Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekshumasi merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar
undang-undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan
mengali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari
keluarga korban.1,2
Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai
kematian seseorang dianggap tidak wajar. Dibandingkan autopsi yang segera
dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan lebih banyak biaya
tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi
pemeriksa medis, dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil
pemeriksaan terhadap jenazah yang telah lama dikubur tidak akan
memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan pemeriksaan pada
jenazah yang masih baru. Perbedaan jangka waktu post mortem memiliki
beberapa variable yang mempengaruhi pembusukan, antara lain : faktor
suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti mayat.
Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh Department of Pathology,
Occupational Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum selama tahun
1967-1998, didapatkan dari 371 ekshumasi, rata-rata jumlah hari setelah
dikubur adalah selama 74 hari. Waktu tersingkat adalah 9 hari dan waktu
terlama 478 hari. Semuanya laki-laki berusia 27 tahun - 87 tahun saat
meninggal (rata-rata 66 tahun). Pertanyaan yang sering diajukan lebih ke
arah penyakit yang diderita (93%) dan 12% diantaranya merupakan
pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban. Baik kecelakaan itu
sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga.3
Batas waktu permintaan dilakukan ekshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda.
Di Perancis contohnya batas waktunya hanya sampai 10 tahun sedangkan di

Jerman batas waktunya sampai 30 tahun. Bila penyidik dalam rangkaian


penyidikannya memerlukan bantuan dokter untuk melakaukan pemeriksaan
terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter wajib melakukan
pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami dengan benar
peranannya dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap jenazah yang
telah dikubur sehingga dapat memberi keterangan yang bermanfaat untuk
kepentingan peradilan saat dilaksanakan ekshumasi. 4
Di negara kita ini sering kali ada sesuatu laporan tentang telah terjadinya
peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada penyidik. Sehingga
dapat menimbulkan kesulitan. Baik bagi pihak penyidik maupun bagi pihak dokter
untuk melakukan tugasnya memeriksa mayat oleh karena korban telah dikubur.
Keterlambatan laporan tentang kecurigaan kejadian/kematian bisa disebabkan oleh
berbagai faktor. Misalnya karena kebutaan tentang hukum, masalah transportasi,
saksi dibawah tekanan/ancaman, serta anggapan yang tidak tepat tentang
pemeriksaan mayat yang dilakukan sebelumnya.5
Walaupun tidak bisa dilakukan, panggilan kuburan kadang-kadang harus
dikerjakan

dimana

selain

karena

kasus

mayat

yang

munculnya

kemudian/belakangan tetapi bisa pula karena faktor budaya/adat (pada suku


tertentu) ataupun karena ditutupnya kuburan/lokasi pemakaman tersebut.6 Kasus
yang umumnya mengakibatkan panggalian mayat dilakukan adalah menyangkut
kasus-kasus kriminal (misalnya pembunuhan yang disamarkan seperti bunuh diri,
kecurigaan keracunan, kematian karena abortus provokatus kriminalis atau
malpraktik) dan kasus-kasus sipil (misalnya tuntunan asuransi, pertanggung
jawaban kasus malpraktik, tuntutan mengenai warisan atau masalah dalam
menentukan identitas).7
Dalam rangkaian penyidikannya, apabila penyidik merasa perlu bantuan dokter
untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka dokter
wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Inilah tantangan yang berat bagi para
dokter pada umumnya, sehingga biasanya mereka akan merujuk ke kedokteran

kehakiman di rumah sakit terdekat.1,8 Biasanya kuburan yang dibongkar mayatnya


masih bau, mayat yang diperiksa umumnya baru beberapa hari atau minggu di
kubur, sehingga proses pembusukan masih sangat baru. Yang diperlukan kalangan
dokter dalam hal penggalian mayat ini dituntut untuk melakukan secara lebih teliti
dan seksama. Dalam hal ini perlu diingat oleh semua kalangan hasil pemeriksaan
terhadap mayat yang telah dikubur tidak akan memberikan hasil sebaik-baiknya
apabila mayat diperiksa ketika sebelum dikubur. Apabila mayat dikubur telah lama
maka hasil yang diperoleh juga semakin kurang maksimal.
Dalam ilmu kedokteran kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu
penyebab kematian yang cukup banyak sehingga keberadaannya tidak dapat
diabaikan. Jumlah maupun jenis reaksi pun semakin bertambah, apalagi dengan
makin banyaknya macam-macam zat pembasmi hama. Selain karena faktor murni
kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat
disalahgunakan untuk tindakan-tindakan kriminal. Walaupun tindakan meracuni
seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tapi baik dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana maupun di dalam Hukum Acara Perdata tidak dijelaskan batasan
dari keracunan tersebut, sehingga banyak dipakai batasan-batasan racun menurut
beberapa ahli, untuk tindakan kriminal ini, adanya racun harus dibuktikan demi
tegaknya hukum.
Arsenic, As, banyak digunakan sebagai bahan campuran obat pembasmi tikus
(rodentisida). Arsen juga banyak digunakan dalam masyarakat sebagai hasil
industri, misalnya sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida,
campuran dalam pupuk, maupun mencemari lingkungan masyarakat karena
dampak dari industri. Arsen juga digunakan dalam bidang pengobatan. Dalam hal
ini digunakan arsen jenis tertentu dan dalam dosis tertentu pula, seperti
neosalveran untuk pengobatan penyakit sifilis, frambusia (sampar/patek) sebagai
salah satu campuran dalam tonikum, dan obat-obat lainnya seperti solarson,
optarson, arsentriferrol, liquor arsenicallis, dan lain-lain. Senyawa arsen lainnya

ialah Arsine, AsH3 (Arsenikum lekas uap), Arsen Trioxide (As2O3), Arsen putih
(As2S3).
Karena sifat beracunnya, mudahnya didapat serta mudahnya digunakan oleh
masyarakat, maka wajar jika ada yang menyalahgunakan untuk hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa
dilakukan secara langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas.
Dalam menghadapi kasus yang demikian, maka peranan kedokteran
kehakiman sangatlah penting dalam menentukan apakah korban benar-benar
meninggal karena arsen, atau sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi, dokter
juga bekerjasama dengan bagian toksikologi dalam menentukan adanya arsen dan
jumlahnya yang ada pada korban. Oleh karena itu dalam menentukan sebab
kematian karena arsen, selain ditemukannya arsen dalam jaringan atau organ, juga
harus dapat ditentukan kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan atau organ
tersebut.
Dari uraian diatas, penuils akan menjelaskan tentang ekhumasi korban
pembunuhan akibat keracunan arsen.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ekshumasi ?
b. Apa tujuan dan alasan dilakukannya ekshumasi ?
c. Apa dasar pertimbangan ekshumasi ?
d. Bagaimana ketentuan hukum ekshumasi ?
e. Bagaimana tatalaksana ekshumasi ?
f. Bagaimana autopsi pada ekshumasi ?
g. Apa pengertian arsen ?
h. Bagaimana arsen dapat menyebabkan keracunan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penyebab kematian korban keracunan melalui penggalian kubur
(ekshumasi).
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang lebih spesifik tentang penulisan referat ekhumasi ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tujuan dan alasannya dilakukan ekshumasi.
b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan ekshumasi.
c. Untuk mengetahui tentang arsen.
d. Untuk mengetahui mekanisme dan bahaya racun didalam tubuh dalam
sebuah kasus keracunan arsen.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Tulisan ini diharapkan menjadi sember pembelajaran dan meningkatkan
wawasan pengetahuan mengenai ekshumasi dan keracunan arsen.
1.4.2 Bagi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan mengenai
ekshumasi dan keracunan arsen.
1.4.2 Bagi Penulis
1. Memenuhi sebagian persyaratan menempuh ujian kepaniteraan klinik di
bagian ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai Ekshumasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekshumasi
Kata ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu ex yang artinya diluar dan
humus yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata ini adalah diluar tanah,
yang artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk
mencari penyebab kematiannya dan mencari identitas seseorang.5
Ekshumasi (penggalian kubur) adalah suatu tindakan medis yang dilakukan
atas dasar undang-undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan
menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari
keluarga korban.1,2
Pada umumnya, penggalian kubur dilakukan kembali karena adanya
kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang terlambat
terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik, atau adanya
anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak
akurat.
2.2 Tujuan Ekshumasi
Terdapat beberapa kemungkinan kenapa penggalian kuburan harus dilakukan.
Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan keterangan
mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain (misalnya
asuransi), seperti :
1.

Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau

2.

karena alasan-alasan kriminal, seperti abortus kriminalis.


Pada kasus dimana sebab kematian yang tertara dalam surat keterangan
kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti keracunan dan

3.
4.

gantung diri.
Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.
Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.

Ekshumasi diperlukan untuk tujuan tertentu sesuai dengan kepentingan.1


1. Penggalian atau pembongkaran kuburan untuk kepentingan peradilan.
Untuk kepentingan penyidikan kepolisian kadang-kadang suatu kuburan perlu
digali kembali untuk memeriksa dan membuat Visum et Repertum dari
jenazah yang beberapa waktu lalu dikubur. Hal ini terjadi atas dasar laporan
atau pengaduan masyarakat agar polisi dapat melakukan penyidikan atas
kematian tersebut tidak wajar dan menimbulkan kecurigaan. Kadang-kadang
korban suatu pembunuhan atau tindak kejahatan lain dimana korban dikubur
di suatu tempat atau suatu kematian yang pada waktu itu dianggap atau dibuat
seolah-olah kematian wajar sehingga pada waktu itu tidak dimintakan Visum
et Repertum. Ternyata beberapa waktu kemudian diketahui bahwa kematian
itu tidak wajar.
2. Penggalian non forensik atau bukan untuk peradilan.

a. Biasanya dilakukan untuk keperluan kota-kota, pengembangan gedunggedung dan sebagainya, atas perintah dari penguasa pemerintah setempat.
Untuk pelaksanaan biasanya ada petunjuk pelaksanaan yang di atur oleh
pemerintah setempat yang bekerja sama dengan keluarga. Oleh karena itu
sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut serta kepolisian dari
segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya untuk mencegah seandainya
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Kadang-kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan
kuburan seseorang ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini
sudah ada cara tertentu dan biasanya tidak menjadi urusan kepolisian
c. Untuk identifikasi.4
Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan
dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.
Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang
bukti harus dilakukan semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan
melibatkan ahli. Penggalian awal bisa dilakukan oleh orang yang bukan ahli

forensik. Tetap begitu sudah kelihatan ada mayat atau peti maka menjadi bagian
ahli forensik untuk melanjutkan.
2.3 Alasan Dilakukannya Ekshumasi 2
1.
2.
3.
4.

Tertangkapnya terdakwa
Pengakuan terdakwa sudah membunuh dan mengubur seseorang
Adanya kecurigaan tindak pidana
Pemeriksaan ulang atas permintaan hakim, karena pada awalnya sudah
diperiksa tetapi hanya pemeriksaan luar. Tetapi kemudian ada kecurigaan

penyebab kematian karena tindak pidana maka dilakukan autopsi


5. Awalnya dianggap mati wajar, kemudian ditemukan bukti bahwa penyebab
mati tidak wajar
2.4 Dasar Pertimbangan Ekshumasi
Dasar pertimbangan pelaksanaan ekshumasi sebenarnya hanya kepada
persoalan hukum. Dimana pihak keluarga korban ataupun pihak penyidik merasa
adanya kecurigaan atas kematian korban. Namun pada kasus-kasus tertentu juga
untuk indentifikasi lanjutan.
Pada kasus-kasus dimana kuburan dibongkar kembali karena si tersangka
tertangkap dan kemudian menunjukkan lokasi korban pembunuhan dikubur.

Gambar 2.1 Identifikasi pada tulang belulang, saat kegiatan ekshumasi.

Gambar 2.2 Ekshumasi pada korban.


2.5 Ketentuan Hukum Ekshumasi
Permintaan penyidik untuk melakukan pemeriksaan mayat dari penggalian
kuburan ini diatur dalam pasal 135, terkait pula pasal 133, 134, dan 136 KUHAP.
Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan bagi
yang menghalang-halangi atau menolak membantu pihak peradilan dapat
dikenakan sanksi hukum seperti yang tercancum dalam pasal 222 KUHAP. Dalam
proses pemeriksaan mayat maka sebaiknya dokter bekerja seteliti mungkin karena
apabila tidak maka pihak peradilan/penegak hukum dapat meragukan kebenaran
hasil pemeriksaan tersebut dan Visum et Repertum yang dibuat dokter mungkin
tidak akan dipergunakan sebagai benda bukti di pengadilan. Pekerjaan dokter
menjadi sia-sia serta yang lebih merepotkan lagi bahwa dokter dapat dituntut
karena membuat keterangan palsu, terkait dengan pasal 163 dan pasal 180
KUHAP, dan penggalian mayat dapat dilakukan kembali. 5 Pasal-pasal yang
tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut.11

10

Pasal 135 KUHAP


Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian
mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dilakukan dalam pasal
133 ayat 2 dalam pasal 134 ayat 1 undang- undang ini.

Pasal 133 KUHAP


Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindakan pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
Ayat 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Pasal 134 KUHAP


Ayat 1. Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebihan dahulu kepada keluarga korban.

Pasal 163 KUHAP


Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangan yang terdapat
dalam berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu
serta meminta keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam
berita acara pemeriksaan sidang.

Pasal 222 KUHAP


Barang siapa dengan sengaja mencegah, mengahalangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum penjara selama-lamanya 9
bulan atau denda sebanyak-banyak tiga ratus ribu rupiah.

Pasal 180 KUHAP

11

Ayat 2 Dalam hal ini timbul keberatan berasalan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
Ayat 3 Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan
penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).
Yang berhak Memerintahkan Penggalian Kubur
Pada beberapa negara terdapat perbedaan siapa-siapa yang berhak
memerintahkan penggalian kuburan. Di India dilaksanakan atas perintah seorang
kepala daerah (Distrik Magistrate) atau seorang coroner (hakim atau pegawai
yang berwenang untuk menyelidik penyebab kematian). Di Amerika Serikat
dilaksanakan atas perintah jaksa. Di Skotlandia atas perintah kepala polisi daerah,
sedangkan di Indonesia dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135
KUHAP, permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.9
Penetapan Waktu Penggalian Mayat
Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus
dilakukan dengan segera, tidak boleh ditunda-tunda. Tetapi bila telah dikubur satu
bulan atau lebih maka penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari
waktu yang tepat, sebab penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh
buruk terhadap pemeriksaan. Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang
belulang saja, tidaklah perlu terburu-buru menentukan saat yang baik untuk
melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini mungkin dokter masih dapat melakukan
identifikasi, kadang-kadang masih dapat melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang
seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa jenis racun mungkin masih bisa
didapatkan.5 Ekshumasi sebaik dilakukan pada pagi hari atau siang hari, jadi hakim
dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat penggalian
kubur. Penetapan batas waktu untuk penggalian mayat di beberapa negara
memang berbeda, seperti :

12

India dan Inggris

: tidak ada batasan waktu (termasuk Indonesia)

Prancis

: 10 tahun

Skotlandia

: 20 tahun

Jerman

: 30 tahun 7,8

2.6 Tatalaksana Ekshumasi 5


Untuk melaksanakan pembongkaran kuburan perlu persiapan-persiapan dan
syarat kelengkapan serta sarana-sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk
melaksanakan penggalian. Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi :
1. Persiapan penggalian kuburan
a. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak
b.

keberatan bahwa makam atau kuburan tersebut di bongkar.


Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah
setempat atau saksi-saksi lain yang menyatakan bahwa kuburan terebut

memang kuburan dari orang- orang meninggal yang dimaksudkan.


c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan di gali sebagai barang bukti
yang dikuasi oleh penyidik (Kepolisian) untuk sementara.
d. Surat permintaan Visum Et Repertum kepada Dokter pemerintah,
Dokter Polri atau Dokter setempat untuk pemeriksaan mayat.
e. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis
serta sesuai metode kriminalistik yang memuat semua kejadiankejadian sejak pertama kali kuburan itu di bongkar.
f. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.
2. Pelaksanaan penggalian kuburan

a. Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat,


pihak keamanan, petugas pemakaman dan penggali kubur.
b. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak
keluarga atau ahli waris atau saksi yang mengetahui dan menyaksikan
penguburan diperlukan kehadirannya.
c. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutupi dengan tabir (dari
bahan apa saja).
d. Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan :

13

Siapa saja yang hadir ditempat penggalian kuburan (nama dan


alamat).
Tempat dan alamat penggalian.
Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan (dari luar).
Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa,
berapa tinggi dan bagaimana bentuknya.
Identitas, nama, tanggal kematian, dan sebagainya.
Keadaan cuaca, mendung, panas dan sebagainya.
Setiap mencapai kedalam tertentu harus di ukur dengan mistar dan
foto. Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter. Keadaan
tanah, komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau cokelat
dan sebagainya. Tanah yang disekitar jenazah diatas, dibawah dan
disisi kanan kiri jenazah. Sebaiknya harus diambil dan dimasukkan
kedalam gelas kaca, yang ditempel label identitas. Sebaiknya
sekurang-kurangnya dua sampel tanah diambil dengan jarak kurang
lebih 25 sampai 30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting pada
kasus keracunan. Pada kasus keracunan arsenik racun akan
ditemukan di tubuh jenazah pada saat penggalian kubur dan tanah

disekitar jenazah akan mengandung arsenik.


Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti
mayat dan sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan

lupa selalu dibuat fotonya.


Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak

ada peti, jenazah diangkat dari liang lahat.


Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan

lain-lain.
Barang-barang yang ditemukan.
Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan (autopsi) sampai
selesai.

e. Seandainya autopsi akan dilakukan di rumah sakit, maka mayat atau


peti mayat sebagai barang bukti harus dibungkus, disegel dan

14

sebagainya sebelum dikirim ke rumah sakit dan harus disertai berita


acara dan sebagainya.
Pertimbangan melakukan pemeriksaan ditempat atau TPU :

Transportasi yang sulit atau tidak memungkinkan.


Penghematan waktu.
Mendapatkan hasil pemeriksaan lebih cepat.
Menghindari kesalahpahaman pandangan masyarakat.
Mempermudah penguburan kembali.

Pertimbangan melakukan pemeriksaan di rumah sakit :

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang.


Diharapkan lebih teliti.
Mendapat hasil lebih baik karena dapat dilakukan pemeriksaan
yang lebih lengkap seperti pemeriksaan histopatologi dan
toksikologi.

f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu satu meter atau meteran
dari pita logam 2-5 meter.
g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh
petugas Polri sendiri. Tidak diperkenankan wartawan/wartawan foto
berada dilokasi pengadilan.
3. Penyerahan ke Penyidik
Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan
kembali ke penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai.
Selanjutnya akan dibuat :

Berita acara pemakaman kembali


Berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga

Dan selanjutnya jenazah yang telah diotopsi dimakamkan kembali. 5

15

Untuk melaksanakan penggalian mayat harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:


4,5,9

1. Persiapan penggalian kuburan


Dokter harus mendapatkan keterangan yang lengkap tentang peristiwa kematian
atau modus kejahatan, supaya dokter dapat memusatkan perhatian dan
pemeriksaan kepada hal yang dicurigai. Begitupula sebelum penggalian
dilakukan, identitas mayat harus telah diberikan kepada dokter, terutama
mengenai : jenis kelamin, umur, panjang badan, warna dan panjang rambut,
keadaan gigi-geligi, tato kalau ada, cacat didapat atau bawaan dan lain-lain.
Biasanya jenazah tidak bisa dibawa kerumah sakit, akan lebih praktis kalau
pemeriksaan dilakukan ditempat. Hanya pada keadaan sangat tertentu, mayat
harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Oleh karena itu, perlengkapan
otopsi harus dibawa, termasuk ember, toples bersih yang belum dipakai, alkohol
95% dua liter atau lebih, formalin 10%, kantong plastik untuk membawa
sampel tanah, sabun, kampas dan kain kassa.
2. Waktu yang baik
Pelaksanaan penggalian kuburan sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena
pada pagi hari daerah kuburan masih sunyi dan masyarakat belum banyak yang
berdatangan untuk menyaksikan penggalian tersebut karena penggalian mayat
masih sangat asing, sehingga kemungkinan mereka akan datang untuk
menyaksikannya. Bila tidak memungkinkan pagi hari, pemeriksaan dapat
dilakukan siang hari dalam cuaca yang baik.
3. Kehadiran petugas
Pada saat pelaksanaan penggalian mayat haruslah hadir : penyidik atau polisi
beserta pihak keamanan, pemerintah setempat atau pemuka masyarakat, dokter
beserta pembantunya, keluarga korban atau ahli waris korban, petugas
pemakaman atau penjaga kuburan, penggali kuburan.
4. Keamanan
Daerah disekitar dilakukannya penggalian haruslah dipasang tirai yang tidak
tembus pandang untuk menghindari tatapan langsung oleh masyarakat dan

16

dijaga oleh petugas kepolisian. Oleh karena nantinya dapat menimbulkan


gangguan pada waktu penggalian dan pemeriksaan.
5. Proses penggalian kubur
Dilakukan secara praktis dengan tindakan pencegahan jangan timbul gangguan
dari masyarakat. Pertama dilakukan pengenalan dan pemastian dimana korban
dikubur. peranan petugas pemakaman dan keluarga korban sangat penting agar
tidak salah dalam melakukan pemeriksaan dan pembongkaran kuburan. Setelah
identifikasi kuburan sudah jelas dan tepat maka kuburan digali oleh petugas
penggali kubur. Setelah peti tampak lalu diukur jaraknya dari atas kuburan
sampai ke peti dan sebaiknya di foto. Kemudian peti mati dikeluarkan dan
setelah dibersihkan dari tanah permukaannya, barulah panjang, lebar, tinggi peti
tersebut diukur dan di identifikasi oleh keluarga korban. Setelah peti dibuka,
mayat dikeluarkan dan diletakkan diatas meja saksi yang telah disediakan
dipinggir kuburan. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memakai masker
penutup hidung untuk menghindari bau gas yang menusuk hidung. Bila
kematian korban diduga karena keracunan maka tanah di sekeliling mayat
diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan tanah yang setentang
dengan lambung mayat (dibawah lambung) diambil juga. Tanah yang disekitar
diambil sebagai kontrol dan dimasukkan ke dalam botol yang kering untuk
pemeriksaan

kimia.

Bila

mayat

telah

mengalami

pembusukan

dan

mengeluarkan cairan, maka kain pembungkus mayat harus diambil untuk


pemeriksaan kimia terutama kain yang setentang daerah punggung mayat.
6. Pemeriksaan mayat
Sebaiknya dilakukan di tempat penggalian tersebut. Hal ini mengingat masalah
transportasi, waktu yang terbuang untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan yang timbul dari masyarakat oleh karena tidak terbiasa melihat
tersebut, atau menurut anggapannya bertentangan dengan kepercayaan dan
agamanya. Pemeriksaan mayat yang dilakukan di tempat penggalian juga
mempermudah petugas suntuk melaksanakan penguburan kembali, dan hal ini
sangat diharapkan oleh pihak keluarga atau ahli waris korban. Pemeriksaan di

17

kamar mayat memang lebih baik dalam arti pemeriksaan dapat dilakukan
dengan tenang tanpa harus di tonton masyarakat banyak sebgaiamana bila
dilakukan di tempat penggalian mayat. Dengan demikian pemeriksaan di kamar
mayat diharapkan dapat dialakukan dengan teliti. Walaupun hal ini sangat
tergantung keahlian serta pengalaman dokter yang melakukan pemeriksaan.
Petugas pemeriksa mayat haruslah memakai masker yang telah dicelupkan
kedalam larutan potasium permanganas dan memakai sarung tangan yang tebal.
Bila mayat suadah hancur semuanya, maka setiap organ yang masih tinggal
harus diambil untuk pemeriksaan kimia. Jika organ dalam tidak ditemui lagi
maka diambil rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban yang kemudian
dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus keracunan arsen,
selain tanah harus juga diambil rambut, kuku, dan tulang-tulang panjang untuk
pemeriksaan laboratorium. Perlu diingat, dalam pemeriksaan tubuh mayat tidak
boleh disirami desinfektan meskipun resiko penularan dari bakteri patogen
besar sekali. Tindakan ini dapat merusak bahan-bahan pemeriksaan, terutama
pada kasus keracunan, sehingga racun menjadi sukar dideteksi. Mayat yang
baru dikubur lebih berbahaya dari pada mayat sudah mengalami pembusukan
lanjut, begitupun desinfektan dapat dipercikkan di sekitar kuburan untuk
menghindari

terhirupnya

gas-gas

yang

berbau

merangsang.

Sebelum

meninggalkan tempat penggalian, setelah semuanya diperiksa, terlebih dahulu


pastikan bahan-bahan yang diperlukan sudak cukup, untuk menghidari proses
penggalian ulangan. Karena lebih baik mengambil bahan yang lebih dari pada
kekurangan. Hasil pemeriksaaan haruslah disiapkan hari itu juga dan Visum et
Repertum hendaknya disipkan secepatnya.
2.7 Autopsi Pada Ekshumasi
Autopsi berasal dari kata auto = sendiri, dan opsis = melihat. Autopsi adalah
pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan pada bagian dalam dan
luar, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan/adanya cedera, melakukan

18

interpretasi atas penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari


hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.
Ada 3 jenis autopsi :9
1. Autopsi Klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, di rawat di
rumah sakit tapi kemudian meninggal dunia. Adapun tujuan dilakukannya
autopsi klinik adalah :
- Menentukan sebab kematian yang pasti
- Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan
sesuai dengan diagnosis postmortem
- Mengetahui korelasi proses penyait yang ditemukan dengan diagnosis
klinis dan gelaja-gejala klinis
- Menentukan efektivitas pengobatan
- Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit
2. Autopsi Forensik
Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang-undang
dengan tujuan :
- Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
- Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian, serta
saat kematian
- Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan
identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan
- Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk
visum et repertum
- Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan
identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah
3. Autopsi Anatomi
Pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.
Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun
tujuan dari medikolegalnya adalah :13

19

1. Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan, kecurigaan pada kasus


keracunan, dan kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek.
2.

Hal ini berlaku secara universal di seluruh negara.


Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan
kematian karena kecelakaan, ganti rugi asuransi, gugatan kompensasi
pekerjaan, pertanggung jawaban untuk malpraktek, dan tuntutan untuk
warisan. Hal ini hanya berlaku di luar negeri sedangkan di Indonesia tidak.

Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti-bukti penting yang dikumpulkan


sebaik-baiknya. Untuk itu, sampel dari tanah juga harus dikumpulkan. Penelitian
secara hati-hati seharusnya dilakukan pada semua benda-benda yang dapat
digunakan sebagai bukti. Materi-materi tersebut harus dikumpulkan sebelum dan
selama proses penggalian kubur : 12
-

Sampel tanah dari permukaan atas kubur


Sampel tanah diatas dan didalam kubur
Sampel tanah dari tiap sisi kubur
Sampel tanah dibawah kubur (jika dibawah kubur ada air, sampel air

juga diambil)
- Sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya
Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian :13
1. Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi)
a. Batu nisan
b. Gambaran kubur
c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari, dan lain-lain
Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu
dilakukan.
2. Penyebab kematian
a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah
b. Tubuh jenazah harus di foto
c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil
untuk pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah
alkohol.

20

d. Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus-kasus


ekshumasi sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari
kubur, rambut, kuku, dan kulit.
Adapun teknik autopsi yang dapat digunakan antara lain :
1. Teknik Virchow
Setalah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu
persatu dan langsung diperiksa. Dengan demikian kelainan-kelainan yang
terdapat pada masing-masing organ yang tergolong dalam satu sistem
menjadi hilang. Teknik ini kurang baik bila digunakan pada autopsi
forensik, terutama pada kasus penembakan dengan senjata api dan
penusukan dengan senjata tajam.
2. Teknik Rokitansky
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan
melakukan beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ-organ
tersebut dikeluarkan dalam kumpulan-kumpulan organ (en bloc). Teknik
ini pun tidak baik digunakan untuk autopsi forensik.
3. Teknik Letulle
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse). Kepala diletakkan diatas meja dengan
permukaan posterior menghadap keatas. Plexus coeliacus dan kelenjar para
aortal diperiksa, aorta dibuka sampai arcus aorta dan Aa. Renales kanan
dan kiri serta diperiksa. Aorta diputus diatas muara a. renalis. Rectum
dipisahkan dari sigmoid. Organ urogenital dipisahkan dari organ lain.
Bagian proksimal jejunum diikat pada dua tempat dan kemudian diputus
antara dua ikatan tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esophagus
dilepaaskan

dari

trakea,

tetapi

hubungannya

dengan

lambung

dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus diatas diafragma dan
dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.
Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan
antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari

21

tubuh. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta
agak sukar karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan
sekaligus.
4. Teknik Gihon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3
kumpulan organ (bloc).
Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk
menentukan penyebab kematiannya. Apalagi autopsi pada kasus ekshumasi
dimana jenazah yang sudah dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa
tahun sehingga tidak semua autopsi pada ekshumasi dapat menjelaskan tentang
penyebab kematiannya, terutama pada jenazah yang telah mengalami pembusukan.
Dalam pekerjaan forensik, tubuh yang cepat membusuk biasa ditemukan terutama
didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi menurun
dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu
kelainan pun dilewatkan. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, harus dilakukan
usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada
pemeriksaan rutin. Dari luar, proses pembusukan menimbulkan berbagai tingkatan,
warna kehijauan pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi,
luka robek, dan luka tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan.
Keluarnya darah dari mulut dan lubang hidung yang disebut purging sering
diartikan salah oleh polisi dan masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter
sebagai adanya perdarahan. Padahal itu merupakan tingkat lanjut dari
pembusukan. Pengelupasan kulit dapat meyembunyikan adanya abrasi, walaupun
abrasi dapat dilihat ketika epidermis yang terkelupas dibuka dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium terhadap kulit. Tanda disekeliling leher yang disebabkan
oleh strangulasi dapat menjadi kabur oleh adanya pembengkakan jaringan yang
disebabkan gas. Jika terdapat larva lalat atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli
entomologi dapat dihadirkan untuk menentukan lama kematian.

22

Menentukan identitas mungkin menjadi masalah jika wajah membengkak atau


sudah hancur. Sidik jari mungkin dibutuhkan polisi untuk identifikasi, tapi proses
pembusukan dapat menyebabkan pembengkakan bahkan menghancurkan jari
tangan. Beberapa metode digunakan untuk menormalkan jari yang membengkak
antara lain dengan merendam jari dalam asam asetat 20% selama 28-48 jam. Cara
lain dengan merendam jari dalam larutan gliserin. Pemeriksaan organ dalam
disesuaikan dengan tempat pembusukan. Jantung bisa rusak dan tidak berwarna,
atau warna hemolisis pada endokardium dan pembuluh darah. Arteri koroner
biasanya lebih tahan khususnya jika terjadi etromatous atau kalsifikasi atau
keduanya. Thrombus ante mortem dapat bertahan bahkan setelah otot membusuk.
Laring dapat pucat tapi kerusakan atau fraktur pada hyoid dan tiroid dapat dilihat
dengan menggunakan x-ray. Akan sulit untuk menentukan perdarahan ante mortem
pada bagian yang fraktur.
Otak mengalami pembusukan lebih cepat. Lesi yang besar seperti perdarahan
pada meningen atau intracranial dapat dinilai. Di Belgia, tepatnya di Universitas
Gent, teknik memeriksa kepala pada tubuh yang sudah membusuk dengan cara
melepaskan kepala dari tubuh kemudia membekukannya sampai padat. Kepala
kemudian dibuka dengan gergaji mesin, dan menampakkan otak menjadi dua
bagian. Kemudian otak direndam ke dalam cairan formalin hingga terendam
keseluruhannya lalu diperiksa. Pemeriksaan histologi pada ekshumasi sering tidak
memuaskan karena sel yang telah mengalami lisis.

2.8 Farmakodinamik dan Farmakokinetik Arsen


Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organic/inorganic),
valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsure bukanlah bahan yang
toksik. Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen inorganic lebih bersifat
toksik dibandingkan organic. Dan arsenic trivalen (As3+) lebih bersifat toksik
disbanding arsenic pentavalen (As5+).

23

Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral,
inhalasi, dan absorpsi melalui kulit/mukosa membran. Senyawa arsen yang paling
sering digunakan untuk meracuni orang adalah arsen trioksida (As 2O3). Arsen
bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh
manusia. Racun arsen yang masuk kedalam saluran cerna akan diserap secara
sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ
tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek
toksik ganda, yaitu:
a. Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril
(SH) pada dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait
dengan transfer energi, terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate
oxidative pathway, dan tricarbxylic acid (krebs) cycle, yang menyebabkan
berkurangnya produksi ATP sehingga menimbulkan efek patologis yang
reversible. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisir dengan
pemberian dithiol, 2,3 dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-Lewisite
atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH.
Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi
gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh.
b. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah,
khususnya di daerah splanknik dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena
menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial yang jelas
serta ekstra vasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler menyebabkan
serangkaian respon miulai dari kongesti, stasis, seta thrombosis sehingga
menyebabkan nekrosis dan iskemi jaringan.
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam
waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi
di berbagai organ tubuh seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru, serta saluran cerna,

24

dimana arsen akan mengikat syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian
kecil dari arsen yang menembus blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk
ke tubuh wanita hamil dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh
janin. Didalam tulang, arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat di
deteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian.
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan
sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting
karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen didalam kulit,
kuku dan rambut. Dalam penyelidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan
arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan melakukan
pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari
pangkal sampai ke ujungya.
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi
efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan
lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat.
Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan
bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis yang terjadipun lebih berat juga. Secara
umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari sifat fisik dan kimiawi racun,
jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi serta kecepatan jumlah eliminasi,
baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya
akibat pengobatan (lavase).

2.9 Dosis Toksik Arsen


Dalam keadaan normal sekalipun tubuh kita sering terpapar dengan zat yang
mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar kita juga mengkonsumsinya setiap
hari, misalnya dari makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Kadar
normal arsen dalam serum adalah kurang dari 5g/L, sedangkan dalam urin 24 jam
kurang dari 50 g/L.

