BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekshumasi merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar
undang-undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan
mengali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari
keluarga korban.1,2
Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai
kematian seseorang dianggap tidak wajar. Dibandingkan autopsi yang segera
dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan lebih banyak biaya
tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi
pemeriksa medis, dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil
pemeriksaan terhadap jenazah yang telah lama dikubur tidak akan
memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan pemeriksaan pada
jenazah yang masih baru. Perbedaan jangka waktu post mortem memiliki
beberapa variable yang mempengaruhi pembusukan, antara lain : faktor
suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti mayat.
Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh Department of Pathology,
Occupational Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum selama tahun
1967-1998, didapatkan dari 371 ekshumasi, rata-rata jumlah hari setelah
dikubur adalah selama 74 hari. Waktu tersingkat adalah 9 hari dan waktu
terlama 478 hari. Semuanya laki-laki berusia 27 tahun - 87 tahun saat
meninggal (rata-rata 66 tahun). Pertanyaan yang sering diajukan lebih ke
arah penyakit yang diderita (93%) dan 12% diantaranya merupakan
pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban. Baik kecelakaan itu
sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga.3
Batas waktu permintaan dilakukan ekshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda.
Di Perancis contohnya batas waktunya hanya sampai 10 tahun sedangkan di
dimana
selain
karena
kasus
mayat
yang
munculnya
ialah Arsine, AsH3 (Arsenikum lekas uap), Arsen Trioxide (As2O3), Arsen putih
(As2S3).
Karena sifat beracunnya, mudahnya didapat serta mudahnya digunakan oleh
masyarakat, maka wajar jika ada yang menyalahgunakan untuk hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa
dilakukan secara langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas.
Dalam menghadapi kasus yang demikian, maka peranan kedokteran
kehakiman sangatlah penting dalam menentukan apakah korban benar-benar
meninggal karena arsen, atau sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi, dokter
juga bekerjasama dengan bagian toksikologi dalam menentukan adanya arsen dan
jumlahnya yang ada pada korban. Oleh karena itu dalam menentukan sebab
kematian karena arsen, selain ditemukannya arsen dalam jaringan atau organ, juga
harus dapat ditentukan kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan atau organ
tersebut.
Dari uraian diatas, penuils akan menjelaskan tentang ekhumasi korban
pembunuhan akibat keracunan arsen.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ekshumasi ?
b. Apa tujuan dan alasan dilakukannya ekshumasi ?
c. Apa dasar pertimbangan ekshumasi ?
d. Bagaimana ketentuan hukum ekshumasi ?
e. Bagaimana tatalaksana ekshumasi ?
f. Bagaimana autopsi pada ekshumasi ?
g. Apa pengertian arsen ?
h. Bagaimana arsen dapat menyebabkan keracunan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penyebab kematian korban keracunan melalui penggalian kubur
(ekshumasi).
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang lebih spesifik tentang penulisan referat ekhumasi ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tujuan dan alasannya dilakukan ekshumasi.
b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan ekshumasi.
c. Untuk mengetahui tentang arsen.
d. Untuk mengetahui mekanisme dan bahaya racun didalam tubuh dalam
sebuah kasus keracunan arsen.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Tulisan ini diharapkan menjadi sember pembelajaran dan meningkatkan
wawasan pengetahuan mengenai ekshumasi dan keracunan arsen.
1.4.2 Bagi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan mengenai
ekshumasi dan keracunan arsen.
1.4.2 Bagi Penulis
1. Memenuhi sebagian persyaratan menempuh ujian kepaniteraan klinik di
bagian ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai Ekshumasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekshumasi
Kata ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu ex yang artinya diluar dan
humus yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata ini adalah diluar tanah,
yang artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk
mencari penyebab kematiannya dan mencari identitas seseorang.5
Ekshumasi (penggalian kubur) adalah suatu tindakan medis yang dilakukan
atas dasar undang-undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan
menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari
keluarga korban.1,2
Pada umumnya, penggalian kubur dilakukan kembali karena adanya
kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang terlambat
terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik, atau adanya
anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak
akurat.
