati level hajat
atau darurat.
2) Hadits yang melarang memecahkan tulang mayat atau dengan kata
lain merusak mayat adalah apabila bedah mayat atau autopsi yang
dilakukan seseorang tersebut dilakukan tanpa tujuan yang benar,
maka hukumnya haram. Termasuk pula bila pembedahan mayat itu
melampaui batas dari hajat yang dibutuhkan .
Bahwa sesorang yang sudah meninggal dunia boleh dibedah
(diotopsi) mayatnya tersebut, itu dikarenakan empat hal:
1. Untuk menyelamatkan janin yang masih hidup dalam
rahim mayat.
2. Untuk mengeluartkan benda yang berharga dari tubuh
mayat
3. Untuk kepentingan penegakan hukum, dan
4. Untuk kepentingan penelitian ilmu kedokteran

16
DAFTAR PUSTAKA
Aflanie, , Iwan Dkk.”,Ilmu Kedokteran Forensik &
Medikolegal”,Jakarta :Rajawalu Pers
suyuti,Imam al al” asybahwa al Nazhair fi Qawaid wa furu fiqh al-
syafi’”I tahqiq oleh Muhammad Hasan ismail al- syafi’i.
Kamal Mahmud Bedah Mayat dan segi hukum islam,Jakarta : Pustaka
panjimas
Hasan M.Ali, Masail Fiqhiyah Al-haditsah: Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam ,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
https://123dok.com/article/macam-macam-bedah-mayat-tinjauan-
umum-bedah-mayat.q269vvrz Di Akses tanggal 11
https://lilianazza.blogspot.com/2015/02/makalah-bedah-mayat.html
Di Akses tanggal 11

17

Anda mungkin juga menyukai