Anda di halaman 1dari 22

EKSHUMASI

KELOMPOK 2
Dewi Ayu Wulandari 11310097
Lian Anggina P 11310189
Meri Sinta Trisna Dayu 11310218
Wajarsi Pratami 11310394
Latar belakang
• Ekshumasi atau penggalian jenazah merupakan hal yang tidak
asing di Indonesia karena cukup sering dilakukan
• Penggalian jenazah biasanya dilakukan untuk kepentingan
pengadilan guna mencari penyebab kematian serta
memutuskan seseorang bersalah atau tidak bersalah.
• Kesalahan identifikasi mayat, studi toksikologi yang tidak
lengkap, jejak bukti hilang atau terabaikan sebelumnya, dan
analisis luka yang tidak benar atau tidak lengkap beberapa
alasan mengapa ekshumasi perlu dilakukan
• Dokter perlu memahami dengan benar peranannya dan
pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap jenazah
yang telah dikubur sehingga dapat memberi keterangan yang
bermanfaat untuk kepentingan peradilan saat dilaksanakan
ekshumasi
Tujuan
Untuk dapat memahami:
1. Definisi ekshumasi
2. Siapa-siapa yg mempunyai kepentingan dalam
pelaksanaan ekshumasi
3.Alasan-alasan dilakukannya ekshumasi
4.Prosedur ekshumasi
5.Teknik autopsi
6.Aspek hukum yang berkaitan dengan ekshumasi
Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi masukan dan tambahan
pengetahuan bagi kami sebagai penyusun makalah dan bagi
masyarakat mengenai definisi ekshumasi, alasan dan kepentingan
dilakukannya ekshumasi, prosedur ekshumasi, teknik autopsi dan
aspek hukum yang mengaturnya serta peranan ilmu kedokteran
khususnya ilmu kedokteran forensik dalam hal penemuan yang
didapat pada kasus ekshumasi.
Definisi Exhumation

Penggalian jenazah (Exhumation)


berasal dari bahasa Latin yaitu Ex yang
berarti keluar dan Humus yang berarti
tanah.

Jadi exhumation berarti mengeluarkan


mayat yang sudah dimakamkan untuk
dilakukan pemeriksaan yang syah
secara hukum
Kepentingan Exhumasi
Penggalian kuburan atau ekshumasi diperlukan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan kepentingan :
Alasan Exhumasi
Berkaitan dengan perkara tindak pidana
Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan
kematian atau karena alasan-alasan kriminal

Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat


kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti
keracunan dan gantung diri
Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas
kebenarannya atau diragukan

Pada kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian


yang diragukan, misalnya pada kasus pembunuhan yang
ditutup-tutupi seakan-akan bunuh diri
Prosedur Ekhumasi
Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi
menjadi :
1. Persiapan
Penggalian
Kuburan

2.
3.
Pelaksanaan
Penyerahan
Penggalian
ke Penyidik
Kuburan
1. Persiapan Penggalian Kuburan
1. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang
menyatakan tidak berkeberatan bahwa makam atau kuburan
tersebut dibongkar.
2. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah
setempat atau saksi – saksi lain yang menyatakan bahwa
kuburan tersebut memang kuburan dari orang – orangyang
meninggal yang dimaksudkan.
3. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang
bukti yang dikuasai oleh penyidik ( Kepolisian ) untuk
sementara.

4. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter


pemerintah, Dokter Polri atau Dokter setempat untuk
pemeriksaan mayat Cq. penggalian kuburan.
5. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat
secara kronologis serta sesuai metode kriminalistik
yang membuat semua kejadian kejadian sejak
pertama kali kuburan itu dibongkar.
6. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Penggalian Kubur
1. Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat,
pihak keamanan, petugas pemakaman dan penggali kuburan.
2. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak
keluarga atau ahli waris atau saksi yang mengetahui dan
menyaksikan penguburan diperlukan kehadirannya .
3. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir
( dari bahan apa saja ).
4. Mencatat kronologi acara pembongkaran kuburan
5. Seandainya autopsi dilakukan akan dilakukan di RS maka
barang bukti harus bungkus, disegel, dan sebagainnya sebelum
dikirim ke RS dan harus disertai dengan berita acara dan
sebagainya.
6. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 m atau meteran
dari pita logam 2-5 m
7. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih
oleh polri sendiri.
3. Penyerahan Ke Penyedik

