Letak :
Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus bersandar pada
perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium
sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
Perdarahan :
Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna.
Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.
2. Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan
membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel
lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang
kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B
dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor ) yang kemudian mengalami
1
seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang
kemudiankeluar dan mengikuti aliran darah menuju
ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik
menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi
prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T
yang akhirnya menuju timus.
Bentuk :
Oval seperti kacang tanah atau kacang
merah dengan pinggiran cekung (hillus)
Ukuran :
Sebesar kepala peniti atau buah kenari,
dapat diraba pada daerah leher, axilla,
dan inguinal
dalam keadaan infeksi.
2. Lien
Merupakan organ limfoid yang terbesar,
lunak, rapuh, vaskular berwarna
kemerahan karena banyak mengandung
darah dan berbentuk oval. Pembesaran
limpa disebut dengan splenomegali.
Pembesaran ini terdapat pada keaadan
leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia
berat.
2
Letak :
Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi
costae 9, 10, dan 11. Setinggi
vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu
gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra.
Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran :
Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah :
Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis
yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena
lienalis ke vena porta menuju hati.
3. Tonsil
Tonsil
termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri
atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis,
Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin
pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini
yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ
limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
o Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra.
Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa
disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus
yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
o Tonsila lingualis
o Tonsila pharyngealis
Perdarahan :
Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa
(fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis
1.2 Mikroskopik Organ Limfatik
TIMUS
- Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yg masuk
ke dalam parenkim dan membagi timus menjadi
lobulus.
- Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap
disebut korteks dan zona pusat yg terang disebut
medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit.
3
- Sel limfosit berasal dari sel mesenkim yang menyusup ke dalam suatu epitel primordium
dr kantung faringeal ke 3 dan 4.
Korteks Timus
Terdapat :
- limfosit T yang sangat banyak,
- Sel retikular epitel yang tersebar
- Beberapa makrofag
Medula Timus
TONSIL
TONSILA PALATINA
4
TONSILA LINGUALIS
- Lebih kecil dan lebih banyak
- Terletak pada pangkal lidah
- Ditutupi epitel berlapis gepeng
- Masing-masing mempunyai sebuah kriptus
Respon imun adalah bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap antigen. Sedangkan imunitas lebih
mengarah kepada darimana pertahanan itu kita dapatkan. Respon imun dapat dibagi menjadi
respon imun alamiah atau nonspesifik/natural/innate/native/nonadaptif dan didapat atau
spesifik/adaptif/acquired.
1. Respon Imun Nonspesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing
dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat
memberikan respons langsung.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak
yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane
sel sehingga dapat mencegah infeksi melalui kulit.
5
2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh dari
kuman gram (+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan
dinding bakteri.
3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat
antibacterial terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak
dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma.
c. Pertahanan humoral
Menggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan
berfungsi local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin,
katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral.
1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons
inflamasi. Spectrum yang luas diproduksi hepatosit dan monosit. Berperan
sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik
dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.
2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein yang
kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons
imunitas nonspesifik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas
penyakit inflamasi. Dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul antara lain fosforikolin yang ditemukan pada permukaan
bakteri/jamur.
d. Pertahanan selular
Fagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem
imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam
sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan
trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang
diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel
mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
2. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap
asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal
oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen
yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan
benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan
sistem imun nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara
sistem imun nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan
antara makrofag-sel T.
a. Respon imun spesifik humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B.
Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum
tulang. Pada manusia diferensiasinya terjadi dalam sumsum tulang.
b. Respon imun spesifik selular
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di
6
dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam
kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T
dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya
meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi.
7
polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian
permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun
terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang
ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya berasal
dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein
pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat
protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak
imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES
(Lupus Eritematosus Sistemik).
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan
univalen.
STRUKTUR
Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan struktur
tersier.
Ukuran
Antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang
besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat
bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan
protein inang (carrier).
Bentuk
Bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam
DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam
homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk
beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau empat asam amino yang
merupakan syarat yang penting untuk spesies lain. Lokasi dari struktur dalam
determinan juga sangat penting.
Rigiditas
Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya
non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung diangkut
ke gelatin.
Lokasi determinan
Bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang
penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar.
Struktur tersier
Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi
kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin
8
tidak bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease
di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang
berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur
tersier dari imunogen akan dihancurkan
9
c. Berperan sebagai reseptor permukaan sel B dan disekresi pada tahap awal respons
sel plasma.
2. Imunoglobulin G
Antibodi yang dihasilkan pada pemaparan selanjutnya.
a. Imunoglobulin utama pada serum manusia (70-75% immunoglobulin).
b. Antibodi terpenting pada respon imun sekunder & prtahan terhadap bakteri &
virus.
c. Satu-satunya antibodi yang dapat melewati plasenta.
d. Memberikan imunitas pasif pada bayi yg baru lahir.
e. IgG yang tersebar d intravaskuler dan ekstravaskuler bersifat antitoksin.
f. Terdiri dari = 2 rantai L & 2 rantai H yang dihubungkan dengan ikatan disulfide
(formula molekul H2L2).
g. Bersifat divalen (karena mempunyai 2 tempat pengikatan yang identik).
h. Sub kelas IgG : IgG1 (65%), IgG2 (ditujukan pada antigen polisakarida (bagian
sistem pertahanan penting terhadap bakteri berkapsul), IgG3, IgG4 (berdasarkan
pada perbedaan antigen rantai H, dan lokasi ikatan disulfide).
i. Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen yang
sama.
j. IgM & IgG berperan jika terjadi invasi bakteri dan virus serta aktivasi
komplemen.
3. Imunoglobulin A
a. Ada di dalam sekresi mukosa dan aktif di tempat tersebut.
b. Ditemukan pada sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan perkemihan (contoh:
pada airmata dan ASI).
4. Imunoglobulin D
a. Terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B.
b. Antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam darah.
5. Imunoglobulin E
a. Melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator pada reaksi alergi;
melepaskan histamin dari basofil dan sel mast.
b. Menyebabkan reaksi alergi akut.
4.3 Fungsi Antibodi
4.4 Sifat Antibodi
a ImmunoglobulinG (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan,
menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG
beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Senyawa ini
akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada dan menghambatnya begitu
terdeteksi. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun.
IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang masuk
ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG merupakan satu-
satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke janin dalam
kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang menyebabkan
kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau
10
ASI yang pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai
sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
b Immunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh
selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi usus.
Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat
dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat
dalam tubuh bayi yang baru lahir.
c Immunoglobulin M (IgM)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. Pada saat
antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk segera setelah terjadi infeksi
dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian menghilang.
Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika janin
terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak terdapat di dalam
darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk
mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
d Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan
sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit.IgD ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen.
b Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.Antibodi
ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang
sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit,
misalnya skistosomiasis, yang banayk ditemukan di negara-negara berkembang.
LO 5. Memahami dan Menjelaskan Vaksinasi dan Imunisasi
5.1 Definisi Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misal cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh
manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang atau
binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
11
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Vaksinasi adalah memberikan vaksin atau jenis patogen tertentu yang dilemahkan atau dinon-
aktifkan. Sedangkan imunisasi adalah pemberian serum tertentu yang sudah terdapat hasil respon
imun, misalnya antibodi. Vaksinasi merupakan imunitas aktif buatan sedangkan imunisasi adalah
imunitas golongan pasif buatan.
5.4 Pemberian, Waktu dan Fungsi Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,
tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu
menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.
12
13