Anda di halaman 1dari 32

EUTHANASIA

Presentasi Etik dan Hukum Kedokteran


Kelompok 5 PPDS MKDU
RSU dr Soetomo FK Universitas Airlangga
Surabaya 2014

TIM PENYUSUN

Latar Belakang
Euthanasia merupakan permasalahan besar dibidang

kesehatan
menyulitkan bagi para dokter dan tenaga kesehatan
Pada kasus-kasus tertentu seorang pasien yang
menderita penyakit yang tidak bisa diobati mereka
memohon kepada dokter untuk mengakhiri hidupnya
salah satunya dengan suntik mati,

Euthanasia.

Mengapa jadi dilema besar??


Di satu sisi apabila dokter
mengakhiri hidup pasien
atas permintaan pasien itu
sendiri maka ia akan
menghadapi konsekuensi
hukum yang diatur dalam
Pasal 344 KUHP dan
bertentangan dengan hak
asasi manusia

Di sisi lain apabila ia


mengindahkan
permintaan pasien maka
pada diri pasien itu akan
merasakan penderitaan
yang berkepanjangan
dan juga menguras
dana pasien.

Ilustrasi Kasus
Ny Agian Isna Nauli Siregar (33 tahun) menderita kerusakan saraf permanen di otak besar

kanan dan kiri, otak kecil kanan dan kiri, batang saraf dan pusat saraf di otak, setelah
menjalani perawatan pasca melahirkan. (16/7/2004)

47 hari tergolek di rumah sakit, Hasan mulai kebingungan membiayai ongkos pengobatan di

rumah sakit.

Suami merasa kasihan dan berat

Permohonan untuk melakukan euthanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah

menjalani perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami
kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.

Rumusan Masalah
Kontroversi tindakan euthanasia ditinjau
dari sisi hukum dan etik kedokteran di
Indonesia.

Tujuan
Mempelajari kontroversi tindakan euthanasia ditinjau dari
sisi hukum dan etik kedokteran di Indonesia.
Manfaat
Memahami kontroversi euthanasia di Indonesia sehingga
sebagai dokter kita mempunyai persepsi yang benar dan
dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap
tindakan euthanasia.

Tinjauan Pustaka

Terminologi
Berasal dari bahasa Yunani,
dari akar kata eu yang artinya baik, tanpa penderitaan

dan tanathos yang artinya mati

euthanasia artinya mati dengan baik atau mati tanpa


penderitaan.

Sudut Pandang Tatalaksana Euthanasia


Ditinjau dari cara pelaksanaannya
Euthanasia ditinjau dari sudut pemberian izin
Euthanasia ditinjau dari beberapa tujuan pokok dari

dilakukannya eutanasia

Ditinjau dari cara pelaksanaannya

Eutanasia agresif
2. Eutanasia non agresif
3. Eutanasia pasif.
1.

Euthanasia ditinjau dari sudut pemberian izin

1. Eutanasia di luar kemauan pasien


2. Eutanasia secara tidak sukarela
3. Eutanasia secara sukarela

Euthanasia ditinjau dari beberapa tujuan pokok

dari dilakukannya eutanasia


1. Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
2. Eutanasia hewan
3. Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah

bentuk lain daripada eutanasia agresif secara sukarela

Euthanasia
dimata Hukum
Pasal-pasal dalam KUHP menegaskan bahwa
euthanasia baik aktif maupun pasif tanpa
permintaan adalah dilarang.

Pasal 338: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan


jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas
tahun.
Pasal 340: Barangsiapa dengan sengaja & direncanakan
lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena
bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana
dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau
penjara sementara selama-lamanya duapuluh tahun.

Pasal 344: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain

atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya


dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara
selama-lamanya duabelas tahun.
Pasal 345: Barangsiapa dengan sengaja membujuk

orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam


perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.

Pasal 359: Menyebabkan matinya

seseorang karena kesalahan atau


kelalaian, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya lima tahun atau pidana
kurungan selama-lamanya satu tahun.

Euthanasia
dalam Kodeki
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
434/Men.Kes/SK/X/1983 pasal 10 menyebutkan:
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya untuk melindungi hidup makhluk
insani.

Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia


dalam tiga arti, yaitu:
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman
tanpa penderitaan, buat yang beriman dengan nama
Allah di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si
sakit dengan memberikan obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang yang sakit
dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan
keluarganya.

Menurut etik kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan:


a) Menggugurkan kandungan (abortus provocatus).
b) Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu
dan pengalaman tidak akan mungkin sembuh lagi.

Euthanasia di mata orang


awam

Pro
1. Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati

2.
3.
4.
5.
6.

terhormat. Maka seseorang mempunyai hak memilih


cara kematiannya.
Adanya hak privacy yang secara legal melekat pada
tiap orang.
Euthanasia adalah tindakan belas kasihan/kemurahan
pada si sakit.
Euthanasia adalah juga tindakan belas kasih pada
keluarga.
Euthanasia mengurangi beban ekonomi keluarga
Euthanasia meringankan beban biaya sosial
masyarakat,

Kontra (1)
1. Tidak ada alasan moral apapun yang

mengijinkan seseorang melakukan


pembunuhan maupun bunuh diri.
2. Hak privacy adalah hak yang dinikmati dalam
hidup. Hak hidup memang tak terbatas, tetapi
hak privacy selalu terbatas, bahkan dalam
kehidupan yang dijalani sehari-hari.

Kontra (2)
3. Walaupun euthanasia dapat mengakhiri

penderitaan, euthanasia tetaplah suatu


pembunuhan.
4. Penderitaan tidak bisa dijadikan sebagai
alat pembenaran praktek euthanasia.
5. Manusia lebih berharga daripada materi

Pembahasan

Pada prinsipnya, hak untuk hidup merupakan hak

fundamental atau hak asasi dari setiap manusia.


Konstitusi kita yakni UUD 1945 melindungi hak untuk
hidup ini dalam Pasal 28A UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

mengatur tentang larangan melakukan euthanasia. yakni


dalam Pasal 344 KUHP yang bunyinya: Barang siapa
merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.

Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana


Haryadi, S.H., M.H
Fakultas Hukum Universitas Jambi

Disebutkan bahwa euthanasia berasal dari kata Yunani


euthanatos, mati dengan baik tanpa penderitaan.
Belanda salah satu negara di Eropa yang maju dalam
pengetahuan hukum kedokteran mendefinisikan
euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh
Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter
Belanda), yang menyatakan euthanasia adalah dengan
sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek
hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri (M. Yusup &
Amri Amir, 1999:105).

KESIMPULAN

Pada kasus diatas menurut kami

keputusan pengadilan menolak


permohonan dari suami pasien adalah
tepat sesuai dangan peraturan
perundangan di Indonesia
Dilihat dari sudut pandang etika dan moral

euthanasia merupakan hal yang melanggar


etika dan perbuatan yang tidak bermoral

Saran
Euthanasia merupakan tindakan yang melanggar

hukum dan etik kedokteran.


Pemerintah menyusun dasar hukum tentang
tindakan euthanasia lebih jelas, dan dalam
penerapannya pemerintah harus lebih tegas.
Sebaiknya pihak yang terlibat harus ditindak
tegas. Jangan sampai kasus euthanasia menjadi
alasan dan dijadikan kambing hitam dalam
upaya untuk menghilangkan nyawa orang lain
(pasien).

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai