Anda di halaman 1dari 20

Dilema Etik

Dilema etik merupakan suatu masalah yang


sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana
alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding.

Euthanasia berasal dari bahasa


Yunani, yaitu eu yang berarti indah,
bagus, terhormat atau gracefully
and with dignity dan Thanatos yang
berarti mati. Jadi secara etimologis,
euthanasia dapat diartikan sebagai
mati dengan baik. Sedangkan
secara harafiah, euthanasia tidak
dapat diartikan sebagai
pembunuhan atau upaya
menghilangkan nyawa seseorang.
Jenis- Jenis Euthanasia

1.Euthanasia aktif
Tindakan secara sengaja dilakukan
oleh dokter atau tenaga kesehatan
lain untuk memperpendek atau
mengakhiri hidup pasien.
a. Euthanasia aktif langsung
Misalnya dengan memberi
tablet sianida atau suntikan
zat yang segera mematikan.
b. Euthanasia aktif tidak langsung
Misalnya, mencabut oksigen
atau alat bantu kehidupan
lainnya.
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah
perbuatan menghentikan atau
mencabut segala tindakan atau
pengobatan yang perlu untuk
mempertahankan hidup manusia,
sehingga pasien diperkirakan akan
meninggal setelah tindakan
pertolongan dihentikan.
misalnya menghentikan
pemberian infus, makanan lewat
sonde, alat bantu nafas, atau
menunda operasi.
3. Auto euthanasia
Seorang pasien menolak
secara tegas dengan sadar untuk
menerima perawatan medis dan
dia mengetahui bahwa hal ini
akan memperpendek atau
mengakhiri hidupnya.
Euthanasia Di Beberapa Negara
1. Belanda
Pada tanggal 10 April 2001, Belanda menerbitkan undang-undang yang
mengizinkan euthanasia. Undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak
tanggal 1 April 2002, yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia
yang melegalisasi praktik euthanasia. Pasien-pasien yang mengalami sakit
menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri penderitaannya.
2. Negara bagian Australia
Northern Territory, menjadi tempat pertama di dunia dengan UU yang
mengizinkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi ini tidak
bertahan lama. Pada tahun 1995 Northern Territory menerima UU yang disebut
“Right of the terminally ill bill” (UU tentang hak pasien terminal). Undang-undang
baru ini beberapa kali dipraktikkan, tetapi bulan Maret 1997 ditiadakan oleh
keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali.
3. Euthanasia Di Negara Indonesia
• Indonesia sendiri belum terdapat payung hukum yang mengatur secara khusus
perihal euthanasia. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan
kode etik kedokteran tidak mengatur perihal euthanasia.
Beberapa Aspek Yang Mengatur Euthanasia Di Indonesia

Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa perintah,


beberapa pasal yang berhubungan dengan euthanasia
adalah :
• Pasal 338 KUHP : “ Barang siapa dengan sengaja
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker
mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun”.
• Pasal 340 KUHP : “Barang siapa dengan sengaja den
direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum, karena pembunuhan
direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara
selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun”.
• Pasal 359 KUHP : “Barang siapa kerena salah menyebabkan
matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun
atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Selanjutnya dikemukakan sebuah ketentuan hukum yang
mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhati-hati
menghadapi kasus euthanasia :

Pasal 345 KUHP : Pasal 356 (3) KUHP yang


”Barang siapa dengan juga mengancam terhadap
Pasal 306 (2)
sengaja menghasut “Penganiayaan yang
KUHP dinyatakan,
orang lain untuk dilakukan dengan
“Jika mengakibatkan
membunuh diri, memberikan bahan yang
kematian, perbuatan
menolongnya dalam berbahaya bagi nyawa dan
tersebut dikenakan
perbuatan itu, atau kesehatan untuk dimakan
pidana penjara
memberikan daya atau diminum”. Selain itu
maksimal sembilan
upaya itu jadi bunuh patut juga diperhatikan
tahun”.
diri, dihukum penjara adanya ketentuan dalam
selama-lamanya Bab XV KUHP khususnya
empat tahun. Pasal 304 dan Pasal 306
(2).
cont
• Surat Edaran IDI No.702/PB/H2/09/2004 yang menyatakan
sebagai berikut: “Di Indonesia sebagai negara yang berazaskan
Pancasila, dengan sila yang pertamanya adalah Ke Tuhanan Yang
Maha Esa, tidak mungkin dapat menerima tindakan “euthanasia
aktif” .
• Dasar atas tindakan boleh tidaknya dilakukan euthanasia yaitu
Surat Edaran No.702/PB/H.2/09/2004 tentang euthanasia yang
dikeluarkan oleh Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia. Dalam
pandangan hukum, euthanasia bisa dilakukan jika pengadilan
mengijinkan.
• Para dokter di Indinesia dilarang melakukan euthanasia. Di dalam
kode etika itu tersirat suatu pengertian, bahwa seorang dokter
harus mengerahkan segala kepandaiannya dan kemampuannya
untuk meringankan penderitaan dan memelihara hidup manusia
(pasien), tetapi tidak untuk mengakhirinya.
Hak azasi manusia (HAM)
selalu dikaitkan dengan hak hidup,
hak damai dan sebagainya. Tapi
tidak tercantum jelas adanya hak
seseorang untuk mati. Mati
sepertinya justru dihubungkan
dengan pelanggaran HAM, terbukti
dari aspek hukum euthanasia yang
cenderung menyalahkan tenaga
medis dalam pelaksanaan
euthanasia.
Iptekdok dapat memperkirakan kemungkinan
keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai
kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien.

Kelahiran & kematian merupakan hak prerogatif


Tuhan dan bukan hak manusia sehingga tidak ada
seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk
memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri.
Jadi, meskipun seseorang memiliki dirinya sendiri,
tetapi tetap saja ia tidak boleh membunuh dirinya sendiri.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu,
antara lain:
• Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-
benar sedang sakit dan tidak dapat diobati misalnya kanker.
• Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya
kecil dan tinggal menunggu kematian.
• Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga
penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian
morfin.
• Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien,
hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien dan ada dasar
penilaian dari dua orang dokter spesialis yang menentukan
dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia.
Solusi yang Diajukan Untuk Menjawab Masalah yang
Ditemukan

Menurut Park (2012) terdapat enam langkah efektif


yang membantu didalam penyelesaian dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan etik yaitu :
a) Identifikasi Masalah Etik
b) Mengumpulkan informasi dalam Pengembangan
Penyelesaian
c) Mengembangkan analisa alternative dan
membandingkan
d) Memilih alternatif
e) Melaksanakan keputusan
f) Mengevaluasi
Pandangan Terhadap Solusi yang Diajukan Berdasarkan Nilai Keyakinan dan
Budaya
1. Dalam Ajaran Islam
Dalam Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati,
namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada
manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan
seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22:66; 2:243). Oleh
karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam
2. Dalam ajaran Protestan
cara pandang yang dilakukan kaum Kristiani dalam menanggapi
masalah “bunuh diri” dan “pembunuhan berdasarkan belas
kasihan (mercy killing” adalah dari sudut ‘kekudusan
kehidupan” sebagai suatu pemberian Tuhan). Mengakhiri
hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan
maksud dan tujuan pemberian tersebut.
KASUS

Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal dengan


metasitase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi di bawa
ke IGD karena jatuh dari kamar mandi dan menyebabkan robekan dikepala. Laki-
laki tersebut mengalami nyeri abdomen dan tulang dan kepala yang hebat dimana
sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu
ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat
saat laki-laki itu mengubah posisinya. Walaupun klien tampak bisa tidur, namun ia
sering meminta diberikan obat analgesik. Kondisi klien semakin melemah dan
berdasarkan diagnosa dokter, klien maksimal hanya bertahan beberapa hari saja.
Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar
informasi dari dokter, keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian
pasien melalui Eutanasia pasif dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu
oksigen dan obat-obatan lain dan dengan keinginan agar dosis analgesik ditambah.
Dr spesialis onkologi yang ditelpon saat itu memberikan advist dosis morphin yang
rendah dan tidak bersedia menaikkan dosis yang ada karena sudah maksimal dan
dapat bertentangan dengan UU yang ada. Apa yang seharusnya dilakukan oleh
anda selaku perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan keluarga
yang terus dilakukan ?
1. Mengembangkan data b) Tindakan yang diusulkan :
dasar Euthanasia pasif pada
a) Orang yang terlibat : klien
• Keluarga c) Maksud dari tindakan :
• Klien keluarga tidak tega
• Perawat melihat klien yang
kesakitan
• Dokter
d) Konsekuensi tindakan :
hilangnya nyawa klien
secara perlahan
2. Identifikasi konflik
Tidak disetujuinya euthanasia dengan c) Para dokter di Indinesia dilarang
cara menambah dosis obat karena akan melakukan euthanasia. Di dalam
melanggar UU: kode etika itu tersirat suatu
pengertian, bahwa seorang dokter
a) Pasal 356 (3) KUHP yang juga harus mengerahkan segala
mengancam terhadap “Penganiayaan kepandaiannya dan
yang dilakukan dengan memberikan kemampuannya untuk
bahan yang berbahaya bagi nyawa dan meringankan penderitaan dan
kesehatan untuk dimakan atau memelihara hidup manusia
diminum”. Selain itu patut juga (pasien), tetapi tidak untuk
diperhatikan adanya ketentuan dalam mengakhirinya.
Bab XV KUHP khususnya Pasal 304 3. Alternatif tindakan :
dan Pasal 306 (2). Tetap dilakukannya tindakan
pengobatan sebagaimana mestinya
b) Pasal 306 (2) KUHP dinyatakan, “Jika tanpa harus melanggar hukum,
mengakibatkan kematian, perbuatan karena Euthanasia di Indonesia
tersebut dikenakan pidana penjara tidak diperbolehkan.
maksimal sembilan tahun”.
4. Menentukan siapa pengambil keputusan
yang tepat :
Pengambil keputusan yang tepat untuk b) Perawat harus memberikan
kasus ini adalah keluarga dari klien dan semangat kepada klien agar
manajemen rumah sakit,untukkeluarga tetap tabah menjalani
adalah yang paling berhak atas diri penyakitnya walau hasil
klien.Rumah sakit harus menjelaskan akhirnya nanti ia tetap
seluruh konsekuensi dari pilihan yang meninggal dunia.
diambil keluarga untuk dapat 6. Membuat keputusan :
dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas Keputusan yang akan di lakukan
perawat adalah tetap memberikan asuhan adalah tetap melaksanakan
keperawatan dalam rangka memenuhi pengobatan/terapi sebagaimana
kebutuhan dasar klien. mestinya tanpa harus
5. Kewajiban perawat : mempercepat kematian klien
a) Memberikan pengertian kepada dengan berbagai alasan, karena
keluarga klien bahwa permintaannya akan melanggar hukum yang
(Euthanasia) adalah perbuatan yang telah berlaku di Indonesia.
melanggar hukum dan di negara
Indonesia melarang tindakan tersebut.
Kesimpulan
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu
yang berarti indah, bagus, terhormat atau gracefully and
with dignity dan Thanatos yang berarti mati. Jadi secara
etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan
baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat
diartikan sebagai pembunuhan atau upaya menghilangkan
nyawa seseorang.
Dilihat dari segi agama Samawi, euthanasia dan
bunuh diri merupakan perbuatan yang terlarang. Sebab
masalah kehidupan dan kematian seseorang itu berasal dari
Sang Pencipta yaitu Tuhan. Jadi, perbuatan yang menjurus
kepada tindakan penghentian hidup yang berasal dari Tuhan
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kehendak
Tuhan, oleh karenanya tidak dibenarkan.

Anda mungkin juga menyukai