Penyerahan kembali ke penyidik bahwa pemeriksaan


terhadap jenazah telah selesai. Dimana selanjutnya akan
dibuat :
1. Berita acara pemakaman kembali
2. Berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga
dan yang kemudian selanjutnya jenazah yang telah diotopsi
dimakamkan kembali.
Autopsi
Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi
forensik. Ada pun tujuan dari medico – legal nya adalah :
• Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan,
kecurigaan pada kasus keracunan, dan kematian karena
kasus abortus kriminal atau malpraktek (berlaku secara
universal di seluruh negara)
• Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata
seperti gugatan kematian karena kecelakaan, ganti rugi
asuransi, gugatan kompensasi pekerjaan,
pertanggungjawaban untuk malpraktek, dan tuntutan
untuk warisan (tidak berlaku di Indonesia)
Teknik autopsi
Teknik Rokitansky
Teknik virchow Rongga tubuh dibuka →organ
Setelah dilakukan pembukaan dilihat dan diperiksa dengan
rongga tubuh → organ-organ melakukan beberapa irisan in situ
dikeluarkan satu persatu dan kemudian→ seluruh organ – organ
langsung diperiksa tersebut dikeluarkan dalam
kumpulan – kumpulan organ ( en
bloc ).

Teknik Ghon
Rongga tubuh dibuka →organ
leher dan dada, organ
pencernaan bersama hati dan
limpa, organ urogenital
diangkat keluar sebagai 3
kumpulan organ ( bloc )
Teknik Lutelle
1. Seluruh rongga tubuh dibuka
2. Organ leher, dada, perut dan digfragma dikeluarkan sekaligus
3. Kepala diletakkan diatas meja dengan posterior mengadap keatas
4. Plexus coeliacus & kelenjar para aortal diperiksa
5. Aorta dibuka sampai arcus aortae dan aa renalis kanan dan kiri
6. Rectum dipisakan dari sigmoid
7. Organ urogenital dipisahkan dari organ lain
8. Proximal jejenum diikat pada 2 tempat→ diputus antara 2 ikatan
tersebut sehingga usus dapat dilepaskan
9. Eosofagus dilepaskan dari trakea, tetapi ubungannya dgn lampung
dipertahankan
10.Vena cava serta aorta diputus diatas diafragma→organ leher & dada
dapat dilepas dari organ perut
Aspek Hukum
KUHAP Pasal 135
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu
melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 2
dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini.Dalam penjelasan
pasal 135 KUHAP ini lebih lanjut disebut : yang dimaksud
dengan “penggalian mayat” termasuk pengambilan mayat
dari semua jenis tempat dan penguburan.1

KUHAP Pasal 133 ayat 2


Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang dalam
surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.1
KUHAP Pasal 134 ayat 1
Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,
penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.Mengenai biaya untuk kepentingan
penggalian mayat, bila merujuk ke dalam ketentuan
hukum KUHP dinyatakan ditangguang oleh Negara,
walaupun dalam pelaksanaannya ada ketegasan dan
kejelasan.1

KUHAP Pasal 136


Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam bagian
kedua BAB XIV ditanggunga oleh Negara.1
KUHAP Pasal 7 ayat 1
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.

KUHP pasal 222


Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi,
atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan
dihukum dengan penjara selama-lamanya 9 bulan atau
denda sebanyak- banyaknya tiga ratus ribu rupiah.1
KUHAP Pasal 180
1. Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang
timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta
keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh
yang berkepentingan.
2. Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang.
3. Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan
penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).Bagi yang
menghalang- halangi atau menolak bantuan pihak pengadilan dapat
dikenakan sanksi hukum seperti tercantum dalam pasal 222 KUHP.
Kesimpulan
• Penggalian mayat merupakan pemeriksaan terhadap mayat
yang sudah dikubur. Alasan dilakukan penggalian kubur
berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan
keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi
penyidik dan badan lain (misalnya asuransi). Prosedur yang
dilakukan dalam eksumasi ini pada prinsipnya harus
dilakukan sesegera mungkin, seteliti mungkin dan dihadiri
dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak
keamanan, petugas pemakaman dan penggali kuburan.

• Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam


pasal 135 dan disini terkait pada pasal 133, 134, dan 136
KUHAP. Dan bagi yang menghalangi atau
menolak bantuan phak peradilan dapat dikenakan sanksi
hukum seperti tercantum dalam pasal 222 KUHP.
Saran
• Agar perpustakaan memperbanyak literatur
tentang ilmu forensik dikarenakan sangat
sedikitnya kasus dan praktik luar lapangan.
• Agar masyarakat tidak menjadikan proses
penggalian kuburan menjadi hal yang tabu
dikarenakan sangat pentingnya penggalian
kuburan dalam proses pengungungkapan
kasus tindak pidana.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai