Anda di halaman 1dari 24

Euthanasia Pilihan Terakhir

FK A 2016
Kelompok A12
Aryanata Ryan Kurniawan (1102016032)
Anggi Indra Kusuma (1102016024)
Annisa Nabila Asmahani (1102016028)
Asia Rahmah Malawat (1102016032)
Astri Annisa Wigati (1102016033)
Audi Beryl Javier (1102016034)
Bazlina Zahra Wahyusaputri (1102016043)
Carnadi (1102016044)
SKENARIO
IDENTIFIKASI KATA SULIT
1. Euthanasia
2. Tentamen suicide
3. Tumor otak
4. Pengadilan
5. Dosis
6. Dokter Bedah
7. Polisi
BRAINSTORMING
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk Dokter Bedah tersebut
sesuai dengan Aturan Etik Kedokteran?

Apa saja jenis-jenis Euthanasia?

Apa hubungan Euthanasia dengan Hak Asasi Manusia (pasien)?

Perimbangan apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan


Euthanasia?

Apa saja hukum/pasal yang berkaitan dengan Euthanasia?

Apakah Euthnasia memiliki manfaat?

Hukuman apa yang diberikan oleh hakim untuk Dokter


tersebut?
HIPOTESA

Euthanasia adalah suatu tindakan mengakhiri


kehidupan makhluk dengan sengaja tanpa
penderitaan. Tindakan Euthanasia menurut
hukum di Indonesia adalah ilegal, kecuali pada
keadaaan tertentu. Sedangkan menurut
pandangan Islam, Hukum Euthanasia adalah
Haram dan Mubah, tergantung pada jenisnya.
Euthanasia dilakukan oleh dokter dengan
beberapa pertimbangan tertentu, seperti
manfaat untuk pasien itu sendiri ataupun
keluarga nya.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan Euthanasia

1.1. Definisi Euthanasia

1.2. Jenis-jenis Euthanasia

1.3. Syarat Dilakukan nya Euthanasia

2. Memahami Bioetik dan KODEKI

2.1 Menjelaskan Kodeki pada Eutanasia

2.2 Menjelaskan Kaidah Dasar Bioetik Eutanasia

3. Memahami dan menjelaskan Hukum Euthanasia

3.1. Hukum Euthanasia di Indonesia

3.2. Hukum Euthanasia Menurut Pandangan Islam

3.3. Hukum Euthanasia Secara Global


1. Memahami dan menjelaskan
Euthanasia
1.2. Jenis-
1.1. Definisi jenis
Euthanasia Euthanasia

1.3. Syarat
Dilakukan
nya
Euthanasia
1.1. Definisi Euthanasia
Istilah Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos.
Kata eu berarti baik, tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati.
Yang dimaksud disini Euthanasia merupakan upaya yang mana
dilakukan untuk dapat membantu seseorang dalam mempercepat
kematian nyata secara mudah akibat ketidakmampuan
menanggung derita yang panjang dan tidak ada lgi harapan
untuk hidup atau disembuhkan.

Menurut Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, Euthanasia berarti :

1. Kematian yang mudah atau tidak menyakitkan.

2. Pengakhiran hidup atas dasar belas kasihan.

3. Mengakhiri kehidupan seseoang scara sengaja karena menderita

penyakit yang tidak dapat di sembuhkan


1.2. Jenis-jenis Euthanasia
Berdasarkan tata cara pelaksanaan

1. Euthanasia aktif Adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh dokter atau
tenaga kesehatan untuk mencabut atau mengakhiri hidup pasien, misalnya dengan
memberikan obat-obatan mematikan melalui suntikan atau tablet. Euthanasia aktif di bagi
menjadi dua, yaitu:

a) Euthanasia Aktif Direct ( langsung )


Dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup
pasien, atau memperpendek hidup pasien (mercy killing)

b) Euthanasia Aktif Indirect ( tidak langsung )Dimana dokter atau tenaga kesehatan
melakukan tindakan medik untukmeringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya
resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