2.2 Tujuan Ekshumasi
Terdapat beberapa kemungkinan kenapa penggalian kuburan harus dilakukan.
Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan keterangan
mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain (misalnya
asuransi), seperti :
1.
2.
3.
4.
gantung diri.
Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.
Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.
a. Biasanya dilakukan untuk keperluan kota-kota, pengembangan gedunggedung dan sebagainya, atas perintah dari penguasa pemerintah setempat.
Untuk pelaksanaan biasanya ada petunjuk pelaksanaan yang di atur oleh
pemerintah setempat yang bekerja sama dengan keluarga. Oleh karena itu
sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut serta kepolisian dari
segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya untuk mencegah seandainya
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Kadang-kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan
kuburan seseorang ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini
sudah ada cara tertentu dan biasanya tidak menjadi urusan kepolisian
c. Untuk identifikasi.4
Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan
dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.
Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang
bukti harus dilakukan semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan
melibatkan ahli. Penggalian awal bisa dilakukan oleh orang yang bukan ahli
forensik. Tetap begitu sudah kelihatan ada mayat atau peti maka menjadi bagian
ahli forensik untuk melanjutkan.
2.3 Alasan Dilakukannya Ekshumasi 2
1.
2.
3.
4.
Tertangkapnya terdakwa
Pengakuan terdakwa sudah membunuh dan mengubur seseorang
Adanya kecurigaan tindak pidana
Pemeriksaan ulang atas permintaan hakim, karena pada awalnya sudah
diperiksa tetapi hanya pemeriksaan luar. Tetapi kemudian ada kecurigaan
10
11
Ayat 2 Dalam hal ini timbul keberatan berasalan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
Ayat 3 Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan
penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).
Yang berhak Memerintahkan Penggalian Kubur
Pada beberapa negara terdapat perbedaan siapa-siapa yang berhak
memerintahkan penggalian kuburan. Di India dilaksanakan atas perintah seorang
kepala daerah (Distrik Magistrate) atau seorang coroner (hakim atau pegawai
yang berwenang untuk menyelidik penyebab kematian). Di Amerika Serikat
dilaksanakan atas perintah jaksa. Di Skotlandia atas perintah kepala polisi daerah,
sedangkan di Indonesia dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135
KUHAP, permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.9
Penetapan Waktu Penggalian Mayat
Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus
dilakukan dengan segera, tidak boleh ditunda-tunda. Tetapi bila telah dikubur satu
bulan atau lebih maka penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari
waktu yang tepat, sebab penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh
buruk terhadap pemeriksaan. Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang
belulang saja, tidaklah perlu terburu-buru menentukan saat yang baik untuk
melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini mungkin dokter masih dapat melakukan
identifikasi, kadang-kadang masih dapat melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang
seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa jenis racun mungkin masih bisa
didapatkan.5 Ekshumasi sebaik dilakukan pada pagi hari atau siang hari, jadi hakim
dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat penggalian
kubur. Penetapan batas waktu untuk penggalian mayat di beberapa negara
memang berbeda, seperti :
12
Prancis
: 10 tahun
Skotlandia
: 20 tahun
Jerman
: 30 tahun 7,8
13
lain-lain.
Barang-barang yang ditemukan.
Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan (autopsi) sampai
selesai.
14
f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu satu meter atau meteran
dari pita logam 2-5 meter.
g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh
petugas Polri sendiri. Tidak diperkenankan wartawan/wartawan foto
berada dilokasi pengadilan.
3. Penyerahan ke Penyidik
Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan
kembali ke penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai.
Selanjutnya akan dibuat :
15
16
kimia.
Bila
mayat
telah
mengalami
pembusukan
dan
17
kamar mayat memang lebih baik dalam arti pemeriksaan dapat dilakukan
dengan tenang tanpa harus di tonton masyarakat banyak sebgaiamana bila
dilakukan di tempat penggalian mayat. Dengan demikian pemeriksaan di kamar
mayat diharapkan dapat dialakukan dengan teliti. Walaupun hal ini sangat
tergantung keahlian serta pengalaman dokter yang melakukan pemeriksaan.
Petugas pemeriksa mayat haruslah memakai masker yang telah dicelupkan
kedalam larutan potasium permanganas dan memakai sarung tangan yang tebal.
Bila mayat suadah hancur semuanya, maka setiap organ yang masih tinggal
harus diambil untuk pemeriksaan kimia. Jika organ dalam tidak ditemui lagi
maka diambil rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban yang kemudian
dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus keracunan arsen,
selain tanah harus juga diambil rambut, kuku, dan tulang-tulang panjang untuk
pemeriksaan laboratorium. Perlu diingat, dalam pemeriksaan tubuh mayat tidak
boleh disirami desinfektan meskipun resiko penularan dari bakteri patogen
besar sekali. Tindakan ini dapat merusak bahan-bahan pemeriksaan, terutama
pada kasus keracunan, sehingga racun menjadi sukar dideteksi. Mayat yang
baru dikubur lebih berbahaya dari pada mayat sudah mengalami pembusukan
lanjut, begitupun desinfektan dapat dipercikkan di sekitar kuburan untuk
menghindari
terhirupnya
gas-gas
yang
berbau
merangsang.
Sebelum
18
19
juga diambil)
- Sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya
Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian :13
1. Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi)
a. Batu nisan
b. Gambaran kubur
c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari, dan lain-lain
Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu
dilakukan.
2. Penyebab kematian
a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah
b. Tubuh jenazah harus di foto
c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil
untuk pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah
alkohol.
20
dari
trakea,
tetapi
hubungannya
dengan
lambung
dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus diatas diafragma dan
dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.
Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan
antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari
21
tubuh. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta
agak sukar karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan
sekaligus.
4. Teknik Gihon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3
kumpulan organ (bloc).
Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk
menentukan penyebab kematiannya. Apalagi autopsi pada kasus ekshumasi
dimana jenazah yang sudah dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa
tahun sehingga tidak semua autopsi pada ekshumasi dapat menjelaskan tentang
penyebab kematiannya, terutama pada jenazah yang telah mengalami pembusukan.
Dalam pekerjaan forensik, tubuh yang cepat membusuk biasa ditemukan terutama
didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi menurun
dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu
kelainan pun dilewatkan. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, harus dilakukan
usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada
pemeriksaan rutin. Dari luar, proses pembusukan menimbulkan berbagai tingkatan,
warna kehijauan pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi,
luka robek, dan luka tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan.
Keluarnya darah dari mulut dan lubang hidung yang disebut purging sering
diartikan salah oleh polisi dan masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter
sebagai adanya perdarahan. Padahal itu merupakan tingkat lanjut dari
pembusukan. Pengelupasan kulit dapat meyembunyikan adanya abrasi, walaupun
abrasi dapat dilihat ketika epidermis yang terkelupas dibuka dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium terhadap kulit. Tanda disekeliling leher yang disebabkan
oleh strangulasi dapat menjadi kabur oleh adanya pembengkakan jaringan yang
disebabkan gas. Jika terdapat larva lalat atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli
entomologi dapat dihadirkan untuk menentukan lama kematian.
22
23
Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral,
inhalasi, dan absorpsi melalui kulit/mukosa membran. Senyawa arsen yang paling
sering digunakan untuk meracuni orang adalah arsen trioksida (As 2O3). Arsen
bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh
manusia. Racun arsen yang masuk kedalam saluran cerna akan diserap secara
sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ
tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek
toksik ganda, yaitu:
a. Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril
(SH) pada dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait
dengan transfer energi, terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate
oxidative pathway, dan tricarbxylic acid (krebs) cycle, yang menyebabkan
berkurangnya produksi ATP sehingga menimbulkan efek patologis yang
reversible. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisir dengan
pemberian dithiol, 2,3 dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-Lewisite
atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH.
Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi
gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh.
b. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah,
khususnya di daerah splanknik dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena
menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial yang jelas
serta ekstra vasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler menyebabkan
serangkaian respon miulai dari kongesti, stasis, seta thrombosis sehingga
menyebabkan nekrosis dan iskemi jaringan.
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam
waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi
di berbagai organ tubuh seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru, serta saluran cerna,
24
dimana arsen akan mengikat syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian
kecil dari arsen yang menembus blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk
ke tubuh wanita hamil dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh
janin. Didalam tulang, arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat di
deteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian.
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan
sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting
karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen didalam kulit,
kuku dan rambut. Dalam penyelidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan
arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan melakukan
pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari
pangkal sampai ke ujungya.
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi
efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan
lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat.
Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan
bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis yang terjadipun lebih berat juga. Secara
umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari sifat fisik dan kimiawi racun,
jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi serta kecepatan jumlah eliminasi,
baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya
akibat pengobatan (lavase).
25
a. Intoksikasi akut
Acute minimal lethal dose untuk arsenic trioksida pada orang dewasa adalah
70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenic inorganic kurang dari 1 mg/kg
dapat menyebabkan kematian pada kadar 150-250 ppm. Pajanan antara 25-50
ppm selama 30 menit atau 100 ppm selama kurang dari 30 menit dapat
menyebabkan hemolisis dan kematian.
b. Intoksikasi kronis
Sebuah sumber menuliskan frekuensi kanker jelas meningkat pada dosis 400
g/hari. The National Reaserh Council menaksir pajanan terhadap air minum
yang mengandung 10 g/L arsen setiap hari akan meningkatkan resiko terkena
bladder cancer.
2.10 Gejala Klinis
1. Intoksikasi akut
Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat kerja,
biasanya terjadi karena konsumsi peroral akibat ketidaktahuan, bunuh diri,
ataupun pembunuhan. Timbulnya gejala biasanya dalam waktu beberapa menit
hingga jam.
Gejala dapat berupa:
Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracukan akut arsen
yang masuk peroral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar
biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2
jam setelah paparan racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada
tenggorokan dan ulu hati, diikuti dengan mual, muntah, nyeri abdomen,
diare dengan feses seperti air cucian beras yang kadang-kadang berdarah.
Sistem respirasi
26
Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis, bronchitis
ringan, dan sesak nafas. Hal ini terjadi akibat pemaparan akut terhadap debu
arsen. Selanjutnya mungkin dapat terjadi edema paru akut.
Sistem kardiovaskular
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik, ventricular
disritmia, dan congestive heart failure. Pada intosikasi arsen terjadi dilatasi
kapiler yang mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah
meningkat dan cairan keluar ke interstisial. Keadaan ini dapat menyebabkan
hipovolemi dan hipotensi.
Sistem saraf
Intosikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah,
lesu, delirium, kejang, koma, ensepalopati, dan gejala neuropati perifer
sensoris dan motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed) dan
muncul 2-4 minggu setelah gejala akut.
Hati dan ginjal
Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oligouria, proteinuria,
renal insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal akut.
Hematologi : anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated
intravascular coagulation (DIC)
Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan senyawa
arsen yang cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika korban tersebut
dapat bertahan hidup maka ia akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan
fungsi hati.
2. Intoksikasi kronik
Intosikasi kronik dapat terjadi akibat paparan arsen dalam dosis sublethal yang
berulang. Paparan kronis arsen dapat terjadi akibat paparan industri maupun
27
28
mulut, napas berbau bawang putih, tenggorokan kering dan rasa haus yang
persisten.
- Ikterus akibat nekrosis sel hati subakut.
- Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan terjadinya
kakeksia dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai dengan
leucopenia yang berat dan eusinofilia relative.
- Kanker : arsenic inorganic merupakan karsinogen bagi manusia. Pajanan
kronik arsenic inorganic sangat berhubungan dengan kanker kulit dan
kanker paru, dan dapat pula mengakibatkan kanker pada berbagai organ
seperti ginjal, kandung kemih dan hepar.
2.11 Penemuan Otopsi
Pada kematian akibat keracunan akut, pemeriksaan luar mayat memberi kesan
telah terjadinya dehidrasi hebat pada tubuh. Pada pemeriksaan dalam akan
dijumpai adanya mukosa lambung dan esofagus yang mengalami inflamasi, erosi,
kongesti, dan bercak-bercak perdarahan. Membran mukosa mempunyai lekukan
dan diantara lekukan tersebut (rugae) bisa ditemukan lendir yang kental dan
mengikat partikel racun. Isi lambung berwarna gelap. Pada korban yang meninggal
dalam satu atau dua hari setelah pajanan, kelainan tersebut dapat meluas ke
seluruh usus halus, bahkan kadang-kadang disertai
pseudomembran diatasnya. Jika korban meninggal leih lama lagi dari itu, maka
akan dijumpai adanya deposit lemak pada jaringan hati, jantung, dan ginjal. Selain
itu, pada otopsi dapat juga ditemukan adanya perdarahan subserosa terutama pada
jantung,
jaringan
longgar
mesenterium
dan
daerah
retroperitoneal.
29
korban yang kahektis. Pada pemeriksaan dalam akan menunjukan kelainan pada
saluran pencernaan yang ringan. Lambung normal atau dapat juga menunjukan
gastritis kronis dengan disertai penebalan mukosa dan lapisan serosa. Usus halus
berdilatasi dengan mukosa yang menebal dan gambaran keseluruhannya edema
kongesti yang non spesific yang umum ditemukan pada penyakit enteritis. Jarang
terjadinya ulserasi pada mukosa, isi dari usus sendiri dapat berlebihan atau berupa
cairan dengan gambaran seperti air cucian beras. Kelainan histologi degeneratif
juga dapat ditemukan pada hati dan gnjal.
Apabila korban menelan arsen dalam bentuk padat, secara makroskopik kadangkadang dapat dijumpai adanya kristal putih melekat pada mukosa lambung dan
esofagus. Jika korban baru diotopsi setelah mayat membusuk, maka kristal putih
arsen trioksida akan berubah warna menjadi kuning. Sementara itu mukosa gaster
warnanya berubah merah padam menjadi hijau keunguan sampai hijau kecoklatan.
Pada jaringan otak, arsen menyebabkan destruksi hemorage dan perivaskular
(dikenal sebagai wernicke like ensepalopati, arsenikal ensefalopati, hemorage
arsenik ensefalitis, atau serebral purpura), yang terjadi akibat kerusakan endotel
berat. Secara mikroskopik pada kelainan ditemukan adanya trombosis arteriol dan
kapiler serta nekrosis simetris pada daerah pons, korpus kalosum, klaustrum, dan
talamus.
a) Intoksikasi akut
Akut minimal letal dose untuk arsenik trioksida pada orang dewasa adalah
70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenik inorganik kurang dari 1 mg/kg
dapat menyebabkan penyakit yang serius pada anak-anak. Sedangkan
untuk gas arsen dapat menyebabkan kematian pada kadar 150-250 ppm.
Pajanan antara 25-50 ppm selama 30 menit atau 100 ppm selama < 30
menit dapat menyebabkan hemolisis dan kematian.
b) Intoksiskasi kronik
Sebuah sumber menuliskan frekuesni kanker menigkat pada dosis 400
ug/hari. National research council menaksir pajanan terhadap air minum
30
31
BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 Skenario
Seorang perempuan berusia 25 tahun, mahasiswa universitas swasta di jambi,
ditemukan meninggal dunia pada hari minggu 30 Agustus 2015, pukul 09.00 WIB,
korban dikubur oleh tersangka di belakang rumah korban di Jl. Merpati no.51 RT
01 RW 06 Kel. Sijenjang, Kec.Telanai pura, Kota Jambi pada hari minggu 24
Agustus 2015 pukul 20.00 WIB.
