Anda di halaman 1dari 26

Bedah Mayat dan Otopsi

Kelompok 3 : -Really Mal Karamah


- Restu Kania Madani
- Riska Rammadita Isaputri
1. Pengertian Bedah Mayat

Secara bahasa bedah berarti pengobatan dengan jalan memotong atau


mengiris bagian tubuh seseorang. Dalam bahasa disebut al-Tasyrih, al-
Jirahah atau al-Amaliyyah bi al-Jirahah (melukai, atau operasi
pembedahan).
Bedah mayat yang dimaksud disini adalah suatu upaya tim dokter ahli untuk
membedah mayat karena dilandasi maksud atau kepentingan tertentu.
Otopsi adalah pemeriksaan tubuh dengan jalan pembedahan untuk
mengetahui penyebab kematian. Otopsi dilakukan bila ada persetujuan dari
keluarga, setelah ada permintaan dari kepolisian berupa Surat Permintaan
Visum et Repertum
Otopsi terdiri dari :

1. Pemeriksaan luar, pemeriksaan yang nampak dari


luar, seperti pakaian, tanda-tanda kekerasan, dsb.
2. Pemeriksaan dalam dengan cara membedah
jenazah.
3. Pemeriksaan tambahan melalui laboratorium
(mungkin adanya zat-zat kimia).
2. Pembagian bedah mayat

1. Bedah Mayat Disebut juga bedah mayat pendidikan


Anatomis Untuk menerapkan teori yang diperoleh mahasiswa
(otopsi anatomis) fakultas kedokteran atau peserta didik lainnya sebagai
bahan praktikum ilmu anatomi.

2. Bedah Mayat Dilakukan terhadap mayat yang meninggal dirumah sakit


Keilmuan setelah mendapat perawatan yang cukup dari para dokter.
(otopsi klinis)
Tujuan: mengetahui secara mendalam sifat perubahan suatu
penyakit setelah dilakukan pengobatan secara intensif
semsasa masih hidup & mengetahui secara pasti jenis
penyakit mayat yang tidak diketahui secara sempurna selama
ia sakit.
3. Bedah Mayat Tujuan: mencari kebenaran hukum dari suatu peristiwa yang
Kehakiman terjadi (seperti adanya dugaan pembunuhan, bunuh diri, atau
(otopsi forensik) kecelakaan)
Biasanya bedah jenis ini dilakukan karena adanya
permintaan dari kepolisian atau kehakiman untuk mengetahui
sebab kematian seseorang melalui hasil visum dokter
kehakiman. Jika dalam pembunuhan telah diketahui
pelakunya, hasil visum ini kan menjadi bukti penguat
sehingga keputusan pengadilan terhadap pelakunya akan
diputuskan secara adil.

4. Bedah Mayat dengan


Tujuan Menyelamatkan
Janin di dalam Perut /
Menyelamatkan Benda
Berharga
3. Hukum yang terkait dalam bedah mayat
Masalah bedah mayat ini merupakan isu modern, khususnya
yang berkaitan dengan pendidikan dan pengadilan. Tidak ada nash yang
sharih dalam al-quran maupun Hadits tentang hukumnya. Fukaha
masa lalu belum membahasnya secara detail, kecuali sekedar batasan
tenyang membedah perut mayat ibu untuk mengeluarkan janin hidup,
atau karena sewaktu hidupnya menelan benda berharga tertentu.

Meskipun dalam al-Quran tidak ada ayat khusus yang


menegaskan tentang hukum bedah mayat, tetapi banyak ayat yang
dapat dijadikan sebagai acuan dan landasan dalam menetapkan praktik
bedah mayat, misalnya janji Allah yang akan memperlihatkan tanda-
tanda kebesarannya di angkasa luar dan dalam diri manusia itu sendiri,
seperti dalam ayat al-Quran :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?(Q.s. Fushshilat(41):53)

Pada ayat diatas menurut para mufassir berarti didalam tubuh manusia
ada nilai ilmu pengetahuan dan kebenaran untuk diteliti. Ayat ini dapat dijadikan
sebagai acuan perintah untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang
struktur tubuh manusia, jaringan, otot, tulang, dan semua bagian tubuh manusia,
baik luar maupun dalam.
Manusia harus diperlakukan secara terhormat dan adil, baik
saat hidup maupun mati, seperti ditegaskan dalam ayat :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Q.s al-Nisa(4):58)
4. Pendapat ulama klasik tentang
bedah mayat
Ulama klasik dari berbagai mazhab berbeda pendapat
tentang hukum bedah mayat

Mayoritas ulama memperbolehkan


Imam Malik & Ahmad bin Hanbal menerima dalam kasus
harta dan menolak untuk janin
Fatwa Syaikh Jad al Haqq Ali Jad al Haqq boleh
memanfaatkan sebagian tubuh mayat yang tidak diketahui
identitasnya untuk pengobatan atau praktikum bagi
mahasiswa fakultas kedokteran, kadar kemaslahatannya jelas
Sebagian ulama kebolehan bedah mayat dari sisi agama,
mayat muslim dilarang sedangkan non muslim diperbolehkan
kurang kuat
Jika janin ada dalam perut mayat masih hidup boleh dibedah
karena alasan darurat. Jika masih hidup/berumur minimal 6
bulan, jika kurang / tidak ada harapan hidup maka haram
dibedah.
Menurut Ahmad bin Hanbal & kalangan Mazhab Maliki perut
mayat tidak boleh dibedah sesuai dengan hadits:

Hal ini sesuai dengan kewajiban terhadap mayat, yaitu


memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkannya
sebagai bentuk penghormatan terhadap jenazah

Sebagian Mazhab Syafii dan Mazhab Maliki jika semasa


hidupnya seseorang menelan uang logam maka mayatnya boleh
dibedah untuk mengeluarkannya. bahkan, mereka menentukan
ukuran timbangan emas yang ditelan kurang lebih senilai 4,5 gram
emas
5. Pendapat ulama kontemporer
tentang bedah mayat
Muruddin Atr (ahli hadits dari Suriah) mengeluarkan koin
diperbolehkan apalagi membedah mayat untuk mengetahui
sebab kematiannya, karena kepentingannya jauh lebih besar
Ketidakbolehan mematahkan tulang jika tidak ada
tujuan/manfaat
Dalam batasan darurat, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan keahlian pelaku kriminal bedah mayat
perlu hukumnya menjadi wajib
Syaikh Jad al Haqq Ali Jad al Haqq membolehkan karena
kadar kemaslahatannya yang jelas
Sejumlah ulama lain mengharamkannya karena ayat al
Quran yang mengharuskan menghormati Bani Adam &
hadist tentang larangan mematahkan tulang belulang mayat
6. Fatwa Lembaga Fatwa tentang
Transplantasi
Sejumlah fatwa di sejumlah negara membolehkan bedah
mayat untuk tujuan ilmiah dan praktik kedokteran dengan
alasan darurat dan kemaslahatan yang luas.
Majlis Haiat Kibar al Ulama Kerajaan Saudi Arabia
membolehkan menyumbangkan organ orang hidup kepada
muslim yang sangat membutuhkan, termasuk yang akan
dapat pulih kembali (darah, kulit, dll) dengan 4 syarat:
- tidak membahayakan donor - sukarela/tanpa paksaan
-cara tsb meyakinkan aman - satu-satunya cara
menyembuhkannya
Diputuskan juga bahwa boleh mengambil tubuh sendiri untuk
menambal anggota tubuhnya sendiri. Organ vital & anggota tubuh
rangkap yang dapat mengancam keselamatan haram
Prinsip mafsadah & mashlahah:
- menolak mafsadah lebih utama dari mengambil
mashlahah
- dasar dalil dari kaidah islam tentang kedaruratan:
a. Dlarar harus dihilangkan
b. Dlarar tidak boleh dihilangkan degan menimbulkan
dlarar pula
c. Tidak boleh membuat dlarar pada diri sendiri juga
pada orang lain
d. Jika terjadi kontraindikasi antaara dua mafsadah,
maka dipelihara yang lebih besar dengan
melaksanakan yang lebih ringan
7. Pendapat Ulama Indonesia tentang
Bedah Mayat
Bahtsul Masail, pada Muktamar ke-6 di Pekalongan, tahun 1931,
sepakat mengharamkan segala tindakan yang berkonotasi
menghilangkan kehormatan jenazah, bahkan hingga jenazah
sudah berbentuk tulang-belulang.

Hukum menyuntik mayat untuk mengetahui penyakit menular Haram


Mencabut gigi emas jenazah
Memperlakukan jenazah bayi kembar siam
Dasar penetapannya adalah ilhaq, dikiyaskan dengan haramnya
mengkhitan mayit sebagaimana diterangkan dengan sejumlah kitab
fikih klasik
Sehubungan dengan isu menyuntik mayit dalam kaitannya dengan
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, khusus kasus
penyakit pes, pada tahun 1951, Kementerian Agama
menyelenggarakan Konferensi Alim-Ulama di Jakarta, 5-6
Agustus 1951

Dari konferensi itu lahir kesepakatan dan rekomendasi, sebagai


berikut :
1) Bahwa miltpunctie (suntikan mayat) hanya dibolehkan dalam
keadaan darurat.

2) Menganjurkan kepada Pemerintah, supaya :


a. Membatasi pelaksanaan suntikan mayat kepada batas yang
seminimal-minimalnya dan bila segala jalan lain tak ada lagi
b. Menjaga dengan cara bijaksana, jangan sampai melakukan
suntikan mayat itu sehingga terjadi hal-hal yang menambah
keberatan-keberatan atas praktik suntikan itu, seperti
melambatkan penyuntikan tersebut
c. Senantiasa berusaha mendapatkan jalan lain dari suntikan
mayat guna mengatahui penyakit pes

c. Memajukan segala daya-upaya buat menyempurnakan usaha


pencegahan pemberantasan penyakit pes pada khususnya dan
memajukan kesehatan rakyat pada umumnya, dengan jalan
penerangan-penerangan dan tindakan-tindakan efektif

Inti dan kesimpulan keputusan para ulama indonesia


mengharamkan suntik mayat, karena dinilai termasuk tindakan
menyakiti dan mengganggu kehormatan mayat, juga karena akan
melukai perasaan keluarganya. Namun jika dalam keadaan darurat,
hukumnya halal
Kesimpulan dari hasil konferensi Ulama Indonesia tadi kemudian
mengundang respon dari MPKS, ditetapkan pada tahun 1955

MPKS menetapkan :
Selama tidak/belum ada jalan lain untuk menyatakan adanya pes
pada mayat guna kepentingan orang hidup, selain daripada
tusukan limpa dan/atau paru-paru, makan tusukan tersebut
dibolehkan (mubah)
Sebelumnya MPKS pernah mengeluarkan fatwa khusus tentang
bedah mayat yang secara substantif sama dengan fatwa tentang
tusukan limpa dan/atau paru-paru diatas. MPKS menetapkan :

I. Bedah mayat itu mubah/boleh untuk kepentingan ilmu


pengetahuan, pendidikan dokter dan penegakan keadilan di
antara manusia

II. Membatasi kemubahan ini sekedar dharurat saja menurut kadar


yang tidak boleh tidak harus dilakukan untuk mencapai tujuan
tsb.
8. Bedah Mayat Pendidikan dan Otopsi
MPKS kembali mengeluarkan fatwa lanjutan, no. 7/1957 tentang
Mayat Pendidikan, yang mengemukakan sejumlah syarat agar
jenazah boleh digunakan untuk pendidikan kedokteran.

MPKS memutuskan :
I. Mayat-mayat yang dikumpulkan dalam kamar mayat pada suatu
rumah sakit harus diselubungi dengan kain bersih sedemikian rupa
sehinggakehormatannya terpelihara

II. Sebelum sesuatu mayat muslim dikirimkan ke ruang anatomicum


pada suatu fakultas Kedokteran dan sebelum dilakukan penyuntikan
obat pengawet padanya, haruslah dilakukan segala upacara agama
terhadap mayat tersebut, yaitu:
a. Mewudlukannya
b. Memandikannya
c. Menyelubunginya dengan kain putih bersih
d. Menyembahyangkannya
III. Sesudah mayat itu dimasukkan ke dalam ruang anatomicum, maka
badan mayat itu dapat diperlakukan dan dipergunakan oleh
mahasiswa Fakultas Kedokteran sekedar hajat keperluannya dengan
senantiasa menjaga kehormatan mayat tersebut

III. Bila telah selesai dipergunakan sampai batas waktu yang


diperlukan, maka segeralah dikumpulkan serta disusun kembali
sedapat mungkin bagian-bagian suatu badan yang telah cerai-berai
untuk dikafani seperti biasa

III. Sesudah dikafani hendaklah segera dikuburkan seperti mayat


muslim biasa dengan menghadapkannya ke kiblat sedapat mungkin

III. Jangka masa antara saat disembahyangkannya dengan dikuburkan


itu sedapat-dapatnya dibatasi dengan sependek-pendeknya
MUI termasuk yang membolehkan otopsi karena alasan darurat dan
kemaslahatan, namun tetap dalam koredor menghormati jenazah

Terhadap tindakan yang dapat dinilai mengurangi kehormatan


jenazah, seperti dimusiumkannya, MUI menyatakan hukumnya
tetap tidak boleh,

Seperti dinyatakan dalam keputusannya :


1) Hukum menanam/mengubur mayat orang islam adalah wajib
2) Dalam hal penyelidikan ilmiah terhadap mayat, tidak dilarang
oleh islam atau dengan kata lain dibolehkan
3) Sesudah penyelidikan tersebut mayat wajib dikuburkan
4) Lamanya penundaan/penguburan untuk penyelidikan ilmiah
diharapkan berhubungan dengan MPKS
5) Adapun untuk memumifiksasikan dan untuk dimusiumkan, MUI
berpendapat tidak dapat dibenarkan
Bahtsul Masail NU menyepakati tentang hukum mencabut gigi emas
jenazah, mereka menyebutkan apabila mencabut gigi tersebut
menodai kehormatan mayat, maka hukumnya haram. Dan apabila
tidak, bila seorang laki-laki yang dewasa maka wajib dicabut, bila
seorang wanita atau anak-anak kecil maka terserah kerelaan ahli
warisnya

Bahtsul Masail pada tahun 1934 menyepakati tentang batas waktu


membusuknya jenazah sehingga kuburan tersebut dapat dipergunakan
kembali. Disepakati bahwa, hancurnya mayat tidak dapat dibatasi
dengan waktu tertentu, karena berbeda-beda menurut tempat dan
iklimnya, tetapi harus ada ketetapan dari orang yang ahli dalam
bidang itu
Selanjtunya, tentang penggunaan kuburan yang hanya berisi
tulang-belulang, ditetapkan :

Sesungguhnya hukumnya menggali kubur yang telah lama,


apabila telah ada tanda-tanda yang kuat, bahwa mayat itu
sudah hancur, maka hukumnya boleh (jaiz) kemudian kalau
menemukan tulang-tulang sebelum sempurnanya penggalian,
maka harus pindah, tetapi kalau menemukan tulang-tulang itu
setelah penggalian itu sempurna, maka tidak wajib pindah, boleh
menanam mayat baru dan semua tulang-tulang yang terdapat
supaya ditanam kembali
Tim Fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1987
menyatakan bahwa pada prinsipnya mengharamkan otopsi, namun
jika ada kebutuhan mendesak (darurat), untuk tujuan yang
dibenarkan syarak, seperti untuk keperluan pendidikan dokter,
praktik anatomi, atau keperluan kehakiman maka dibolehkan
9. Agama Mayat Donor
Sebagian ulama juga mengaitkan kebolehan bedah mayat dari sisi
agama si mayat, menurut pendapat dan analisis Muhammad al-
Mukhtar, larangan-larangan dalam dalil-dalil tersebut, ditujukan
kepada mayat muslim, maka jika mayatnya non-muslim, hukumnya
boleh

Anda mungkin juga menyukai