2. Euthanasia pasif adalah suatu kondisi dimana pasien secara tegas menolak untuk menerima
perawatan medis. Pada kondisi ini, pasiensudah mengetahui bahwa penolakan penerimaan
perawatan medis itu akan mempersingkatatau mengakhiri hidupnya. Euthanasia pasif ini
dilakukan dengan cara pasien membuatsebuah codicil, yaitu pernyataan tertulis yang
Berdasarkan status pemberian izin

1. Euthanasia tidak sukarela (Involuntir) yaitu tindakan euthanasia


yang didasarkan pada keputusan dari seseorang yang pada
dasarnya tidak berhak untuk mengambil keputusan itu, namun
kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk mengambil
keputusan menjadikan si pengambil keputusan tersebut menjadi
berhak. Contoh : orang tua pasien, wali pasien. Pada
umumnya,pengambilan keputusan euthanasia tidak sukarela ini
didasari oleh perasaan tidak tega / iba melihat penderitaan pasien
yang hebat.

2. Euthanasia sukarela (Voluntir) Adalah tindakan euthanasia yang


dilakukan atas persetujuan si pasien terminal itu sendiri dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan.
1.3. Syarat dilakukannya
Euthanasia
Menurut Lutfi As-Syaukani dalam Fiqh Kontemporer

a. Kondisi pasien. Kondisi ini dapat diklasifikasikan pada beberapa kondisiyakni :


Ketidakmampuan pasien untuk bertahan terhadap penderitaan
b. Kekhawatiran pasien terhadap beban ekonomi yang tinggi dari biaya pengobatan
c. Ketakutan pasien terhadap derita menjelang kematian, karena bebanderita fisik dan
psikologis sangat berat.

Menurut Crisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman:

a. Tenaga medis memandang proses pengobatan sudah tidak efektif, yakni sudah
melalui proses pengobatan dalam jangka waktu lama, tetapi kondisipasien belum
menunjukan perubahan.
b. Perasaan kasihan terhadap penderitaan pasien,
c. Tenaga medis mengabulkan permintaan pasien atau keluarga untukmenghentikan
pengobatan
2. Memahami Bioetik dan Kodeki

2.2
2.1
Menjelaskan
Menjelaskan
Kaidah Dasar
Kodeki pada
Bioetik
Eutanasia
Eutanasia
2.1. Menjelaskan Kodeki pada Euthanasia

Kode Etik Kedokteran yaitu pada Pasal 7c bahwa

seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d menyatakan bahwa

setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup insani.


2.2 Menjelasakan kaidah dasar bioetik euthanasia

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak


pasien, terutama hak otonomi pasien. Contoh : Misalnya seorang
pasien dapat menolak atau menerima pengobatan medis yang
akan dilakukan oleh seorang dokter walalupun kondisisnya sudah
kritis.

2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan


tindakan yang ditujukan demi kebaikan pasien. Contoh : Misalnya
seorang dokter yang selalu aktif memperkembangkan ilmu
pengetahuannya dan selalu update terhadap ilmu pengetahuan
yang baru yang bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan
yang terbaik untuk pasiennya.
3 Prinsip non-malficience, yaitu prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini terkenal
sebagai primum non nocere atau above all do no harm. Contoh :
Misalnya seorang dokter yang melakukan pertolongan pertama di
IGD, dokter tersebut tidak menelpon keluarga pasien tersebut
dahulu, tetapi karena ia tidak memperburuk keadaan pasiennya
maka Ia langsung melakukan pertolongan pertama terlebih
dahulu.

4 Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness


dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan
sumber daya. Contoh : Misalnya seorang dokter yang tidak
membeda bedakan pasiennya maupun dari tingakat ekonominya
ataupun usianya, dokter tersebut tetap melakukan hal yang paling
terbaik untuk pasien pasiennya.
3. Memahami dan Menjelaskan
Hukum Euthanasia

3.1. Hukum 3.3 Hukum


Euthanasia di Euthanasia
Indonesia Secara Global

3.2 Hukum
Euthanasia
Menurut
Pandangan
Islam
3.1 Hukum Euthanasia di
Indonesia
Pasal 344 KUHP : barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan bersugguh
sungguh, dihukum penjara selama lamanya 12 tahun.

Pasal 338 KUHP : barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orng lain
di hokum penjara selama lamanya 15 tahun

Pasal 340 KUHP : Barang siapa direncanakan lebih dahulu menghilangkan


jiwa orang lain di hokum dengan hukuman mati atau dipenjara selama
lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama lamanya 20 tahun

Pasal 359 KUHP : barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya


orang dihukum selama lamanya 5 tahun atau sekurang kurangnya 1 tahun

Pasal 345 KUHP : barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu dihukum penjara selama
lamanya 4 tahun
3.2 Hukum Euthanasia Menurut
Pandangan Islam
A. Euthanasia Aktif

Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam


kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-amad). Dalilnya :

Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) (QS An-Nisaa` : 92)

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu. (QS An-Nisaa` : 29)

B. Euthanasia Pasif

Hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan pengobatan dengan


mencabut alat-alat bantu pada pasien setelah matinya/rusaknya organ otak
hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter.
3.3 Hukum Euthanasia Secara
Global
A. Perkembangan Euthanasia di Amerika Serikat

Di negara bagian Washington dulu berlaku larangan dilakukannya physician


assisted suicide. Namun setelah keputusan Ninth U.S. Circuit Court of
Appeals sejak 1997 telah membatalkan larangan tentang Physician assisted
suicide. Komite ad hoc terpaksa dibentuk di Harvard Medical School tahun
1969 dan menghasilkan rekomendasi mengenai boleh / tidaknya mengakhiri
hidup pasien penderita brain death, yaitu bila memenuhi unsur unsur :

1) Unreceptivity and unrespondesiveness (kehilangan daya tanggap/reaksi);

2) No spontaneous movements or breathing (tanpa gerak spontan dan nafas);

3) No reflexes (tanpa refleks);

4) A flat electroencephalogram / EEG (kerusakan otak).


b. Euthanasia di Australia
Negara bagian Australia, Northern Territory sesungguhnya
menjadi tempat pertama di dunia dengan UU yang
mengizinkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski
reputasi ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1995 Northern
Territory menerima UU yang disebut Right of the terminally ill
bill ( UU tentang hak pasien terminal ). Tetapi bulan Maret 1997
ditiadakan oleh keputusan Senat Australia, sehingga harus
c. Euthanasia di Belgia dan Belanda

Euthanasia di Belanda, meskipun dilarang oleh hukum perundang


undangan, namun dilindungi oleh serangkaian keputusan pengadilan dan
Mahkamah Agung, serta secara luas dianggap legal, atau lebih tepat
gedoeken. Gedoekan dinyatakan sebagai tindakan toleransi sehingga dapat
melindungi seorang dokter bila melakukan euthanasia, bila :

1) Permintaan pasien harus bersifatsukarela;

2) Pasien berada dalam penderitaan yang tidak dapat ditolerir;

3) Semua alternatif untuk meringankan penderitaan yang bisa


diterima olehpasien, telah dicoba;

4) Pasien mempunyai informasi lengkap / cukup ( the right to die in


dignity );

5) Dokter telah berkonsultasi dengan dokter kedua, yang


penilaiannya di harapkan independen.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/6288395/Eutanasia

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl2235/euthanasia diakses 6okt

http://al-atsariyyah.com/euthanasia-dalam-perspektif-islam.html# diakses 6okt

Wakiran D. B. I. M, Tomuka Ch. D, Kristanto G. E. (2013). PENDEKATAN BIOETIKTENTANG


EUTANASIA, 5(1), pp. S25-S26.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/2602 [ Accessed9 oktober


2016]

http://dia.perkantas.net/euthanasia/ [Accessed 9 oktober 2016]

Hanafiah M. J dan, Amir A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta.

Zuhroni.2010.Pandangan Islam Terhadap Ilmu Kesehatan. Yarsi

Zainafree, Intan. 2009. EUTHANASIA ( DALAM PERSPEKTIF ETIKA )

Anda mungkin juga menyukai