25

a. Intoksikasi akut
Acute minimal lethal dose untuk arsenic trioksida pada orang dewasa adalah
70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenic inorganic kurang dari 1 mg/kg
dapat menyebabkan kematian pada kadar 150-250 ppm. Pajanan antara 25-50
ppm selama 30 menit atau 100 ppm selama kurang dari 30 menit dapat
menyebabkan hemolisis dan kematian.
b. Intoksikasi kronis
Sebuah sumber menuliskan frekuensi kanker jelas meningkat pada dosis 400
g/hari. The National Reaserh Council menaksir pajanan terhadap air minum
yang mengandung 10 g/L arsen setiap hari akan meningkatkan resiko terkena
bladder cancer.
2.10 Gejala Klinis
1. Intoksikasi akut
Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat kerja,
biasanya terjadi karena konsumsi peroral akibat ketidaktahuan, bunuh diri,
ataupun pembunuhan. Timbulnya gejala biasanya dalam waktu beberapa menit
hingga jam.
Gejala dapat berupa:
Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracukan akut arsen
yang masuk peroral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar
biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2
jam setelah paparan racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada
tenggorokan dan ulu hati, diikuti dengan mual, muntah, nyeri abdomen,
diare dengan feses seperti air cucian beras yang kadang-kadang berdarah.
Sistem respirasi

26

Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis, bronchitis
ringan, dan sesak nafas. Hal ini terjadi akibat pemaparan akut terhadap debu
arsen. Selanjutnya mungkin dapat terjadi edema paru akut.
Sistem kardiovaskular
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik, ventricular
disritmia, dan congestive heart failure. Pada intosikasi arsen terjadi dilatasi
kapiler yang mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah
meningkat dan cairan keluar ke interstisial. Keadaan ini dapat menyebabkan
hipovolemi dan hipotensi.
Sistem saraf
Intosikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah,
lesu, delirium, kejang, koma, ensepalopati, dan gejala neuropati perifer
sensoris dan motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed) dan
muncul 2-4 minggu setelah gejala akut.
Hati dan ginjal
Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oligouria, proteinuria,
renal insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal akut.
Hematologi : anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated
intravascular coagulation (DIC)
Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan senyawa
arsen yang cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika korban tersebut
dapat bertahan hidup maka ia akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan
fungsi hati.
2. Intoksikasi kronik
Intosikasi kronik dapat terjadi akibat paparan arsen dalam dosis sublethal yang
berulang. Paparan kronis arsen dapat terjadi akibat paparan industri maupun

27

pekerjaan, kecerobohan dan ketidaktahuan sekitar rumah, akibat pengobatan


maupun upaya pembunuhan. Arsen yang masuk kedalam tubuh secara berulang
dan tidak di ekskresi akan ditimbun dalam hati, ginjal, limpa, dan jaringan
keratin (rambut dan kuku). Setelah penghentian paparan, arsen yang tertimbun
akan dilepaskan secara perlahan dari depotnya dan menimbulkan gejala yang
membandel. Keracunan arsen kronis dapat menetap berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan dengan menunjukkan satu atau lebih sindroma yang berbeda.
Pada keracunan kronis gejala klinis masih dijumpai untuk waktu yang lama,
meskipun paparan sudah tidak terjadi lagi. Gejala neuropati dan kelainan kulit
merupakan tanda dari suatu keracunan kronis sedangkan gejala yang lain
sifatnya minor. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala klinis
keracunan arsen kronis :
- Nuropati perifer motoris dan sensoris dengan paralisis, parese, anastesi,
parestesi (rasa gatal, geli) dan ambliopia. Kelainan neurologis berawal di
perifer dan meluas secara sentripetal. Otot halus tangan dan kaki mungkin
mengalami paralisis dan sering disertai adanya kelainan tropik.
- Erupsi kulit berupa perubahan pigmentasi coklat (melanosis) dengan spotty
leukoderma (rain drop hiperpigmetation), dan kerotosis punktata pada
telapak tangan dan kaki, yang tampak mirip seperti kutil (warts). Keratosis
dalam jangka panjang mungkin berubah menjadi karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel basal superficial pada daerah yang unexposed dan
karsinoma sel skuamosa intraepidermal (penyakit bowen) dapat juga terjadi
pada paparan arsen jangka panjang. Pada kuku dapat dijumpai adanya
striakuti transversal (garis Mees) akibat konsumsi arsen jangka panjang
yang berlangsung beberapa bulan. Kuku yang rapuh dan rontokan rambut
juga merupakan petunjuk kemungkinan adanya keracunan arsen kronis.
Kemudian dermatitis eksfoliatif dapat terjadi pada intoksitas arsen organic
- Gastroenteritis kronis dengan anoreksia, nausea, yang tidak jelas dan diare
intermitten. Selain itu dapat dijumpai pula adanya rasa kecap metal pada

28

mulut, napas berbau bawang putih, tenggorokan kering dan rasa haus yang
persisten.
- Ikterus akibat nekrosis sel hati subakut.
- Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan terjadinya
kakeksia dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai dengan
leucopenia yang berat dan eusinofilia relative.
- Kanker : arsenic inorganic merupakan karsinogen bagi manusia. Pajanan
kronik arsenic inorganic sangat berhubungan dengan kanker kulit dan
kanker paru, dan dapat pula mengakibatkan kanker pada berbagai organ
seperti ginjal, kandung kemih dan hepar.
2.11 Penemuan Otopsi
Pada kematian akibat keracunan akut, pemeriksaan luar mayat memberi kesan
telah terjadinya dehidrasi hebat pada tubuh. Pada pemeriksaan dalam akan
dijumpai adanya mukosa lambung dan esofagus yang mengalami inflamasi, erosi,
kongesti, dan bercak-bercak perdarahan. Membran mukosa mempunyai lekukan
dan diantara lekukan tersebut (rugae) bisa ditemukan lendir yang kental dan
mengikat partikel racun. Isi lambung berwarna gelap. Pada korban yang meninggal
dalam satu atau dua hari setelah pajanan, kelainan tersebut dapat meluas ke
seluruh usus halus, bahkan kadang-kadang disertai

juga oleh adanya

pseudomembran diatasnya. Jika korban meninggal leih lama lagi dari itu, maka
akan dijumpai adanya deposit lemak pada jaringan hati, jantung, dan ginjal. Selain
itu, pada otopsi dapat juga ditemukan adanya perdarahan subserosa terutama pada
jantung,

jaringan

longgar

mesenterium

dan

daerah

retroperitoneal.

Subendokardium ventrikel kiri merupakan tempat predileksi untuk suatu


perdarahan yang jelas dan kecil berupa flame like hemorage atau efusi perdarahan
yang luas.
Pada kematian akibat keracunan kronis, pemeriksaan luar dapat dijumpai
terjadinya kelainan pigmentasi pada kulit, garis putih pada kuku, serta tubuh

29

korban yang kahektis. Pada pemeriksaan dalam akan menunjukan kelainan pada
saluran pencernaan yang ringan. Lambung normal atau dapat juga menunjukan
gastritis kronis dengan disertai penebalan mukosa dan lapisan serosa. Usus halus
berdilatasi dengan mukosa yang menebal dan gambaran keseluruhannya edema
kongesti yang non spesific yang umum ditemukan pada penyakit enteritis. Jarang
terjadinya ulserasi pada mukosa, isi dari usus sendiri dapat berlebihan atau berupa
cairan dengan gambaran seperti air cucian beras. Kelainan histologi degeneratif
juga dapat ditemukan pada hati dan gnjal.
Apabila korban menelan arsen dalam bentuk padat, secara makroskopik kadangkadang dapat dijumpai adanya kristal putih melekat pada mukosa lambung dan
esofagus. Jika korban baru diotopsi setelah mayat membusuk, maka kristal putih
arsen trioksida akan berubah warna menjadi kuning. Sementara itu mukosa gaster
warnanya berubah merah padam menjadi hijau keunguan sampai hijau kecoklatan.
Pada jaringan otak, arsen menyebabkan destruksi hemorage dan perivaskular
(dikenal sebagai wernicke like ensepalopati, arsenikal ensefalopati, hemorage
arsenik ensefalitis, atau serebral purpura), yang terjadi akibat kerusakan endotel
berat. Secara mikroskopik pada kelainan ditemukan adanya trombosis arteriol dan
kapiler serta nekrosis simetris pada daerah pons, korpus kalosum, klaustrum, dan
talamus.
a) Intoksikasi akut
Akut minimal letal dose untuk arsenik trioksida pada orang dewasa adalah
70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenik inorganik kurang dari 1 mg/kg
dapat menyebabkan penyakit yang serius pada anak-anak. Sedangkan
untuk gas arsen dapat menyebabkan kematian pada kadar 150-250 ppm.
Pajanan antara 25-50 ppm selama 30 menit atau 100 ppm selama < 30
menit dapat menyebabkan hemolisis dan kematian.
b) Intoksiskasi kronik
Sebuah sumber menuliskan frekuesni kanker menigkat pada dosis 400
ug/hari. National research council menaksir pajanan terhadap air minum

30

yang mengandung 10 ug/l L arsen setiap hari akan meningkat resiko


terkena bladder cancer.
Berikut ini dijelaskan beberapa pemeriksaan toksikologi, yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi adanya keracunan arsen pada tubuh :
1. Pemeriksaan urin
Arsen diekskresi dalam urin dalam bentuk metylated arsenik yang biasanya
dapat dideteksi paling lambat 1-3 hari, maka pengambilan sampel harus
dilakukan secepat mungkin. Penggunaan urin 24 jam lebih akurat.
Peningkatan kadar arsenik dalam urin mungkin saja terjadi setelah
mengkonsumi seafood.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan serologis: pemeriksaan kadar arsenik dalam darah jarang
digunakan karena waktu paruh yang sangat singkat (kira-kira 2 jam). Kadar
arsenik dalam serum hanya dapat dideteksi dalam beberapa jam pertama
setelah pajanannya dalam darah tergantung pada diet sehari-hari dan
lingkungan sekitar. Pada komunitas dengan kadar arsen normal pada air
minumnya, konsentrasi arsen dalam serum antara 3-5 ug/L, sedangkan
pada komunitas dengan kadar arsen 393 ug/L dalam air minumnya,
didapati konsentrasi arsen dalam darahnya 13 ug/L, pada pemeriksaan
darah lengkap dapat didapatkan gambaran anemia hemolitik.
3. Pemeriksaan rambut dan kuku
Arsen disimpan secara selektif didalam jaringan ektodermal, terutama
dijaringan keratin kuku dan rambut. Kadar arsen < 0,1 mg/ 100 g rambut
umumnya tidak punya makna. Kadar sebesar itu dapat terjadi akibat
akumulasi arsen pada orang normal, misalnya dari air, debu, atau bahan
kosmetik. Arsen dapat dideteksi pada rambut dan kuku dalam jumlah
signifikan 30 jam setelah paparan.

31

Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua


kelompok, yaitu atas dasar dari tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama
bertujuan mencari penyebab kematian, dalam hal ini keracunan arsen. Yang kedua
untuk mengetahui mengapa keracuan arsen bisa terjadi, misalnya pembunuhan,
kelalaian atau kecelakaan, ataupun bunuh diri.

BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 Skenario
Seorang perempuan berusia 25 tahun, mahasiswa universitas swasta di jambi,
ditemukan meninggal dunia pada hari minggu 30 Agustus 2015, pukul 09.00 WIB,
korban dikubur oleh tersangka di belakang rumah korban di Jl. Merpati no.51 RT
01 RW 06 Kel. Sijenjang, Kec.Telanai pura, Kota Jambi pada hari minggu 24
Agustus 2015 pukul 20.00 WIB.

32

Menurut keterangan keluarga, korban hilang sejak lima hari yang lalu. Suami
korban menemukan bau busuk di belakang rumah sejak tiga hari yang lalu.
Keluarga mengajukan pemeriksaan terhadap penyebab kematian anaknya kepada
Polisi. Penyidik telah membuat surat permohonan tertulis untuk melakukan
pemeriksaan pada tubuh korban dalam rangka proses penegakan hukum.

3.2 Visum Et Repertum

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

NOMOR AKREDITASI : YM. 00.03.3.5.3974


Jalan Let. Jend. Suprapto No. 31 Telanaipura Jambi 36122
Telp. (0741) 61692-61694; Fax. (0741) 60014
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
NO: 102/VRJ/VD/VIII/2015

33

Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


PROVINSI JAMBI, RESOR KOTA JAMBI, SEKTOR TELANAI PURA, melalui
suratnya tanggal 30 Agustus 2015, No. Pol: VER/321/VIII/2015/ RESKRIM, yang
ditandatangani oleh Tri Mulyono, SH, NRP. 7609346, pangkat Komisaris Polisi,
dan diterima tanggal 30 Agustus 2015, pukul 08.00 WIB, maka dengan ini saya
dr. M. Ainurrofiq, Sp.KF, M.H. sebagai dokter yang bekerja di Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Provinsi Jambi, menerangkan bahwa pada tanggal 30 Agustus 2015,
pukul 09.00 WIB, bertempat dibelakang rumah milik jenazah di Jl. Merpati no.51
RT 01 RW 06 Kel. Sijenjang, Kec. Telanai pura, Kota Jambi telah melakukan
pemeriksaan bedah jenazah, yang berdasarkan surat tersebut di atas jenazah
bernama Ratumas, umur 25 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan mahasiswi,
alamat Jl. Merpati no.51 RT 01 RW 06 Kel. Sijenjang, Kec. Telanai pura, Kota
Jambi. Berdasarkan surat permintaan di atas, jenazah tersebut ditemukan di
belakang rumah milik jenazah beralamat seperti tersebut diatas pada hari minggu
30 Agustus 2015, pukul 07.00 WIB, dan diduga meninggal dunia akibat
pembunuhan. -------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN:-----------------------------------------------------------------Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam yang telah kami lakukan atas tubuh jenazah
tersebut diatas ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: ---------------------------------A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH--------1. Identitas UmumJenazah :----------------------------------------------------a. Jenis Kelamin
: Perempuan--------------------------------------b. Umur
: Kurang lebih dua puluh lima tahun-----------c. Berat Badan
: Lima puluh lima kilogram --------------------d. Panjang Badan
: Seratus enam puluh sentimeter ---------------e. Warna Kulit
: Kuning langsat ---------------------------------f. Warna Pelangi Mata : Sulit dinilai ---------------------------------------

34

g. Ciri rambut

: Berwarna hitam, bentuk lurus, ukuran

panjang sepuluh sentimeter, distribusi merata, rambut mudah dicabut,


dan sebagian sudah terkelupas dari tulang tengkorak -------------------h. Kesan Gizi
: Cukup --------------------------------------------2. Identitas Khusus Jenazah:------------------------------------------------------a. Tato
: Tidak ada ----------------------------------------b. Jaringan Parut
: Tidak ada ---------------------------------------c. Tanda Lahir
: Tidak ada ---------------------------------------d. Tahi Lalat
: Tidak ada----------------------------------------e. Cacat Fisik
: Tidak ada----------------------------------------f. Penutup Jenazah
: Tidak ada----------------------------------------g. Pakaian
:----------------------------------------------------- Terdapat satu buah baju lengan pendek tidak berkerah, berbahan
kaos, berwarna hijau, motif polos, kantung tidak ada, bermerek
YOUNG, ukuran M, dan bercak-bercak bekas muntahan
berwarna putih kecoklatan.------------------------------------------------ Terdapat satu buah celana panjang, berbahan katun, berwarna
hitam, motif polos, bermerek CARDINAL, kantung tidak ada,
ikat pinggang tidak ada, ukuran tiga puluh tiga.------------------------ Terdapat satu buah celana dalam, berbahan kaos, berwarna hitam,
motif polos, bermerek BUNGA ukuran L. ------------------------ Terdapat satu buah bra , berbahan katun, berwarna pink, motif
polos, bermerek SOREX, ukuran tiga puluh empat.-----------------h. Benda disamping jenazah : Tidak ada-------------------------------------i. Perhiasan
: Terdapat satu buah cincin yang melingkar
pada ruas ketiga jari manis bagian kanan, berbahan logam, warna
perak, motif polos, berbentuk bulat, diameter empat sentimeter-------j. Lain Lain
: Tidak ada ---------------------------------------B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA
KEMATIAN: ---------------------------------------------------------------------------1. Suhu rectal mayat
: Tidak diperiksa -----------------------------------------2. Lebam Mayat
: Sulit dinilai -----------------------------------------------

35

3. Kaku Mayat
4. Pembusukan

: Terdapat kaku mayat di seluruh bagian tubuh ------: Terdapat pembusukan di hampir seluruh bagian

tubuh ---------------------------------------------------------------------------------C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR-----------------1. Permukaan


Kulit
Tubuh :--------------------------------------------------------a. Kepala:--------------------------------------------------------------------------- Daerah berambut: Sebagian kulit ari terkelupas, tidak ada kelainan Bentuk kepala : Simetris, tidak ada kelainan------------------------- Wajah
: Sulit dinilai --------------------------------------b. Leher : Tidak ada kelainan----------------------------------------------------c. Bahu :---------------------------------------------------------------------------- Bahu kanan : Tidak ada kelainan-------------------------------------- Bahu kiri
: Tidak ada kelainan--------------------------------------d. Dada :---------------------------------------------------------------------------

Dinding dada : Sudah membusuk, membentuk gelembung berisi


cairan kemerahan berbau busuk, tidak ada kelainan ------------------ Putting susu : Kulit ari terkelupas, tidak ada kelainan -------------- Sela iga
: Membentuk gelembung berisi cairan kemerahan
berbau

busuk,

tidak

ada

kelainan

----------------------------------------- Tulang iga


: Tidak ada kelainan--------------------------------------e. Punggung
: Membentuk gelembung berisi cairan kemerahan
berbau busuk, tidak ada kelainan --------------------------------------------f. Perut
: Perut tampak membesar dan membusuk, berwarna
kehijauan, tidak ada kelainan ------------------------------------------------g. Bokong :------------------------------------------------------------------------- Bokong kanan : Kulit ari terkelupas, berwarna merah kehitaman.
Tidak ada kelainan --------------------------------------------------------- Bokong kiri : Kulit ari terkelupas, berwarna merah kehitaman.
Tidak ada kelainan ---------------------------------------------------------h. Dubur
: Sudah membusuk ----------------------------------------

36

Lingkar dubur : Ukuran diameter nol koma empat sentimeter, tidak


ada kelainan ----------------------------------------------------------------- Liang dubur : Sulit dinilai, tidak ada kelainan -----------------------i. Anggota Gerak :---------------------------------------------------------------- Anggota gerak atas :------------------------------------------------------ Kanan
: Sudah membusuk, membentuk gelembung
berisi cairan kemerahan berbau busuk, tidak ada kelainan --------- Kiri
: Sudah membusuk, membentuk gelembung
berisi cairan kemerahan berbau busuk, tidak ada kelainan -------- Anggota gerak bawah :------------------------------------------------------ Kanan
: Sudah membusuk, membentuk gelembung
berisi cairan kemerahan berbau busuk, tidak ada kelainan --------- Kiri
: Sudah membusuk, membentuk gelembung
2.

berisi cairan kemerahan berbau busuk, tidak ada kelainan --------Bagian


Tubuh
Tertentu :---------------------------------------------------------a. Mata:----------------------------------------------------------------------------- Alis mata:--------------------------------------------------------------------- Kanan
: Warna hitam dan tipis, mudah dicabut --------------- Kiri
: Warna hitam dan tipis, mudah dicabut -------------- Bulu mata :-------------------------------------------------------------------- Kanan
: Warna hitam, lurus, dan tipis, mudah dicabut ------- Kiri
: Warna hitam, lurus, dan tipis, mudah dicabut ------ Kelopak mata : -------------------------------------------------------------- Kanan
: Membengkak --------------------------------------------- Kiri
: Membengkak -------------------------------------------- Selaput kelopak mata : ----------------------------------------------------- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai-------------------------------------------- Selaput
biji
mata:------------------------------------------------------------- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai ---------------------------------------------- Selaput bening mata:-------------------------------------------------------- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai ---------------------------------------------- Pupil mata:--------------------------------------------------------------------

37

- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai ---------------------------------------------- Pelangi mata:----------------------------------------------------------------- Kanan
: Sulit dinilai ----------------------------------------------- Kiri
: Sulit dinilai ----------------------------------------------b. Hidung :----------------------------------------------------------------------------- Bentuk hidung
: Simetris, mancung, tidak ada kelainan ----- Permukaan kulit hidung : Kulit ari terkelupas, tidak ada kelainan ----- Lubang hidung
: Tidak ada kelainan ----------------------------c. Telinga:------------------------------------------------------------------------------ Bentuk telinga
: Tidak ada kelainan ---------------------------- Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan----------------------------- Lubang telinga
: Tidak ada kelainan-----------------------------d. Mulut : ------------------------------------------------------------------------------ Bibir atas
: Membengkak, tidak ada kelainan -------------------- Bibir bawah
: Membengkak, tidak ada kelainan -------------------- Selaput lendir mulut: Sulit dinilai ------------------------------------------- Lidah
: Tidak terjulur diantara gigi, tidak ada kelainan ---- Rongga mulut
: Tercium bau bawang, tidak ada kelainan ----------- Gigi geligi :-------------------------------------------------------------------- Rahang atas : Gigi lengkap, gigi geraham belakang ketiga kanan
dan kiri sudah tumbuh, tidak ada kelainan ------------------------------- Rahang bawah : Gigi lengkap, gigi geraham belakang ketiga kanan
dan kiri sudah tumbuh, tidak ada kelainan ------------------------------e. Alat Kelamin : Perempuan ------------------------------------------------------- Rambut kemaluan
: Warna hitam, bentuk ikal, ukuran panjang

3.

dua sentimeter, mudah dicabut -----------------------------------------------Bibir besar


: Membengkak, tidak ada kelainan -----------Bibir kecil
: Membengkak, tidak ada kelainan -----------Kelentit
: Membengkak, tidak ada kelainan -----------Selaput dara
: Sulit dinilai -------------------------------------Liang senggama
: Sulit dinilai -------------------------------------Dinding liang senggama : Sulit dinilai --------------------------------------

Tulang
Tulang:--------------------------------------------------------------------

38

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tulang tengkorak
: Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang belakang
: Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang tulang dada
: Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang tulang punggung: Tidak ada kelainan----------------------------Tulang tulang panggul : Tidak ada kelainan-----------------------------Tulang anggota gerak
: Tidak ada kelainan------------------------------

D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM---------------1. Rongga kepala:---------------------------------------------------------------------a. Kulit kepala bagian dalam: Berwarna coklat kehitaman, tidak ada
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

kelainan -------------------------------------------------------------------------Tulang Tengkorak


: Tidak ada kelainan ----------------------------Selaput keras otak
: Utuh, tidak ada kelainan ----------------------Selaput lunak otak
: Utuh, tidak ada kelainan ----------------------Otak besar
: Melunak, berwarna abu-abu kehijauan -----Otak kecil
: Melunak, berwarna abu-abu kehijauan -----Batang otak
: Melunak, berwarna abu-abu kehijauan -----Tulang dasar tengkorak : Tidak ada kelainan------------------------------

2. Leher bagian dalam ---------------------------------------------------------------a. Kulit leher bagian dalam : Berwana hijau kehitaman, tidak ada
kelainan.--------------------------------------------------------------------------b. Otot leher bagian dalam : Berwarna hijau kehitaman, tidak ada
kelainan.--------------------------------------------------------------------------c. Tenggorokan
: Tidak ada kelainan ----------------------------d. Lidah
: Membengkak, berwarna abu-abu kehijauan,
tidak ada kelainan --------------------------------------------------------------e. Tulang pangkal lidah
: Tidak ada kelainan ----------------------------f. Tulang rawan cincin
: Tidak ada kelainan ----------------------------3. Rongga dada :-----------------------------------------------------------------------a. Kulit bagian dalam : Berwarna hijau kehitaman, tidak ada kelainan ----b. Otot dinding dada : Otot melisut, tidak ada kelainan --------------------c. Tulang dada
: Tidak ada kelainan ------------------------------------d. Tulang-tulang iga : Tidak ada kelainan ------------------------------------e. Paru :------------------------------------------------------------------------------ Paru kanan
: Membusuk, berwarna hijau kehitaman, tidak ada
kelainan -----------------------------------------------------------------------

39

Paru kiri

: Membusuk, berwarna hijau kehitaman, tidak ada

kelainan ----------------------------------------------------------------------f. Jantung :-------------------------------------------------------------------------- Jantung kanan dan kiri lembek dan melisut, warna hijau kehitaman,
terletak diantara kedua paru-paru, tidak ada kelainan ----------------- Kandung jantung: Kering dan melisut, selaput pembungkus jantung
mudah

dilepas

---------------------------------------------------------------4. Rongga Perut------------------------------------------------------------------------a. Kulit perut bagian dalam : Berwarna abu kehiajauan, tidak ada
kelainan --------------------------------------------------------------------------b. Otot dinding perut
: Berwarna merah pucat kehiajaun, tidak ada
kelainan---------------------------------------------------------------------------c. Rongga perut
: Tidak terdapat cairan, tidak ada kelainan --d. Tirai usus
: Membusuk, tidak ada kelainan --------------e. Lambung
:Lambung
kosong,
berwarna
hijau
kehitaman.------------------------------------------------------------------------f. Usus
: Bagian dalam usus terdapat cairan berwarna
putih seperti air cucian beras, berwarna abu-abu kehijauan, tidak ada
kelainan---------------------------------------------------------------------------g. Hati
: Pada perabaan lunak, tepi tumpul,
permukaan rata, warna hijau kehitaman. Pada pengirisan penampang
tampak warna kehitaman, tidak ada kelainan.-------------------------------h. Limpa
: Sudah membusuk, warna kehijauan. Tidak
terdapat kelainan----------------------------------------------------------------i. Pankreas
: Sudah membusuk, warna kehitaman, tidak
ada kelaianan--------------------------------------------------------------------j. Kandung empedu
: Berisi cairan berwarna hijau kehitaman,
pada pengirisan saluran empedu tidak tersumbat, tidak ada kelainan----k. Ginjal
: ---------------------------------------------------------------------- Ginjal kanan
: Selaput pembungkus ginjal mudah
dilepaskan, permukaan ginjal rata, berwarna kehijauan. Pada

40

pengirisan penampang berwarna kehitaman, tidak ada kelainan.


Saluran kencing kanan tidak ada kelainan------------------------------- Ginjal kiri
: Selaput pembungkus ginjal mudah
dilepaskan, permukaan ginjal rata, berwarna kehijauan. Pada
pengirisan penampang berwarna kehitaman, tidak ada kelainan.
Saluran kencing kanan tidak ada kelainan.------------------------------5. Rongga Panggul:------------------------------------------------------------------- Kandung kemih

: Kosong, tidak ada kelainan.----------------------------

Rahim

: Tidak ada kelainan---------------------------------------

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM FORENSIK-----------------------------Selain fakta-fakta diatas, kami mengambil sampel dari tubuh jenazah untuk
dilakukan pemeriksaan Toksikologi, maka kami mengirimkan sampel berupa :
1. Rambut dua helai------------------------------------------------------------------2. Kuku sepanjang satu koma lima sentimeter dan lebar satu sentimeter----3. Tanah setiap sisi kubur ----------------------------------------------------------Pemeriksaan Toxicologi--------------------------------------------------------------------- Pemeriksaan rambut : Ditemukan arsen dengan kadar 100 mg/kg-------------- Pemeriksaan kuku : Ditemukan arsen dengan kadar 90 ug/kg---------------- Pemeriksaan tanah : Ditemukan arsen dengan kadar 400 ug/kg-------------KESIMPULAN:-----------------------------------------------------------------------------Berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan dari pemeriksaan atas jenazah
tersebut maka kami simpulkan bahwa telah diperiksa seorang perempuan, umur
kurang lebih dua puluh lima tahun, warna kulit kuning langsat, kesan gizi cukup.
Dari pemeriksaan luar dan dalam ditemukan tanda-tanda keracunan arsen, serta
tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain. Sebab kematian adalah kekurangan
cairan sangat berat akibat keracunan arsen.------------------------------------------------

41

PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah keterangan tertulis ini kami buat dengan sesungguhnya dengan


mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter -------------------------

Jambi, 31 Agustus 2015


Dokter yang memeriksa,

dr. M. Ainurrofiq, Sp.KF., MH

42

BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang jenazah ditemukan terkubur di belakang rumahnya pada tanggal 30
Agustus 2015. Korban dinyatakan hilang oleh keluarganya sejak lima hari yang
lalu. Suami korban menyatakan bahwa ada bau busuk di belakang rumahnya.
Keluarga korban dan penyidik merasa curiga dengan bau busuk di belakang rumah
korban, kemudian melakukan pemeriksaan dan mendapatkan bekas galian kubur di
belakang rumahnya, sehingga warga sekitar melakukan penggalian kubur pada
daerah yang berbau busuk tersebut (ekshumasi).
Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan
dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.
Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Ekshumasi dilakukan oleh
dokter forensik atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135 KUHAP,
permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.

Pasal 135 KUHAP


Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan

penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dilakukan dalam


pasal 133 ayat 2 dalam pasal 134 ayat 1 undang- undang ini.
Alasan dilakukannya autopsi forensik pada kasus ini adalah adanya kecurigaan
tindak pidana. Autopsi dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan
undang-undang dengan tujuan:
Membantu dalam hal penentuan identitas mayat.
Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian, serta saat
kematian.
Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas
benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan.

43

Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum
et repertum.
Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan
identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.
Untuk identifikasi penyebab kematian maka penyidik telah membuat surat
permohonan tertulis untuk melakukan pemeriksaan terhadap tubuh korban dalam
rangka proses penegakan hukum.
Dokter melakukan pemeriksaan toksikologi pada tubuh korban. Pemeriksaan
toksikologi bisa dilakukan dengan sampel darah dan urin, tetapi pada kasus ini
telah terjadi pembusukan pada hampir seluruh bagian korban, sehingga sampel
yang digunakan dari tubuh korban adalah rambut dan kuku serta pemeriksaan
tanah yang diambil dari setiap sisi tanah bekas kuburan.
Pada pemeriksaan luar ditemukan bercak muntah di pakaian korban yang
menunjukan adanya gangguan sistem pencernaan. Pada pemeriksaan dalam sulit
dinilai akibat pembusukan jaringan dan organ tubuh korban. Pada kasus ini
didapatkan kadar arsen yang meningkat pada pemeriksaan rambut dan kuku, serta
ditemukan kadar arsen pada tanah bekas kuburan korban.
Ditinjau dari segi medikolegal, maka dapat disimpulkan mengenai arsen sebagai
berikut :
Arsen sangat sering digunakan untuk membunuh, karena :
Harga murah
Mudah diperoleh
Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makanan
Sangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit

Mengenai keracunan itu sendiri dan dimintanya pemeriksaan pembedahan


mayat dalam KUHAP diatur dalam pasal 133 ayat (1) dan (2), yang berbunyi :

Pasal 133 KUHAP


Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan

44

tindakan pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli


kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
Ayat 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

45

Tujuan penggalian mayat untuk menemukan kasus-kasus kriminal dalam


membantu proses peradilan tentang identifikasi mayat dan kemungkinan sebabsebab kematian.
Tindakan penggalian mayat (exhumatio) dilakukan ketika sesudah dilakukan
penguburan, maka beberapa waktu kemudian dicurigai bahwa kematian pada
korban meninggalkan kecurigaan. Dapat pula terjadi bahwa tindakan tersebut
terjadi karena pelaku tindak kejahatan tertangkap dan mengakui bahwa telah
melakukan penguburan terhadap korban pada tempat tertentu.
Pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak lebih baik apabila mayat
tersebut diperiksa ketika masih segar. Penggalian mayat memerlukan persiapan
khusus dan pelaksanaannya juga memerlukan tindakan dan kecakapan / keahlian
tersendiri.
5.2 Saran
Sehubungan dengan topik pembahasan exhumation ini ada beberapa hal yang
ingin kami sarankan, antara lain :
1. Agar dilakukan pendataan mengenai kasus eksumasi di Indonesia
2. Agar topik eksumasi menjadi topik yang secara khusus dibahas dalam ilmu
kedokteran forensik agar para calon dokter mendapatkan gambaran atas
peranannya dalam eksumasi.

46

DAFTAR PUSTAKA
1. http://geradts.com/anil/ij/vol_008_no_001/papers/paper002.html.
2. Gordon. I, H. A Sharpiro dan S. D Berson. Forensic Medicine ( a guide
to principles) third edition. Chirchill Livingstone.1988.
3. www.yahoo.com ( Anil Aggrawals Internet Journal of forensic
Medicine and Toxicology).
4. Parikh C.K. Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and
Toxicology. Medical Publication. Bombay India.1979. pp.126.
5. ModiNJ. Medical Jurisprudence and Toksikologi. 18 thEdition.
Bombay-India, 1972. pp.88.
6. Chadha P.V. IlmuForensikdanToksikologi. Alihbahasa Johan Hutauruk,
WidyaMedika. Jakarta:1975.
7. Knight B, Arnold, Simsons Forensic Medicine, 11 th Edition. Oxford
University Press. Inc, New York-USA. 1997, p.19.
8. Idries AM. PedomanIlmuKedokteranForensik. EdisiPertama. PT.
BinarupaAksara. Jakarta: 1989. pp.254.
9. Nandy A. Principles of Forensic Medicine. New General Book Agency
(P) Ltd, Calcuta-India. 1995, p.184.
10. Gresham, G.A dan A.F Turner. Post Mortem Procedures (an illustrated
textbook), Published by Wolfe Medical Publication Ltd.1979
11. KitabUndang-UndangHukumAcaraPidana. KaryaAnda:Surabaya.
12. Camps, Francis. E, Ed. Legal Medicine, Bristol, John Wright and Sons
LTD.1968
13. Gonzales, Thomas. A, Morgan Vance, dkk, Legal Medicine Pathology
And Toxicology second edition. Appleton-Century-Croft Inc.1825.
14. TeknikAutopsiForensik.
BagianKedokteranForensik.
FakultasKedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.
15. Amir A, KapitaSelektaKedokteranForensik. FK-USU. Medan. 1995.
pp.57.
16. www.itsoke.net/mako/vet.htm-91k

1. Dyro, Frances M. Arsenic. Available from : URL :


http://emedicine.org/html
2. Caravati, EM. Arsenic and arsine gas. In: Dart RC.Medical Toxicology.
Third edition. Philadelpgia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. P:
1393-1401.

47

3. Agency for Toxic Subtances and Disease Registry. Arsenic Division of


Toxicology and Environment Medicine Atlanta. 2006. Available from:
http://www.atsdr.cdc.gov.pdf.
4. DiMaio, Vincent J; DiMaio, Dominick. Forensic Pathology. Second
Edition. CRC Press LLC. 2001.p: 500-08, 523-24.
5. Marcus, Steven. Toxicity Arsenic. Available from: URL:
http://emedicine.org/html.
6. Agency for Toxic Subtances and Disease Registry. Arsenic Toxicity
Exposure
Pathways.
Available
from:
http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/exposure_pathways.html.
7. Agency for Toxic Substance and Disease Registry. ArsenicToxicity
Clinical
Evaluation.
Available
from:
http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/html.
8. Chadha, Vijay. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakrta:
Widya Medika. 1995. P 258-63
9. Atmajaya, DS. Mendeteksi kematian karena arsen. Available from:
URL : http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html.
10. Sampurna B, dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI.
P. 101-106
11. Suyono A. Keracunan Zat Korosif dan logam. Available on:
http://www.freewebs.com/reef_forensik/index_html.
12. Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara. 1997. P.330-31.

48

13. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai