Anda di halaman 1dari 3

Pendapat Ulama Indonesia tentang

Bedah Mayat
Isu tentang bedah mayat telah menjadi obyek fatwa
ulama Indonesia termasuk pelaksanaan otopsi pada
mayat.
Fatwa pertama berasal dari bahtsul masail NU,
mereka sepakat mengharamkan segala tindakan
yang berkonotasikan menghilangkan kehormatan
jenazah.
Fatwa terakhir dari MPKS, Selama belum ada jalan
lain untuk menyatakan adanya PES pada mayat
guna kepentingan untuk orang hidup, maka selain
tusukan limpa atau paru- paru hukumnya mubah.

Pada tanggal 5-6 Agustus 1951 Alim Ulama di


indonesia mengadakan konfrensi di Jakarta dan
hasilnya sebagai berikut:
Bahwa miltpunctie (suntik mayat) hanya
dibolehkan dalam keadaan daruratkeadaan
darurat ini ditentukan oleh ahli kesehatan dan
ahli agama yang bersangkutan.
Menganjurkan pemerintah supaya: membatasi
pelaksanaan suntik mayat & menjaga mayat
secara bijaksana
Senantiasa berusaha mendapatkan jalan lain
dari suntik mayat guna mengetahui PES
Memajukan segala daya untuk menyempurnakan
usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit
PES

Inti dan kesimpulan keputusan para


ulama di Indonesia adalah
mengharamkan suntik mayat, karena
dinilai termasuk tindakan menyakiti
dan menggangu kehormatan mayat,
namun dalam keadaan darurat
hukumnya halal.

Anda mungkin juga menyukai