32
Menurut keterangan keluarga, korban hilang sejak lima hari yang lalu. Suami
korban menemukan bau busuk di belakang rumah sejak tiga hari yang lalu.
Keluarga mengajukan pemeriksaan terhadap penyebab kematian anaknya kepada
Polisi. Penyidik telah membuat surat permohonan tertulis untuk melakukan
pemeriksaan pada tubuh korban dalam rangka proses penegakan hukum.
33
34
g. Ciri rambut
35
3. Kaku Mayat
4. Pembusukan
: Terdapat kaku mayat di seluruh bagian tubuh ------: Terdapat pembusukan di hampir seluruh bagian
busuk,
tidak
ada
kelainan
36
37
- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai ---------------------------------------------- Pelangi mata:----------------------------------------------------------------- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai ----------------------------------------------b. Hidung :----------------------------------------------------------------------------- Bentuk hidung
: Simetris, mancung, tidak ada kelainan ----- Permukaan kulit hidung : Kulit ari terkelupas, tidak ada kelainan ----- Lubang hidung
: Tidak ada kelainan ----------------------------c. Telinga:------------------------------------------------------------------------------ Bentuk telinga
: Tidak ada kelainan ---------------------------- Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan----------------------------- Lubang telinga
: Tidak ada kelainan-----------------------------d. Mulut : ------------------------------------------------------------------------------ Bibir atas
: Membengkak, tidak ada kelainan -------------------- Bibir bawah
: Membengkak, tidak ada kelainan -------------------- Selaput lendir mulut: Sulit dinilai ------------------------------------------- Lidah
: Tidak terjulur diantara gigi, tidak ada kelainan ---- Rongga mulut
: Tercium bau bawang, tidak ada kelainan ----------- Gigi geligi :-------------------------------------------------------------------- Rahang atas : Gigi lengkap, gigi geraham belakang ketiga kanan
dan kiri sudah tumbuh, tidak ada kelainan ------------------------------- Rahang bawah : Gigi lengkap, gigi geraham belakang ketiga kanan
dan kiri sudah tumbuh, tidak ada kelainan ------------------------------e. Alat Kelamin : Perempuan ------------------------------------------------------- Rambut kemaluan
: Warna hitam, bentuk ikal, ukuran panjang
3.
Tulang
Tulang:--------------------------------------------------------------------
38
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Tulang tengkorak
: Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang belakang
: Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang tulang dada
: Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang tulang punggung: Tidak ada kelainan----------------------------Tulang tulang panggul : Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang anggota gerak
: Tidak ada kelainan------------------------------
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM---------------1. Rongga kepala:---------------------------------------------------------------------a. Kulit kepala bagian dalam: Berwarna coklat kehitaman, tidak ada
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2. Leher bagian dalam ---------------------------------------------------------------a. Kulit leher bagian dalam : Berwana hijau kehitaman, tidak ada
kelainan.--------------------------------------------------------------------------b. Otot leher bagian dalam : Berwarna hijau kehitaman, tidak ada
kelainan.--------------------------------------------------------------------------c. Tenggorokan
: Tidak ada kelainan ----------------------------d. Lidah
: Membengkak, berwarna abu-abu kehijauan,
tidak ada kelainan --------------------------------------------------------------e. Tulang pangkal lidah
: Tidak ada kelainan ----------------------------f. Tulang rawan cincin
: Tidak ada kelainan ----------------------------3. Rongga dada :-----------------------------------------------------------------------a. Kulit bagian dalam : Berwarna hijau kehitaman, tidak ada kelainan ----b. Otot dinding dada : Otot melisut, tidak ada kelainan --------------------c. Tulang dada
: Tidak ada kelainan ------------------------------------d. Tulang-tulang iga : Tidak ada kelainan ------------------------------------e. Paru :------------------------------------------------------------------------------ Paru kanan
: Membusuk, berwarna hijau kehitaman, tidak ada
kelainan -----------------------------------------------------------------------
39
Paru kiri
kelainan ----------------------------------------------------------------------f. Jantung :-------------------------------------------------------------------------- Jantung kanan dan kiri lembek dan melisut, warna hijau kehitaman,
terletak diantara kedua paru-paru, tidak ada kelainan ----------------- Kandung jantung: Kering dan melisut, selaput pembungkus jantung
mudah
dilepas
---------------------------------------------------------------4. Rongga Perut------------------------------------------------------------------------a. Kulit perut bagian dalam : Berwarna abu kehiajauan, tidak ada
kelainan --------------------------------------------------------------------------b. Otot dinding perut
: Berwarna merah pucat kehiajaun, tidak ada
kelainan---------------------------------------------------------------------------c. Rongga perut
: Tidak terdapat cairan, tidak ada kelainan --d. Tirai usus
: Membusuk, tidak ada kelainan --------------e. Lambung
:Lambung
kosong,
berwarna
hijau
kehitaman.------------------------------------------------------------------------f. Usus
: Bagian dalam usus terdapat cairan berwarna
putih seperti air cucian beras, berwarna abu-abu kehijauan, tidak ada
kelainan---------------------------------------------------------------------------g. Hati
: Pada perabaan lunak, tepi tumpul,
permukaan rata, warna hijau kehitaman. Pada pengirisan penampang
tampak warna kehitaman, tidak ada kelainan.-------------------------------h. Limpa
: Sudah membusuk, warna kehijauan. Tidak
terdapat kelainan----------------------------------------------------------------i. Pankreas
: Sudah membusuk, warna kehitaman, tidak
ada kelaianan--------------------------------------------------------------------j. Kandung empedu
: Berisi cairan berwarna hijau kehitaman,
pada pengirisan saluran empedu tidak tersumbat, tidak ada kelainan----k. Ginjal
: ---------------------------------------------------------------------- Ginjal kanan
: Selaput pembungkus ginjal mudah
dilepaskan, permukaan ginjal rata, berwarna kehijauan. Pada
40
Rahim
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM FORENSIK-----------------------------Selain fakta-fakta diatas, kami mengambil sampel dari tubuh jenazah untuk
dilakukan pemeriksaan Toksikologi, maka kami mengirimkan sampel berupa :
1. Rambut dua helai------------------------------------------------------------------2. Kuku sepanjang satu koma lima sentimeter dan lebar satu sentimeter----3. Tanah setiap sisi kubur ----------------------------------------------------------Pemeriksaan Toxicologi--------------------------------------------------------------------- Pemeriksaan rambut : Ditemukan arsen dengan kadar 100 mg/kg-------------- Pemeriksaan kuku : Ditemukan arsen dengan kadar 90 ug/kg---------------- Pemeriksaan tanah : Ditemukan arsen dengan kadar 400 ug/kg-------------KESIMPULAN:-----------------------------------------------------------------------------Berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan dari pemeriksaan atas jenazah
tersebut maka kami simpulkan bahwa telah diperiksa seorang perempuan, umur
kurang lebih dua puluh lima tahun, warna kulit kuning langsat, kesan gizi cukup.
Dari pemeriksaan luar dan dalam ditemukan tanda-tanda keracunan arsen, serta
tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain. Sebab kematian adalah kekurangan
cairan sangat berat akibat keracunan arsen.------------------------------------------------
41
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang jenazah ditemukan terkubur di belakang rumahnya pada tanggal 30
Agustus 2015. Korban dinyatakan hilang oleh keluarganya sejak lima hari yang
lalu. Suami korban menyatakan bahwa ada bau busuk di belakang rumahnya.
Keluarga korban dan penyidik merasa curiga dengan bau busuk di belakang rumah
korban, kemudian melakukan pemeriksaan dan mendapatkan bekas galian kubur di
belakang rumahnya, sehingga warga sekitar melakukan penggalian kubur pada
daerah yang berbau busuk tersebut (ekshumasi).
Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan
dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.
Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Ekshumasi dilakukan oleh
dokter forensik atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135 KUHAP,
permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.
43
Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum
et repertum.
Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan
identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.
Untuk identifikasi penyebab kematian maka penyidik telah membuat surat
permohonan tertulis untuk melakukan pemeriksaan terhadap tubuh korban dalam
rangka proses penegakan hukum.
Dokter melakukan pemeriksaan toksikologi pada tubuh korban. Pemeriksaan
toksikologi bisa dilakukan dengan sampel darah dan urin, tetapi pada kasus ini
telah terjadi pembusukan pada hampir seluruh bagian korban, sehingga sampel
yang digunakan dari tubuh korban adalah rambut dan kuku serta pemeriksaan
tanah yang diambil dari setiap sisi tanah bekas kuburan.
Pada pemeriksaan luar ditemukan bercak muntah di pakaian korban yang
menunjukan adanya gangguan sistem pencernaan. Pada pemeriksaan dalam sulit
dinilai akibat pembusukan jaringan dan organ tubuh korban. Pada kasus ini
didapatkan kadar arsen yang meningkat pada pemeriksaan rambut dan kuku, serta
ditemukan kadar arsen pada tanah bekas kuburan korban.
Ditinjau dari segi medikolegal, maka dapat disimpulkan mengenai arsen sebagai
berikut :
Arsen sangat sering digunakan untuk membunuh, karena :
Harga murah
Mudah diperoleh
Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makanan
Sangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
45
46
DAFTAR PUSTAKA
1. http://geradts.com/anil/ij/vol_008_no_001/papers/paper002.html.
2. Gordon. I, H. A Sharpiro dan S. D Berson. Forensic Medicine ( a guide
to principles) third edition. Chirchill Livingstone.1988.
3. www.yahoo.com ( Anil Aggrawals Internet Journal of forensic
Medicine and Toxicology).
4. Parikh C.K. Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and
Toxicology. Medical Publication. Bombay India.1979. pp.126.
5. ModiNJ. Medical Jurisprudence and Toksikologi. 18 thEdition.
Bombay-India, 1972. pp.88.
6. Chadha P.V. IlmuForensikdanToksikologi. Alihbahasa Johan Hutauruk,
WidyaMedika. Jakarta:1975.
7. Knight B, Arnold, Simsons Forensic Medicine, 11 th Edition. Oxford
University Press. Inc, New York-USA. 1997, p.19.
8. Idries AM. PedomanIlmuKedokteranForensik. EdisiPertama. PT.
BinarupaAksara. Jakarta: 1989. pp.254.
9. Nandy A. Principles of Forensic Medicine. New General Book Agency
(P) Ltd, Calcuta-India. 1995, p.184.
10. Gresham, G.A dan A.F Turner. Post Mortem Procedures (an illustrated
textbook), Published by Wolfe Medical Publication Ltd.1979
11. KitabUndang-UndangHukumAcaraPidana. KaryaAnda:Surabaya.
12. Camps, Francis. E, Ed. Legal Medicine, Bristol, John Wright and Sons
LTD.1968
13. Gonzales, Thomas. A, Morgan Vance, dkk, Legal Medicine Pathology
And Toxicology second edition. Appleton-Century-Croft Inc.1825.
14. TeknikAutopsiForensik.
BagianKedokteranForensik.
FakultasKedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.
15. Amir A, KapitaSelektaKedokteranForensik. FK-USU. Medan. 1995.
pp.57.
16. www.itsoke.net/mako/vet.htm-91k
47
48
13. LAMPIRAN